Kau seperti langit
Menyerahkan diri untuk dinikmati tapi menolak untuk dimiliki
Aku seperti burung kecil yang murung
Bersusah payah merangsak sangkar
Membebaskan diri dari kesunyian
Kau ialah satu kesatuan utuh yang pernah patah
Merekat lama untuk kuat dan tak terbantah
Aku ialah kesatuan utuh yang nyaris patah
Merawat sedemikian rupa untuk kuat dan tak terbantah
Dosa dan doa berjalan beriringan
Sementara lengan pendek manusia terus menjangkau keinginan yang panjang
Dihitam matamu ku membaca riku
Dihitam mataku tidak kah kau menerka risau?
Senja pun tak pernah ragu menunjukkan romansa mesra pada semesta
Kita diseret-seret waktu
Berjalan terus melewati landai atau terjal
Tak pernah tahu kemana ujung
Mengkokohkan keluh
Menggenapkan resah
Bersama tembok yang usang
Bersama perasaan yang tak kunjung menjelma ucapan
Tampilkan postingan dengan label sajak. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sajak. Tampilkan semua postingan
Sabtu, 13 Mei 2017
Rabu, 15 Maret 2017
Puisi: Engkau Yang Agung
Engkau mahasiswa yang agung dan hidup dalam kemunafikan
Tidak terlintaskah dipikiran kalian betapa kita dipaksa munafik di dalam perkuliahan?
Dipaksa untuk menyerahkan seluruh ideologi kita demi gelar kehormatan,
Dipaksa menjadi buruh untuk mengisi kekosongan di sebuah perusahaan.
Engkau mahasiswa yang agung dan hidup dalam penghargaan
Tidak terlintaskah dipikiran kalian apa dan untuk siapa ilmu yang kita dapatkan?
Untuk merubah sebuah masyarakat atau untuk memperkaya para kapitalis perusahaan?
Engkau mahasiswa yang agung dan hidup dalam keangkuhan
Tidak terlintaskah dipikiran kalian tugas seorang mahasiswa yang selalu masyarakat dambakan?
Menunggu sumbangsih pemikiran yang kalian hasilkan
Untuk merubah sedikit masalah yang selalu membuat mereka muak akan kehidupan.
Engkau mahasiswa yang agung dan hidup dalam kebingungan
Tidak terlintaskah dipikiran kalian kemana kakimu akan dipijakan?
Kaki yang sangat agung yang telah melangkahkan kakinya demi meluaskan keilmuan
Kaki yang sakral yang selalu dibasuh keringat orang yang mencintai dengan ketulusan
Engkau mahasiswa agung yang hidup dalam penjara keilmuan
Tidak terlintaskah dipikiran kalian bagaimana keilmuan dapat dimanfaatkan?
Dimanfaatkan untuk dibagikan agar dapat dikembangbiakan
Atau bahkan didiamkan dan digerogoti oleh rayap-rayap kebusukan
Engkau mahasiswa yang agung dan hidup dalam kegelapan
Tidak terlintaskah dipikiran kalian akan apa yang kalian kerjakan?
Atau bahkan kalian kebingungan karena gelapnya jalanan?
Segeralah mencari sesuatu untuk menerangkan jalanan
Atau engkau akan mati di dalam kegelapan.
Engkau mahasiswa yang agung dan hidup dalam keresahan
Tidak terlintaskah dipikiran kalian bahwa kalian adalah orang yang dalam keberuntungan?
Membiarkan berbagai pertanyaan yang selalu menyibukan
Tetapi beruntunglah kalian karena kalian hidup dalam kesadaran.
Engkah yang bukan mahasiswa dan hidup dalam kedamaian
Tidak terlintaskah difikiran kalian betapa indahnya kehidupan tanpa kemunafikan?
Beruntunglah kalian yang terus hidup tanpa ada keresahan
Karena keresahan akan menggerogoti dan terus mendekatkan pada kematian
Aku mahasiswa yang hina dan selalu dalam keresahan
Selalu terlintas dipikiranku akan apa yang harus aku lakukan
Namun biarkanlah waktu dan keegoisan menjawab apa yang aku resahkan,
Bahkan aku siap mati karena digerogoti rayap kematian.
Penulis:
J.A.S
Tidak terlintaskah dipikiran kalian betapa kita dipaksa munafik di dalam perkuliahan?
Dipaksa untuk menyerahkan seluruh ideologi kita demi gelar kehormatan,
Dipaksa menjadi buruh untuk mengisi kekosongan di sebuah perusahaan.
Engkau mahasiswa yang agung dan hidup dalam penghargaan
Tidak terlintaskah dipikiran kalian apa dan untuk siapa ilmu yang kita dapatkan?
Untuk merubah sebuah masyarakat atau untuk memperkaya para kapitalis perusahaan?
Engkau mahasiswa yang agung dan hidup dalam keangkuhan
Tidak terlintaskah dipikiran kalian tugas seorang mahasiswa yang selalu masyarakat dambakan?
Menunggu sumbangsih pemikiran yang kalian hasilkan
Untuk merubah sedikit masalah yang selalu membuat mereka muak akan kehidupan.
Engkau mahasiswa yang agung dan hidup dalam kebingungan
Tidak terlintaskah dipikiran kalian kemana kakimu akan dipijakan?
Kaki yang sangat agung yang telah melangkahkan kakinya demi meluaskan keilmuan
Kaki yang sakral yang selalu dibasuh keringat orang yang mencintai dengan ketulusan
Engkau mahasiswa agung yang hidup dalam penjara keilmuan
Tidak terlintaskah dipikiran kalian bagaimana keilmuan dapat dimanfaatkan?
Dimanfaatkan untuk dibagikan agar dapat dikembangbiakan
Atau bahkan didiamkan dan digerogoti oleh rayap-rayap kebusukan
Engkau mahasiswa yang agung dan hidup dalam kegelapan
Tidak terlintaskah dipikiran kalian akan apa yang kalian kerjakan?
Atau bahkan kalian kebingungan karena gelapnya jalanan?
Segeralah mencari sesuatu untuk menerangkan jalanan
Atau engkau akan mati di dalam kegelapan.
Engkau mahasiswa yang agung dan hidup dalam keresahan
Tidak terlintaskah dipikiran kalian bahwa kalian adalah orang yang dalam keberuntungan?
Membiarkan berbagai pertanyaan yang selalu menyibukan
Tetapi beruntunglah kalian karena kalian hidup dalam kesadaran.
Engkah yang bukan mahasiswa dan hidup dalam kedamaian
Tidak terlintaskah difikiran kalian betapa indahnya kehidupan tanpa kemunafikan?
Beruntunglah kalian yang terus hidup tanpa ada keresahan
Karena keresahan akan menggerogoti dan terus mendekatkan pada kematian
Aku mahasiswa yang hina dan selalu dalam keresahan
Selalu terlintas dipikiranku akan apa yang harus aku lakukan
Namun biarkanlah waktu dan keegoisan menjawab apa yang aku resahkan,
Bahkan aku siap mati karena digerogoti rayap kematian.
Penulis:
J.A.S
Sabtu, 20 Agustus 2016
Puisi: Semoga Saja Kamu
Sebelum terlelap
Kerlingan mata
Baru saja ditemukan bunga
Yang terawat dihamparan tanah tandus
Kalau hujan mengikis malam nanti
Setengah mawarku terjaga oleh waktu...
Oleh awan dan debu...
Semoga saja
Kerlingan mata itu
Merampas luka yang lama bertamu
Seperti hanya menunggu
Tewasnya jiwa
Di antara kerdip lilin yang berarti
Semoga saja itu kamu…
Penulis: Wawas Wasniah (Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan)
Kerlingan mata
Baru saja ditemukan bunga
Yang terawat dihamparan tanah tandus
Kalau hujan mengikis malam nanti
Setengah mawarku terjaga oleh waktu...
Oleh awan dan debu...
Semoga saja
Kerlingan mata itu
Merampas luka yang lama bertamu
Seperti hanya menunggu
Tewasnya jiwa
Di antara kerdip lilin yang berarti
Semoga saja itu kamu…
Penulis: Wawas Wasniah (Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan)
Langganan:
Postingan (Atom)