Jumat, 30 Juni 2017

Libur Lebaran, Surga Tersembunyi Desa Bantaragung Ramai Pengunjung

Majalengka, Setaranews.com - Curug Cipeuteuy merupakan salah satu objek wisata yang banyak didatangi oleh pengunjung baik domestik maupun dari mancanegara, hal itu terbukti di hari libur lebaran saat ini mencapai 2.000 pengunjung setiap harinya.


"Untuk tiket masuk itu harganya Rp 15.000,- kita disini buka dari jam 8 sampai jam 5 sore" ujar Salikin, selaku humas objek wisata Curug Cipeteuy, Jumat (30/06).


Curug Cipeteuy berada dalam kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) yang terletak di desa Bantaragung, Kecamatan Sidawangi, Kabupaten Majalengka, dengan jarak tempuh kisaran 24 km dari Majalengka dan 4 km dari arah Kecamatan Sidawangi.


Desa Bantaragung sendiri merupakan salah satu desa yang masuk dalam kategori surga tersembunyi terpopuler oleh Anugrah Pesona Indonesia (API) tahun 2017 ini.


Curug Cipeteuy sangat ramai dikerumuni pengunjung dengan menawarkan keindahan ribuan pohon pinus sehingga membuat lokasi begitu sejuk sembari menikmati keindahan view dan air terjun. Selain menikmati keindahannya, pengunjung juga dapat berenang disekitar lokasi curug serta terdapat track hiling yang dapat dinikamati pengunjung sehingga tak sedikit pengunjung yang mengabadikannya dengan berfoto di lokasi wisata tersebut. (Trusmiyanto)

Sabtu, 24 Juni 2017

Hilal Terpantau, Sidang Itsbat Tetapkan idul Fitri 1438 H Jatuh pada 25 Juni 2017

Nasional, Setaranews.com - Sidang Itsbat penentuan 1 Syawal 1438 H yang digelar di Auditorium HM. Rasjidi, Kementerian Agama, Thamrin, Jakarta Pusat telah digelar pada Sabtu (24/6).

Pada sidang yang berlangsung tertutup tersebut, hadir Menteri Agama  Lukman Hakim Saifuddin, Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang juga Rois Syuriah PBNU KH Ma'ruf Amin, para pejabat Eselon I dan II Kementerian Agama, perwakilan dari Ormas Islam seluruh Indonesia, serta para perwakilan Duta Besar Negara sahabat.

Laporan hasil rukyat di sejumlah titik di Nusntara yang disampaikan oleh Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah M Thambrin kepda panitia sidang akhirnya disepakati bersama. Hasil sidang memutuskan bahwa Hari Raya Idul Fitri jatuh pada Minggu 25 Juni 2017 setelah dipastikan bahwa enam petugas di beberapa titik telah melihat adanya hilal. Seperti yang dinyatakan di akun twitter resmi Kementerian Agama Republik Indonesia, @Kemenag_RI.

"Sidang itsbat memutuskan 1 Syawal 1438H bertepatan pada hari Ahad 25 Juni 2017."  Cuitnya sesaat setelah Lukman Hakim Saifuddin menutup sidang itsbat.

Rabu, 21 Juni 2017

Mudik Jakarta-Purbalingga Dengan Sepeda Ontel

Cirebon, Setaranews.com – Mudik memang menjadi tradisi bagi para perantau, semangat  untuk berjumpa dengan kerabat di kampung halaman menjadi alasan kuat menempuh perjalanan berkilometer, bahkan melebur dalam kemacetan pun dilakukan. Semangat mudik pun dirasakan Mbah Hasan Warjo (75) dan putrinya, Santi Yunita (17).

Hanya bermodalkan sepeda ontel, peralatan mandi dan beberapa potong pakaian, Mbah Hasan dan putrinya berangkat dari Depok, pada Senin (19/6) pukul 12.00 WIB. Tujuannya hanya satu, berjumpa dengan anak dan kerabatnya di Purbalingga, Jawa Tengah.

“Sudah hobi saya dari muda naik sepeda. Yang paling jauh itu ke Bima Sumbawa, saya juga sering ikut kalau ada event-event.” Ujarnya kepada setaranews saat sedang beristirahat di Rest Area Koramil Weru, Kabupaten Cirebon, pada Rabu (21/6).

Mbah Hasan memperkirakan untuk sampai di Purbalingga memakan waktu empat hari. “Saya tidak menargetkan kapan harus sampai di kampung.” tambahnya.

Peluh keringat dan rasa pegal yang menghampiri tubuhnya tidak menjadi alasan untuk mematahkan semangatnya, “Tidak kehitung berapa kali istirahat, ya kalau capek ya istirahat. Kalau malam istirahatnya di masjid.” tambahnya.

Hobi bersepedanya menurun kepada putrinya, Santi. Gadis yang tidak menamatkan sekolahnya dengan setia menemani bapaknya mudik. “Saya juga hobi naik sepeda dari tahun 2011, pertama naik sepeda dari Jakarta ke Bandung, terus dari Purbalingga ke Jakarta, dan sekarang dari Jakarta ke Purbalingga” ujar Santi.

 

 

Motif Penghilangan Alat Bukti Tercium Kuat Dalam Insiden Perampokan Kantor Dinas PUPR

Opini, Setaranews.com - Dari waktu ke waktu, kejahatan terus berkembang kearah yang mengkhawatirkan, entah itu dari segi kualitas maupun kuantitas. Secara Kualitas dapat diartikan kejahatan berkembang mengikuti zaman yang semakin modern untuk melakukan kejahatan dengan menggunakan alat komunikasi, informasi dan teknologi serta transportasi. Secara Kuantitatif dapat diartikan kejahatan lebih sering terjadi dengan motif kejahatan yang bermacam – macam.

Yang sekarang sedang menjadi sorotan media yaitu kasus perampokan kantor Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR), namun kasus ini dinilai janggal karena diduga sengaja dilakukan oleh oknum-oknum terkait untuk mengambil keuntungan dari persoalan yang sedang menjadi perbincangan publik di media sosial ataupun media massa, seperti kasus Dana Alokasi Khusus (DAK 96 M), Pembangunan Gedung Sekretariat Daerah (Setda 86 M) serta Panitia Penilaian Hasil Pengerjaan (PPHP) yang dinilai belum berjalan sesuai dengan semestinya.

Dari hasil penyidikan yang dilakukan Polresta Cirebon, banyak Sarana dan Prasarana yang dirusak seperti lemari, Brankas yang berisi uang tunai sebesar Rp.3.000.000 dan CCTV serta Berkas-berkas yang terlihat berantakan. Diduga pelaku merupakan orang dalam sehingga hafal betul lokasi-lokasi yang menjadi tempat dokumen penting.

Yang dikhawatirkan dokumen yang menjadi berkas berkas pembangunan DAK 96 dan Gedung Setda yang menjadi permasalahan yang lagi hangat di perbincangkan sengaja di hilangkan supaya tidak ada bukti untuk dijelaskan lebih lanjut.

Kembali kita kaitkan dengan Visi Kota Cirebon yaitu “RAMAH” ( Religius, Aman, Maju, Aspiratif dan Hijau). Salah satu dari Visi itu Berbunyi “Aman” dengan kejadian perampokan kantor Dinas PUPR menimbulkan banyak pertanyaan masih amankah kota Cirebon? Apalagi ini terkait dokumen-dokumen penting pembangunan infrastruktur publik dalam hal ini Pekerjaan Umum (PU) sebagai pejabat teknisnya sampai hilang.

Patut diduga ada oknum yang bermain di balik kejadian yang menimpa Kantor Dinas PUPR tersebut ada kaitannya dengan kasus-kasus dugaan penyalahgunaan wewenang dan indikasi Tindak Pidana Korupsi menjadi salah satu otak pelakunya. Dalam hal ini Pihak PU dan Kepolisian kota Cirebon dapat Bekerjasama dengan baik dalam  menangani kejadian perampokan ini, agar motif dan pelakunya dapat terungkap secepat mungkin, bagimanapun kejadian ini harus diungkap sampai selesai karena hal ini menyangkut hajat hidup orang banyak.

Pemerintah Kota (Pemkot) Cirebon pun harus berani bersikap terkait kejadian tersebut, baik eksekutif ataupun legislatif harus dapat bekerjasama dengan penegak hukum untuk menyikapi keadaan yang dinilai sudah genting, jangan hanya diam seolah  menutup mata dan telinga dalam menyikapi kasus tersebut. Penegak hukum pun harus bergegas dengan cepat agar semua yang terjadi dapat terbongkar.

*Penulis adalah Indra Kusuma, Mahasiswa Fakultas Pertanian, Jurusan Agroteknologi Unswagati Cirebon.

Selasa, 20 Juni 2017

Bangun Kesadaran Pemuda, UKM P&K Siap Gelar Semarak Keilmuan

Unswagati, Setaranews.com – Unit Kegiatan Mahasiswa Penalaran dan Keilmuan (UKM P&K) Universitas Swadaya Gunung Jati (Unswagati) kembali mengadakan Semarak Keilmuan ke-3. Acara ini akan dilaksanakan pada 13-15 Juli 2017 di Kampus Utama Unswagati. Semarak Keilmuan merupakan program kerja tahunan, yang tahun ini mengusung tema  yaitu Membangun Prestasi Generasi Muda Menuju SDGs (Sustainable Development Goals).

"Alasan kami mengambil tema tersebut adalah karena kami menyadari betapa pentingnya peran pemuda sebagai agent of change. Lemahnya pengetahuan siswa/mahasiswa tentang pentingnya sebagai penerus bangsa, mendorong kami untuk membantu meningkatkan kesadaran tentang pentingnya sebagai agent of change  yang mempunyai kemampuan-kemampuan untuk membangun  indonesia menjadi lebih baik" ungkap Rohaniyah, Ketua Pelaksana semarak keilmuan P&K 2017, pada setaranews melalui media sosial Whatsapp, Selasa (20/6).

Lebih lanjut, Rohaniyah menjelaskan tujuan dari semarak keilmuan P&K 2017 yaitu merupakan wujud implementasi dari pembelajaran keorganisasian atau merupakan wujud edukasi langsung dalam bentuk perlombaan untuk mengetahui sejauh mana pemuda ikut berpartisipasi, serta untuk mengetahui pula sejauh mana kemampuan mahasiswa dan siswa.

Semarak Keilmuan diisi dengan berbagai kegiatan, diantaranya adalah seminar nasional, field trip (penanaman pohon), orasi ilmiah, dan perlombaan. Perlombaan terbagi menjadi tiga tingkat yaitu tingkat SMP/sederajat, tingkat SMA/sederajat, dan tingkat Mahasiswa.

Perlombaan untuk tingkat SMP yaitu lomba mading dengan tema "pentingnya menjaga alam semesta" dan lomba puisi dengan tema "budaya Indonesia". Sedangkan untuk  SMA akan diadakan lomba reporter dengan tema "mengangkat pariwisata yang ada di Kota Cirebon" dan lomba puisi dengan tema "kepemudaan". Serta perlombaan untuk tingkat mahasiswa yaitu lomba membuat poster dengan tema "budaya Cirebon" dan lomba Semarak Essai Nasional (SEN).

Waktu pendaftaran perlombaan dibuka sampai 5 Juli 2017 untuk semua tingkat perlombaan. Pendaftaran tidak dipungut biaya, kecuali lomba Semarak Essai Nasional (SEN) dikenakan biaya Rp. 30.000. (Trusmiyanto)

Opini: Full Day School Membunuh Anak Indonesia, Generasi Penerus Bangsa

Sedikit Pembuka

Akhir–akhir ini bangsa kembali diriuhkan dengan berbagai persoalan yang tidak hentinya menguras energi dan perhatian. Namun, keringat yang ditorehkan serta perhatian yang dicurahkan tak juga memberikan kesadaran, apalagi efek jera kepada mereka yang tak pernah lelah dan gegap gempita memporak-porandakan, menjajah bangsanya sendiri.  Memang benar, Bung. Perjuangan kita lebih berat, karena melawan bangsa kita sendiri!

Polemik yang ada menjadi perbincangan yang hangat dimulai dari warung kopi, hingga para cendekiawan di perguruan tinggi, sampai pada elit yang bersorak sorai di hotel berbintang. Sedangkan rakyatnya hanya menonton di pinggir–pinggir jalan, di bawah kolong jembatan, di emperan, dan di bawah atap–atap rumah dalam perenungan. Ya, salah satunya yaitu persoalan “Pendidikan”. Sebuah kata "sexy" yang tak pernah tamat diperdebatkan, karena memang cita-cita masih belum tergapai, apalagi dalam genggaman tangan.

Hiruk pikuk itu kembali ramai tatkala Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Mendikbud RI) mengeluarkan kebijakan melalui Surat Keputusan (SK) mengenai sekolah 8 jam sehari dalam kata lain Full Day School (FDS). Teknis, tapi begitu ramai dan memang menarik untuk dikaji dengan seksama. Menggunakan sanubari, nalar yang jernih, akal yang sehat, melihat kedalam jati diri sebagai sebuah bangsa yang kaya akan budaya dan sociocultural, yang memang menjadi dasar pendidikan itu sendiri.

Kondisi Objektif

Di Cirebon dan sekitarnya sendiri tak sedikit pemberitaan pro dan kontra mengenai sistem FDS. Apalagi jika ditilik lebih jauh,  Cirebon banyak pesantren , dan kebijakan tersebut dirasa bakal berdampak buruk pada sistem pembelajaran dan pendidikan agama yang sudah diwariskan secara turun temurun. Dalam hal ini, Penulis tidak mau terjebak sebagai seseorang yang pro atau kontra dalam kerangka opini yang dibangun di mana terdapat dua elemen organisasi keagamaan besar di dalamnya, yaitu NU dan Muhammadiyah. Penulis  hanyalah sebagai rakyat dari bawah yang melihat dari sudut pandang kondisi objektif dinamika yang ada dalam kehidupan masyarakat. Bukan pula sebagai seorang akademisi atau cendekiawan yang melihat persoalan akar rumput dari menara gading.

Baiklah, mari kita analisis mengenai kebijakan FDS tersebut, apa saja efek domino yang akan ditimbulkannya.  Di satu sisi, di internal pemerintahnya saja masih terjadi saling serang antar menteri terkait kebijakan tersebut. Tapi penulis apresiasi langkah Presiden Jokowi yang segera mencabut kebijakan Mendikbud itu. Namun, tetap menjadi catatan penting bahwa kejadian ini menandakan lemahnya komunikasi dan koordinasi antar lembaga kementerian. Dari sisi perencanaannya saja sudah absen! Di sisi lain, terdapat beberapa poin penting yang seharusnya dijadikan dasar pertimbangan ketika ingin mengeluarkan kebijakan, diantaranya yaitu aspek keadilan, kebermanfaatan, dan kemanusiaan.

Poin pertama, apakah dengan diberlakukannya FDS tersebut bisa memenuhi unsur keadilan yang di mana sistem masyarakat kita masih dualistik; terbagi atas wilayah kota dan desa yang memang dari berbagai aspek jelas berbeda.  Di kota FDS mungkin berjalan efektif, tidaklah terlalu menuai konflik. Akan tetapi, ketika diterapkan di desa apakah akan mendapat respon yang sama? Jelas tidak. Struktur ekonomi sosial  politik, budaya, masih timpang belum merata. Jelas kebijakan ini tidak memenuhi aspek keadilan!

Kebermanfaatan, kebeijakan yang baik serta tepat sasaran pasti akan memberikan manfaat positif terhadap hasil yang akan diperoleh dikemudian hari.  Menurut penulis, sebagai rakyat yang pernah mencicipi pola pendidikan di Kota dan di Desa, kebijakan tersebut justru akan memberikan banyak dampak negatif ketimbang positif. Terutama dari kacamata psikologis, lingkungan, sosiokultural yang lambat laun menimbulkan korelasinya terhadap moralitas dan integritas para generasi penerus bangsa.  Bisa memberikan manfaat positif memang, dengan syarat mutlak telah tercapainya terlebih dahulu pemerataan pendidikan dan ekonomi sampai penjuru Indonesia.

Poin ketiga selanjutnya yaitu bicara soal kemanusiaan. Dalam  tolak ukur yang satu ini apalagi, kebijakan FDS menurut penulis merupakan suatu upaya yang secara perlahan justru akan membunuh karakter anak,  di mana anaknya menjadi robot-robot yang berjalan. Waktu yang seharusnya bisa dimanfaatkan untuk mengenal arti kekeluargaan di rumah, arti persatuan dan gotong royong dengan bermain,  lebih mengenal lingkungan sekitarnya akan sirna begitu saja. Yang dilihat hanya dinding–dinding ruang kelas dan selembaran – selembaran kertas. Bak dinding penjara yang membelenggu, hilang sudah kemerdekaan jiwa, kemerdekaan berfikir dan kebebasannya. Padahal pendidikan yang hakiki adalah pendidikan yang membebaskan dan memanusiakan manusia.

Sebuah Renungan

Jika di perkotaan mungkin bisa efektif  karena orang tua di kota akan merasa senang dan tenang, ketimbang meninggalkan anaknya diam di rumah atau bermain keluyuran. Seperti menitipkan anaknya di panti asuhan, karena kesibukan dan aktivitas kesehariannya yang padat. Nah sedangkan di desa, dengan jumlah peserta didik paling banyak? Waktu sepulang sekolah itu digunakan untuk bermain, mengenal arti persaudaraan, pertemanan, mengenal lingkungan dan mempelajari kearifan tanah kelahirannya. Sorenya digunakan untuk lebih mendalami pendidikan agama. Sirkulasi waktu berjalan efektif, sehingga akan membentu karakter yang progresif. Pemimpin-pemimpin hebat Indonesia berasal daridesa yang menggunakan pola kearifan lokal dan pendidikan agama yang kuat. Tidak percaya? Silakan buka lagi lembaran sejarah mengenai bapak-bapak pendiri bangsa kita!

Sudahi perdebatan di tataran kebijakan yang sifatnya hanya kulit, teknis. Hal ini akan membuat kita semua lupa ingatan, lupa akan persoalan yang lebih strategis dan menjadi pokok utama. Di mana pendidikan itu harus terjangkau dan bisa dinikmati dengan layak oleh seluruh masyarakat Indonesia tanpa terkecuali. Itu sebetulnya yang harus dipikirkan dan diperdebatkan. Setelah hak dasar itu terpenuhi,  baru kita berdialektika bagaimana agar lebih meningkatkan kualitas pendidikan.

Kebijakan yang ada justru sebaliknya, burputar di lingkaran setan, memperdebatkan yang lebih pada hasrat untuk memuaskan pribadi dan golongan. Lupa bahwa kebijakannya bisa membunuh karakter anak itu sendiri. Karena dengan tidak memberikan hak dasar berupa pendidikan layak kepada seluruh rakyat Indonesia untuk mencerdaskan kehidupan banga, maka bukan lagi membunuh generasi, melainkan telah Membunuh Indonesia. Bukannya pendidikan yang memanusiakan merupakan salah satu tiang pancang yang menjadi dasar konstitusi itu? Cucimukalah.

*Penulis adalah Epri Fahmi Aziz, Ketua Umum Gerakan Mahasiswa Sosialis (GeMSos) Cirebon

Di Demo Mahasiswa, Kantor DPUPR Kekosongan Wajah Pejabat

Cirebon, SetaraNews.Com – Sekumpulan mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa Sosialis (Gemsos) Cirebon kembali menggelar aksi demonstransi. Kali ini yang menjadi sasaranya yaitu Dinas Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat (DPUPR) terkait pembangunan yang tidak berjalan sebagimana mestinya, (20/06).

Seperti yang diungkapkan oleh Juru Bicara (Jubir) Aksi, Jimat Ali Santoso, aksi tersebut untuk mengawal pembangunan kota Cirebon yang hampir semua pengerjaannya mangkrak, tidak tepat sasaran,  tidak efektif dan efisien. Padahal sudah di atur dan tercatat di UU Jasa Kontruksi Dan Peraturan Presiden (Perpres) nomor 38 tahun 2015.

“Pembangunan yang ada justru kontraproduktif, tidak sesuai dengan amanat konstitusi. Hal ini lantaran tidak adanya rasa tanggungjawab dari elit pemerintahan di Kota Cirebon,” Ujarnya (20/06).

Dalam aksinya, kali ini mahasiswa ingin menemui pihak Dinas PUPR terkait dugan adanya dokumen penting yang hilang karena insiden perampokan dini hari kemarin. Pasalnya data tersebut berurusan langsung dengan masyarakat banyak.

“Itu aset negara. Bukti penting dalam dugaan-dugaan korupsi pembangunan di Kota Cirebon yang ditangani Dinas PUPR. Seperti dokumen Dana ALokasi Khusus (DAK 96 M), Pembanguna Gedung Setda 86 Miliar yang saedang menjadi sorotan publik saat ini. Kalau hilang juga, ini adanya indikasi modus untuk menghilangkan alat bukti,” Pungkasnya.

Lebih lanjut Jimat mengungkapkan bahwasanyya hal ini juga berimplikasi pada kegagalan Visi Religius, Aman, Maju, Aspiratif, dan Hijau (RAMAH). Menurutnya, tidak ada satu poin pun yang tercapai dari visi tersebut.

“Silahkan tanya pada hati nurani kita masing-masing, apakah ada yang tercapai dan berdampak langsung pada rakyat? wong Ini sekelas dinas saja kerampokan kok, yang hal ini berarti nampak sekali ketidak amanan di Kota Cirebon.” Tukasnnya.

Sementara itu di pihak lain, salah satu Satuan Pengamanan (Satpam) kantor PU mengatakan bahwa tidak ada satu pun pejabat PU yang berada di kantor. Semuanya sedang menghadiri rapat di Pemerintah Kota Cirebon (Pemkot) terkait perampokan di Kantor Dinas PUPR.

“semua pejabat di panggil Walikota, setelah itu kemudian akan ke Polresta untuk pemeriksaan lebih jauh.” Ujarynya

Akhirnya massa aksi menyatakan sikap akan terus melakukan pengawalan dan kontrol sosial atas dugaan korupsi di Kota Cirebon yang membunuh jutaan rakyat jelata yang tidak berdosa.

Kamis, 15 Juni 2017

Gagal Wujudkan Visi Kota Cirebon, Gemsos Gelar Aksi

Cirebon, SetaraNews.Com – Gerakan Mahasiswa Sosialis (GeMSos) Cirebon menggelar aksi demonstrasi di Kantor DPRD Kota Cirebon terkait kinerja pemerintah Kota Cirebon yang belum bisa mewujudkan Visi dan Misi Kota Cirebon, pada Kamis (15/06).

Aksi dimulai dari Kampus Utama Unswagati menuju Kantor DPRD, sepanjang Jalan Siliwangi massa aksi melakukan orasi. Dalam orasinya, massa aksi menyerukan bahwa pemerintah yang terdiri dari Trias Politica (Legislatif, Eksekutif, dan Yudikatif) telah gagal mewujudkan visi dan misi kota Cirebon yaitu Kota Cirebon yang RAMAH (Religius, Aman, Maju, Aspiratif, Hijau).

Taufik Hay, Juru bicara (Jubir) aksi memaparkan kinerja pemerintah telah mencederai cita-cita kota Cirebon karena realitanya masih saja banyak terjadi penyelewangan oleh pemerintah.

“Kota Cirebon mempunyai visi RAMAH, namun dalam penerapannya masih banyak praktik-praktik korupsi yang mengotori tanah para wali ini, banyaknya polemik yang terjadi saat ini, seperti dugaan korupsi Dana Alokasi Khusus (DAK) insfrastruktur senilai 96 M, Gedung Setda (Sekretariat Daerah) 86 M yang tidak kunjung jelas, dan lagi PPDB dan PDAM yang selalu menjadi persoalan setiap tahunnya mengindikasikan trias politica harus mempertanggungjawabkannya sesuai tupoksinya.” Ujarnya saat ber-orasi di depan Gedung DPRD Kota Cirebon.

Disamping itu pihak DPRD, yang menurut ajudannya, sedang tidak ada di tempat karena sedang mengurusi Panitia Khusus (Pansus) keluar kota membuat massa aksi kecewa, yang jika di tinjau dari Visi Kota Cirebon sama sekali tidak aspiratif, karena sebagai masyarakat Kota Cirebon sulit untuk berdialog dan menemui wakil rakyatnya.

Lebih lanjut, aksi tersebut di teruskan dengan pernyatan sikap, pemerintah (Eksekutif, Yudikatif, Legislatif) gagal menjalankan tupoksinya, karena tujuan dari RAMAH itu tidak tercapai,  serta dalam rangka Good Government  pemerintah harus berpihak kepada rakyat banyak, transparan, akuntabel, serta jauh dari praktik tindak pidana korupsi.

Jumat, 09 Juni 2017

Menampung Aspirasi Mahasiswa, Himajemen Adakan Diskusi Forum Angkatan.

Unswagati, setaranews.com. Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen atau sering disebut Himajemen merupakan sebuah organisasi mahasiswa tingkat prodi/jurusan yang berada di bawah naungan Fakultas Ekonomi. Himajemen menjadi wadah di mana terdiri dari seluruh Mahasiswa Jurusan Manajemen  aktif  dan memiliki tujuan, misi, serta visi untuk memajukan Fakultas Ekonomi secara akademik maupun non-akademik seperti yang dimuat dalam himajemenunswa.blogspot.co.id.


Dalam hal ini, Himajemen FE Unswagati Cirebon melalui Divisi Kesejahteraan Mahasiswa (Kesma) yang memiliki fungsi menampung aspirasi mahasiswa, memberikan pelayanan terhadap mahasiswa manajemen demi terwujudnya kesejahteraan mahasiswa, serta menjadi panyambung lidah mahasiswa dengan lembaga kemahasiswaan, mengadakan Diskusi Forum Angkatan dan Buka Bersama Mahasiswa Prodi Manajemen FE Unswagati, kamis (8/6) bertempat di Aula Kampus 1 Unswagati Cirebon.


Ketua pelaksana diskusi forum angkatan, M. Fatkul, mengatakan acara tersebut bertujuan untuk menjalin dan mempererat silaturahim antara Ormawa dengan mahasiswa. Acara diskusi tersebut diikuti oleh perwakilan setiap kelas, mulai dari tingkat 1, tingkat 2, dan tingkat 3. Acara dimulai dengan perkenalan atau keakraban, kemudian diskusi, dan diakhiri dengan buka bersama.


Dalam diskusi dibahas mengenai isu-isu yang terjadi di Lingkungan Kampus Unswagati terutama di Prodi Manajemen. Selain itu, melalui diskusi tersebut Himajemen dapat mengetahui keluhan-keluhan mahasiswa dan juga dapat menampung segala bentuk aspirasi mahasiswa.


"Alhamdulillah, saya rasa acara ini cukup berhasil karena perwakilan dari tingkat 1, tingkat 2, tingkat 3 itu ada, dan mereka bisa mengeluarkan aspirasi pada saat diskusi", katanya pada setaranews disela-sela acara.


Kemudian, diungkap oleh Ketua Umum Himajemen, Gunawan atau kerap disapa Gugun, didapat hasil tujuh point dari diskusi forum angkatan yang meliputi




  1. Kinerja dosen yang jarang masuk

  2. Fasilitas pembelajaran

  3. Kebersihan toilet kampus

  4. Ormawa yang berpacu pada profit

  5. Lingkungan parkir Fakultas Ekonomi

  6. Biaya kuliah mahal

  7. Kurangnya informasi akademik dari pihak prodi.


"Segala apa yang disampaikan di diskusi ini sudah kita tampung, nanti kita coba buat sampein ke prodi karena itu sudah menjadi tanggungjawab dari HMJ-M" ungkapnya di akhir acara.


Pihaknya juga berharap, untuk kedepan bisa diadakan acara diskusi forum kembali dengan peserta lebih banyak, lebih baik dan lebih bermanfaat khususnya bagi mahasiswa manajemen. (Trusmi)

Rabu, 07 Juni 2017

Himajemen Mantapkan Pilihan Lewat Seminar Konsentrasi Manajemen

Unswagati, Setaranews.com - Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen (Himajemen) Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Swadaya Gunung Jati (Unswagati) Cirebon mengadakan seminar konsentrasi yang mengusung tema "My Choice Is My Responsibelity".

Seminar konsentrasi majemen di laksanakan di Ruang Auditorium Unswagati, Rabu (07/06). Narasumber yang dihadirkan berasal dari dosen yang membidangi masing-masing konsentrasi jurusan di FE, yaitu Noveria Susijawati SE.,MM (Konsentrasi Manajemen Keuangan), Dr.Junaedi Noer SE.,MM (Konsentrasi Manejemen Pemasaran), Ario Purdianto SE.,MM (konsentrasi Manajemen Sumber Daya Manusia) dan di moderatori oleh Siska Ernawati SE.,MM.

Gilang Rahmat, selaku Ketua Pelaksana (Ketuplak) seminar mengungkapkan tujuan diadakannya seminar tersebut sebagai gambaran terkait konsentrasi yang ada di kalangan Fakultas Ekonomi (FE). "tak lain yaitu untuk memberikan gambaran yang lebih mendalam tentang seperti apa konsentrasi manajemen (Pemasaran, Keuangan dan Manajemen Sumber Daya Manusia)" ungkapnya saat ditemui setaranews.com.

Lebih lanjut Gilang memaparkan "Seminar ini sengaja kami laksanakan karena mengingat mahasiswa tingkat tiga sudah diharuskan untuk memilih salah satu jurusan dari ketiga jurusan tersebut, agar mereka lebih memahami dan lebih tepat memilih konsentrasi yang sesuai dengan minat nya masing-masing," tambahnya.

Disisi lain Gunawan, Ketua Umum (Ketum) Himajemen mengharapkan selepas dari acara seminar konsentrasi tersebut, "Semoga saja setelah dilaksanakannya seminar ini dapat membantu teman-teman mahasiswa tingkat tiga agar tidak bingung dalam memilih konsentrasinya dan untuk kedepannya semoga seminar konsentrasi jurusan seperti ini dapat dilaksanakan secara rutin setiap tahunnya," harapnya kepada setaranews.com.

Seminar konsentrasi Manajemen dihadiri oleh 199 peserta dan dimulai sekitar pukul 08:30 WIB hingga pukul 11:30 WIB.

 

 

Minggu, 04 Juni 2017

UKM Seni Budaya Ikat Tali Silaturrahmi lewat Bukber dan Sahur On The Road

Unswagati, Setaranews.com - Unit Kegiatan Mahasiswa Seni dan Budaya (USB) kembali mengadakakan acara rutin tahunan yang dilaksanakan setiap bulan ramadhan, kali ini USB mengadakan acara buka puasa bersama dan sahur on the road, acara tersebut dilaksanakan di Ruang Aula Universitas Swadaya Gunung Jati (Unswagati) Cirebon, Sabtu (03/06).

Tujuan diadakannya acara tersebut semata-mata untuk mempererat tali silaturrahmi, seperti yang diutarakan oleh Heriyani selaku Ketua Pelaksana (Ketuplak) acara. "Agar terjalin silaturrahmi antar anggota dan alumni, kemudian antar anggota dan anggota beserta dengan Organisasi Mahasiswa (Ormawa) yang ada di kampus," ungkapnya saat ditemui setaranews.com disela-sela berlangsungnya acara, Sabtu (03/06).

Lebih lanjut, Heriyani memaparkan mengenai susunan acaranya. "Kami juga akan melakukan sahur dan obrog keliling yang mana rutenya kita mulai dari area kampus satu, kemudian keliling sampai nanti di akhiri di Masjid At-Taqwa Kota Cirebon," tambah pria yang kerap disapa dengan sebutan Bathos tersebut.

Selain itu, USB juga melakukan Bakti Sosial (Baksos) di Panti Jompo Wreda Siti Khadijah, Desa Karang Jalak. "Kami juga melakukan baksos di bulan ramahan tahun ini sebagai bentuk santunan kami kepada panti jompo dengan harapan di bulan suci seperti ini kita menjadi lebih baik dan buat acara ini semoga lebih baik juga buat tahun-tahun seterusnya," tutupnya.

Puisi: Harapan Dalam Impian

Dikala petang menantang
Kau selalu taburkan pucuk kerinduhan
Mengemas tangis dalam gelora mu
Dan alunan doamu selalu terkubur sebelum kau teteskan air mata

Dalam kelamnya sujudmu
Petiklah deru cinta abadi untukku
Karena dimuka tak tampak sosok kelopakmu
Dan tak mungkin aku bergegas memberi kabar kepada mimpi

Berlahan usiamu mulai kusam termakan langit
Mengiringi kerapuhan waktu
Tapi, disini aku bagaikan gemintang yang menerangi mu meski dalam rindu
Maka kudekap sukmamu sembari berharap matahari memekarkan mimpi-mimpimu

 

Penulis: Haerul Anwar, Mahasiswa Fakultas Ekonomi-Manajemen, Semester 6

Jumat, 02 Juni 2017

Puisi: Bukan Kawan

Kawanku tidak mencoba mengambil rusukku

Karena hanya anjing yang suka tulang

Kawanku tidak memeras perlahan hartaku

Karena hanya sapi yang bisa diperah

Kawanku tidak memecah- belah pertemanan

Karena hanya domba yang semangat diadu

Kawanku tidak mengotori nama baik teman

Karena hanya babi yang tinggal ditempat jijik

 

Kawanku tidak menyakiti satu sama lain

Karena hanya mawar berduri yang melukai

Kawanku tidak menghilang saat dibutuhkan

Karena hanya ratu malam yang sulit ditemukan

Kawanku tidak membunuh diriku dan lainnya

Karena hanya kecubung yang memiliki racun

Kawanku tidak mengumbar keburukanku

Karena hanya raflesia yang berbau bangkai

 

Jadilah kawan dengan hati nurani

Jadilah kawan yang tidak menyakiti

Kita manusia bukan binatang bukan tanaman

Punya aturan dan pikiran

 

 

Penulis: Ilalang