Kamis, 30 April 2015

Ormawa Bentuk Komunitas Peduli Lingkungan

Unswagati, Setaranews.com- Siang ini beberapa perwakilan Ormawa (Organisasi Mahasiswa) Unswagati nampak berkumpul di aula kampus utama,  kali ini mereka berencana membentuk sebuah komunitas gabungan dari ormawa-ormawa yang peduli akan lingkungan. Adapun tujuan utama pembentukan komunitas ini yaitu akan diadakannnya acara penanaman dan penghijauan di wilayah kampus Unswagati (30/4).

Mereka ingin komunitas ini menjadi wadah bersama dalam menjaga dan merawat lingkungan khususnya di Unswagati. “Membentuk media penyadaran rumah kita yaitu Unswagati, sudah selayaknya kita menjaga kebersihan lingkungan, dan membentuk rasa nyaman di rumah kita sendiri”, ujar Supri ketua pelaksana mahasiswa Unswagati peduli lingkungan.

Sasaran dari kegiatan ini yakni seluruh mahasiswa  tanpa terkecuali, dan mereka berharap terselenggaranya acara ini bisa berjalan dengan lancar dan berkesinambungan, mahasiswa sadar akan pentingnya penghijauan di lingkungan kampus tambah mahasiswa semester empat fakultas pertanian ini.

Dua Motor Mahasiswa Unswagati Raib Saat UTS

Unswagati, SetaraNews.com - Setelah sebelumnya 1 unit laptop hilang, kini kembali terjadi kehilangan berupa sepeda motor milik mahasiswa di Unswagati, tak tanggung-tanggung 2 unit sepeda motor Honda Beat Merah dengan Nomor polisi E 2714 QP dan E 5442 BL raib seketika. Kejadian ini terjadi sangat cepat sekitar  pukul 21.00 WIB, pasalnya baru ditinggal 2 jam motor yang sedang diparkir di depan halaman masjid kampus 1 Unswagati tiba-tiba hilang. “pada waktu itu saya sedang mengikuti ujian, tidak ada kecurigaan apa-apa sebab biasanya aman-aman saja, tapi pas saya mau pulang tiba-tiba motor saya sudah tidak ada, saya kira lupa memarkirkannya dimana, ternyata saya baru sadar kalau motor saya sudah hilang” tandas Tantri mahasiswa akuntansi salah satu korban(30/4).

Berbeda dengan korban pertama, korban kedua awalnya sedang mengikuti privat perpajakan, motor yang sedang diparkir di parkiran dosen ini tepatnya di depan perpustakaan universitas lenyap seketika dalam waktu yang bersamaan. “ Sangat disayangkan kampus sebesar ini standar pengamanannya sangat minim, tidak adanya tanggapan serius terkait standar pengamanan kampus, tidak adanya kartu parkir apalagi  kamera CCTV” sambung Fitri mahasiswi lulusan Universitas Islam Indonesia (UII) Jogja, yang menjadi korban kedua.

Sesaat sebelum peristiwa terjadi, terdapat dua petugas keamanan kampus sedang berjaga-jaga di pos dan mengontrol ke parkiran belakang, namun karena pada waktu kejadian berlangsung kondisi kampus masih ramai, tempat parkir masih dipenuhi kendaraan ditambah kurangnya tenaga keamanan tetap saja kecolongan, terbukti dengan 2 unit sepeda motor yang berhasil dibawa pencuri.

Minimnya pengamanan kampus diduga diduga sebagai penyebab terjadinya peristiwa kehilangan Ini, Kasus tersebut kini sedang ditangani oleh pihak kepolisian Polsek utara-barat kota Cirebon.(Syhr)

Rabu, 29 April 2015

Menakar Efeksitas Hukuman Mati

Hukuman mati, Sebuah selogan baru yang (mungkin) sedang menjadi buah bibir. Kehebohannya tidak kalah dengan batu akik. Di koran, di televisi, hingga bahkan di bawah lampu remang warung-warung pantura, semua berbincang lebar menyoal bagaimana hukum menyelesaikan kisah hidup seseorang (Death Penalty).

Dari cuap-cuap yang terserak itu, didapati dua hal yang bisa disimpulkan sebagai dasar penerimaan, dan dua hal sebagai dasar penolakan.

Yang menerima, memiliki dua pandangan pokok. Satu, hukuman mati adalah hukuman paling pantas bagi teroris, pengedar narkoba dan pembunuh. Rasio Logisnya (secara akal sehat) bahwa yang menghilangkan nyawa harus dibalas nyawa. Kedua, hukuman mati adalah tindakan yang lebih manusiawi dibandingkan membiarkan orang hidup sebatang kara di penjara. Mereka menguras kesedihan korban, juga menguras duit negara membiayai hidup mereka.

Intinya, bagi yang menerima, mereka menggunakan prinsip retribusi. Prinsip tersebut berkutat pada pemahaman sederhana, mata ganti mata, bunuh dibayar dengan bunuh, hidup dilunasi oleh hidup (do ut des), Seperti  itu.

Yang menolak, pun, memiliki dua keyakinan pokok mengapa hukuman mati haruslah di tolak. Satu, hukuman mati adalah tindakan penghentian harapan dari orang yang jahat untuk menjadi orang yang lebih baik. Mereka yang bersalah sejatinya mempunyai kesempatan untuk bertobat, dan kesempatan itu bisa dilakukan hanya apabila diberikan kehidupan. Dua, hukuman mati, apapun alasannya, adalah sebuah perbuatan yang menciderai prinsip hak manusia untuk hidup. Prinsip tersebut tidaklah luntur sekalipun terhadap pribadi yang melakukan kejahatan dengan menghilangkan nyawa yang lainnya.

Mereka yang menolak tentunya mempunyai suatu pedoman, yakni kemanusiaan. Dalam sebuah risalah diceritakan bahwa, Nabi Isa suatu ketika ditanyai atau dipaksai soal “sebaiknya pelaku zinah ini kita rajam saja sampai mati!!! ????”. Isa diam dan setelah itu menjawab “dia yang tanpa dosa di antara kamu, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu..”. Lalu semua diam, mendadak hening dan pengampunan terjadi.

HUKUMAN MATI INDONESIA

Jikalau kita ingat, mengenai hukuman mati, Tiongkok tentunya adalah negara yang seringkali diagung-agungkan sebagai contoh yang masyhur. Dengan ketegasannya, negara tersebut berhasil menyapu bersih anggaran pendapatan dari korupsi. Dan, ancaman hukuman mati terhadap koruptor itu, telah membuat negara tersebut merangsek menjadi adidaya menyaingi Amerika Serikat. Hal itu pun katanya, karena tidak diketahui secara pasti datanya.

Singkatnya, semenjak itu, hukuman mati mulai tidak lagi dikenal sebagai prosedur hukum tetapi juga telah menjadi tolak ukur menyoal efek jera. Hukuman mati dijadikan indikasi atau alat untuk menurunkan tindakan yang buruk.

Ada sebuah kebiasaan, yaitu negara berkembang selalu mengikuti negara maju. Indonesia yang tidak melakukan eksekusi mati pada 2014, secara mengejutkan pada 2015 melaksanakan enam eksekusi mati terkait kasus narkotika hingga bulan Maret. Hal itu bertujuan, tentu, untuk mengurangi peredaran narkoba yang dinilai merusak generasi penerus.

EFEKTIFITAS

Setiap persoalan, apalagi itu menyangkut etika, selalu melibatkan apa yang disebut dengan hak prima facie atau hak pada pandangan pertama. Artinya, hak negara terhadap hukuman mati itu berlaku sampai dikalahkan oleh hak lain yang lebih kuat. Dan, hak negara itu, bisa runtuh apabila tujuan efek jera tersebut nyatanya tidak menunjukan hasil bahkan nihil.

Efektifitas mengenai penurunan tindak pidana dengan sarana hukuman mati tersebut belum secara gamblang dibeberkan. Hendardi, ketua Setara Institute, menilai bahwa malah sejauh ini tidak ada statistik yang menyebutkan adanya penurunan.

Di sisi lain, masih menurut Hendardi, hukuman mati seringkali dibisniskan dan riskan kesalahan apabila dilaksanakan dengan tidak hati-hati. Hukuman mati bisa dilakukan apabila penegak hukum secara terang bisa memahami antara motif (motive) dan penyebab (causa). Jika tidak, hukuman mati hanyalah sebuah kegiatan yang menabrak moral karena memperalat nyawa manusia untuk percobaan.

PENUTUP

Dalam setiap tindakan selalu memiliki konsekuensi. Jikalau relevansi antara hukuman mati dan penurunan tingkat penggunaan narkotik tidak berjalan, artinya, hukuman mati hanyalah menjadi seperti; kejutan budaya (cultural shock).

Seyogyianya, jika hidup dan menghirup nafas adalah suatu bentuk kebebasan, Sartre benar bahwa “we are condemned to be free” atau kita ditakdirkan untuk bebas. Namun, yang perlu menjadi catatan, hukuman mati seolah “menggunakan kebebasan untuk menyangkal adanya kebebasan itu sendiri”.

 

Oleh :

Bakhrul Amal

peneliti di Satjipto Rahardjo Institute

Biaya Naik, Orang Tua Calon Mahasiswa Baru Berharap Tinggi

Menjelang masa pendaftaran mahasiswa baru, para orang tua menaruh harapan besar kepada pihak Universitas Swadaya Gunung Jati (Unswagati)  terkait kenaikan biaya PMB (Penerimaan Mahasiswa Baru).

Para orangtua calon mahasiswa baru tetap berharap dengan biaya kuliah saat ini diimbangi dengan fasilitas yang ada, Menurut Darsono salah satu orang tua calon mahasiswa baru menilaikenaikan biaya tersebut wajar apabila peningkatan sarana dan prasarana di kampus sebanding dengan kenaikan biayanya.

‘’Tidak masalah kalau biaya sih, itu kan memang resiko nguliahin anak, yang penting anak kuliahnya bener,  tapi dengan biaya segitu ya dibagusinlah sarana dan prasarananya.’’ Tuturnya.

Biaya PMB meningkat hampir 50% dari tahun sebelumnya. Pada tahun ajaran 2014-2015 biaya PMB berkisar Rp.4.500.000,000 namun tahun ajaran sekarang sudah menyentuh Rp.6.000.000,00 sampai Rp.7.000.0000,00.(An)

Sabtu, 25 April 2015

Dosen Buka Suara Perihal Kenaikan Biaya Masuk Mahasiswa Baru

Unswagati, Setaranews.com–Beberapa dosen angkat bicara dalam menanggapi kenaikan biaya masuk Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon bagi mahasiswa baru tahun ajaran 2015/2016. Kenaikan yang terjadi menurut salah satu dosen merupakan suatu hal yang wajar karena kita ketahui bahwa kurang lebih sejak lima tahun terakhir biaya pendidikan di Unswagati tidak mengalami peningkatan, terlebih saat ini semua kebutuhan hidup naik.

“Kenaikan ini suatu hal yang wajar, apalagi kenaikan diimbangi oleh fasilitas, seperti saat ini banyak yang dicat, ruangan banyak yang baru, tersedia CCTV, saya pikir semuanya terbayar pas. Kalian percaya bayar maka kamipun percaya memberikan fasilitas yang baik. Kita hanya perlu bijak dalam menanggapi hal semacam ini”, ujar salah satu dosen saat ditemui SetaraNews.

Para dosen menilai bahwa kenaikan ini perlu dipikirkan lebih jauh, harus melihat keadaan masyarakat yang ingin melanjutkan keperguruan tinggi mampu menyesuaikan dengan biaya yang tertera atau tidak.

“Kita perlu berpikir menyeluruh mengenai kenaikan biaya masuk bagi mahasiswa baru, namun apabila kita mampu untuk membayar, sebaiknya ikut mendukung karena kenaikan ini memiliki alasan tersendiri yaitu keadaan perekonomian yang saat ini belum baik.” ujar Edi Junaedi sebagai dosen Fakultas Ekonomi.

Kenaikan biaya masuk Unswagati diakui merupakan bentuk dari dampak secara makro ekonomi. Selama kenaikan ini masih proporsional maka masih dapat dikatakan wajar asal peningkatan diimbangi dengan peningkatan kinerja dan pelayanan baik sarana maupun prasarana.

“Selama masih proporsional itu wajar, harga meningkat maka pelayanan juga meningkat, kinerja pelayanan meningkat berarti ada cost, jadi peningkatan berbanding lurus dengan pelayanan yang diberikan. Bagaimanapun juga untuk mendapatkan value atau nilai yang lebih tinggi itu ada cost yang menjadi pengorbanan, intinya peningkatan yang terjadi saat ini harus proporsional dan profesional.” jelas Jun, seorang dosen marketing. (dev)

 

Kamis, 23 April 2015

Mahasiswa Tuntut Pemerintah Perhatikan Ruang Terbuka Hijau

Cirebon, Setaranews.com – Gerakan Mahasiswa Pelajar (GMP) Kota Cirebon melakukan aksi terkait permasalahan Global Warming (Pemanasan Global) di Kota Cirebon. Aksi ini dilakukan oleh beberapa mahasiswa di jalan pemuda by pass depan kampus 3 Universitas Swadaya Gunung Jati (Unswagati) pada (23/04) pagi tadi pukul 10.30 WIB.

Dalam aksi ini, GMP menuntut agar pemerintah segera membuka lahan terbuka hijau, serta membatasi kepadatan kendaraan di Kota Cirebon sehingga efek global warming (pemanasan global) dapat dikurangi.

“Kami menuntut agar pemerintah kota Cirebon untuk membuka lahan terbuka hijau dan mengurangi pembangunan untuk hal yang tidak perlu”, ujar Dedi salah satu pelaku aksi.

“Sebetulnya Kota Cirebon juga sudah memiliki ruang terbuka hijau tapi jumlahnya sangat kurang, belum lagi yang sudah ada ini belum dikelola secara maksimal”, lanjut mahasiswa Fisip Unswagati semester dua ini.

Saat aksi ini berlangsung, mahasiswa sempat menghentikan mobil pertamina yang hendak melintasi jalan pemuda by pass dari arah kedawung ke terminal serta berorasi beberapa menit di atas mobil tanki tersebut. Meski dalam aksi ini terlihat pengawalan dari aparat kepolisian, aksi tersebut berlangsung damai. (Kur)

Rabu, 22 April 2015

Hari Bumi, Mapala Gunati dan Himakom Tanam Pohon untuk Kota Cirebon

 Unswagati-Setaranews Di hari bumi tahun 2015 ini Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) Gunati bekerja sama dengan Himpunan Mahasiswa Komunikasi (Himakom) Universitas Swadaya Gunung Jati hari ini langsungkan menanam ratusan pohon disejumlah ruas jalan Kota Cirebon. Hal ini menurut Warsono bukan semata program kerja kedua belah Organisasi Mahasiswa melainkan bentuk kepedulian kepada alam.

“ga ada kordinator acara atau ketua pelaksana. Ini kita kerjasama biasa aja pas kebetulan hari bumi” katanya ketika dijumpai setaranews.com di kampus I

Abdul Nashor perwakilan  dari Mapala meyatakan acara ini tidak semata-mata dilangsungkan saat hari bumi. Tapi, menurutnya esensi menanam tidak semata pada hari bumi

“Kebetulan aja pas hari bumi gitu, untuk penanaman sendiri kita ga ngambil momen hari apa, yan penting utamanya kan bukan harinya tapi nanam sendiri mah bebas ga harus hari bumi juga” ujarnya ketika ditemui seusai menanam di jalan Terusan Pemuda

Selain itu pohon yang ditanam akan dilaporkan kepada Dinas Kebersihan dan Pertanaman (DKP) Kota Cirebon untuk kemudian dirawat.

“Kita juga kerjasama dengan DKP kota Cirebon, nanti kita laporkan kemana aja penanamana nanti mereka yang akan meyirami. Posisi kita disini sekarang adalah mengawasi, jadi kalau misalkan pas udah ada nanti ada yang nyabutin kita yang tindak mereka udah kasih izin ke kita juga” Kata Jimat Ali Ketua Himakom.

Selain itu penanaman ini juga bermaksud untuk meneduhkan sejumlah wilayah Kota Cirebon.

“Buat peneduhan jalan biar Cirebon ga panas itu intinya. Biar Cirebon juga ada peneduhnya jadi pengguna kendaraan biar ga terlalu panas barangkali mereka pengen neduh bisa di pohon kami.” Tukas Jimat.

Pohon yang ditanami adalah pohon Trambesi sebanyak 150 Pohon. Sejumlah ruas jalan yang akan ditanami adalah jalan Terusan Pemuda, jalan Perjuangan dan jalan Angkasa. Selain disejumlah ruas jalan. Pohon pun ditanam di kampus III dan kawasan kampus IV.

 

Pendidikan Komersil Perguruan Tinggi

Opini-SETARANEWS.COM - Setelah berabad-abad silam teori tentang pembelajaran banyak dikemukakan oleh para ahli dan pemerhati. Telah banyak pula menghasilkan sistem pembelajaran dan mekanismennya. hingga tercipta sebuah sistem pembelajaran yang dikenal dengan nama “pendidikan” yang wacananya merupakan sisi yang menjadi prioritas dan vital bagi keberadaan bangsa dengan jargonnya “pendidikan berperan penting atas pembangunan bangsa”.

Namun, jargon hanya sebatas jargon, tidak dapat menstimulasi para pemeran didalamnya. Apa guna pendidikan apabila hanya meminta ketersediaan biaya dengan kedok penunjang. Ironis, pendidikan yang sejatinya dibentuk sebagai wadah bagi mereka yang ingin “berkembang” dalam arti meningkatkan kemampuan baik  IQ, EQ, dan SQ, kini disulam sebagai wadah bagi para empunya tittle untuk menimbun banyak emas bersayap uang kertas, sebagai ganti sebab sebelumnya mereka pun mengenyam studi yang mahal.

Tidak hanya itu, hak mahasiswa mengecap negeri kampusnya pun belum tercapai.  Unswagati negeri hanya sebatas angan belaka yang tak kunjung juga nyata. Para petinggi Unswagati pun seakan tak niat menjadikan Unswagati negeri, sebab proses PTN Unswagati yang tak kunjung selesai, padahal berapa banyak tuntutan DPP yang wajib dibayar oleh setiap mahasiswa. Janji Unswagati negeri hanya sebatas jargon dan slogan untuk menarik agar mahasiswa baru mendaftar.

Mahasiswa pun tak dilibatkan secara aktif dalam proses penegerian, ketidak adaanya transparansi akan penerimaan dan pengeluaran dana kemahasiswaan. Padahal uang yang diterima oleh pihak universitas merupakan hasil jerih payah para orang tua mahasiswa. Maka sudah sepantasnya para mahasiswa tahu perihal untuk kebutuhan apa saja uang mereka belanjakan.

Lantas para petinggi kampus seakan mandi uang dengan melakukan kunjungan keluar yang terkesan rekreatif. Tidak tanggung sejauh mungkin para petinggi kampus melakukan tour keluar negeri dengan alasan melakukan kerja sama akademisi. Dengan tanpa malu melepas tanggung jawab pada kampus hanya untuk tour keluar negeri. Sebenarnya esensi perkuliahan tidak untuk itu, bagaimana caranya perkembangan kampus baik mutu pendidikan maupun pembangunan dapat terealisasi dengan baik. Melakukan kerja sama itu mudah tapi alangkah malunya apabila sang partner yang diajak kerja sama berkunjung. betapa malunya melihat keadaan kampus dan situasinya yang jauh dari kata kondusif. Dengan sarana dan prasarana yang serba pas-pasan. Dan yang lebih miris lagi dalam satu ruang terdapat dua kelas yang jumlah mahasiswanya lebih dari 50 orang. Jika telah demikian apa yang patut di banggakan oleh kami para mahasiswa mengenai kampusnya wahai para petinggi universitas yang terhormat.

Melihat sisi tersebut, maka bisa dikatakan pendidikan hanya sebatas hitam diatas putih, pendidikan pun tidak berjalan sejatinya perannya sebagai dasar pembangunan bangsa. Sebab saat mengenyam bangku kuliah para peserta didik telah dikenalkan dengan sistem birokrasi juga menghasilkan administrasi yang bisa dikatakan penghancur sistem. Lantas untuk apa sistem pendidikan masih ada apabila birokrasinya menghancurkan sistem yang telah ada.

.Tak berdaya hukum yang kuat pula untuk mengikat, tidak juga teguh dengan asumsi dasar penyelenggaraannya, serta agen pendidikan banyak tidak profesional didalamnya. Sangat ironis dibalik bangsa yang kaya dengan suguhan sumber daya alamnya namun tidak ditunjang pengelolanya dengan baik khususnya penyelenggara akademik yang terhormat.

Terpatri akan stagnasi itulah pendidikan yang ada sekarang. Uang dapat berbicara banyak diranah akademik. Apabila akan tetap seperti itu, lalu apa gunanya Indonesia merdeka hingga saat ini  apabila tetap dijajah oleh kebodohan dan kelabilan kaum pribumi yang menjadi wakil orang tua di kampus.

Oleh :

Ahmad Faqih

Mahasiswa FKIP Unswagati

Selasa, 21 April 2015

Kartini Masa Kini: Katalis Perubahan





"Tiada awan di langit yang tetap selamanya. Tiada mungkin akan terus menerus terang cuaca. Sehabis malam gelap gulita lahir pagi membawa keindahan. Kehidupan manusia serupa alam." (Kartini-Habis Gelap Terbitlah Terang)

Banyak apresiasi ucapan selamat hari Kartini yang penulis baca di BBM (Blackberry Masenger), facebook, dan twitter contohnya. Baik, 21 April ini setiap tahunnya memang diperingati sebagai hari Kartini. Sebagai apresiasi Ir. Soekarno terhadap perjuangan Kartini terhadap kaum perempuan, lalu yang jadi pertanyaannya kini adalah seberapa kenal kita dengan sosok Kartini? Lalu apa yang dilakukannya hingga ia tetap dikenang? Kartini lahir pada 21 April 1879 di Jepara, Jawa Tengah, Hindia Belanda dan meninggal pada 17 September 1904 di Rembang, Jawa Tengah, Hindia Belanda di usianya yang ke 25 tahun. Kartini yang merupakan putri dari Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat seorang patih yang diangkat menjadi bupati Jepara segera setelah Kartini lahir.

Kartini yang menaruh perhatian pada kaum perempuan ini tidak hanya semata-mata soal emansipasi wanita tapi juga masalah umum. Kartini melihat perjuangan wanita agar memperoleh kebebasan, otonomi dan persamaan hukum sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas. Kartini yang peduli terhadap kondisi sosial di masa itu, mengungkapkan keluhan dan gugatan khususnya menyangkut budaya di Jawa yang dipandang sebagai penghambat kemajuan wanita. Kartini yang mengeluhkan tentang keberadaan poligami yang dihalalkan waktu itu memandang ketidakadilan untuk kaum wanita, Walaupun akhirnya Kartini menikah dengan bupati Rembang K.R.M Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat yang sudah memiliki 3 istri. Untungnya suami Kartini sangat mendukung Kartini, dari pernikahan tersebut Kartini berhasil mewujudkan cita-citanya untuk membangun sekolah khusus wanita di sebelah timur pintu gerbang komplek kantor kabupaten Rembang, yang fokus terhadap menjahit, menyulam, dan memasak. Kartini yang mengeluhkam kaum perempuan yang tidak bisa duduk di bangku sekolah, harus dipingit, dinikahkan dengan laki-laki yang tak dikenal, dan harus bersedia dimadu. Itulah beberapa hal yang diceritakan Kartini dalam surat-suratnya kepada teman-teman korespondensi yang berasal dari Belanda. Pada akhirnya surat-surat tersebut dibukukan oleh Mr. J.H. Abendanon dengan judul Door Duis ternis tot Licht kemudian diterjemahkan oleh Armijn Pane seorang sastrawan Pujangga Baru.

Lalu, apa yang dilakukan Kartini masa kini? Di manakah wanita yang bercita-cita sama dengan Kartini? Bisa saja kita membandingkan perubahan jaman namun pernah terpikirkan atau tidak sebuah surat yang ditulis Kartini bisa mengubah pandangan masyarakat Belanda terhadap perempuan pribumi di Jawa kala itu. Bagaimana dengan jaman yang serba canggih ini? Teknologi sudah bukan barang mewah lagi. Sekarang bisa dengan mudahnya mengakses sebuah situs bahkan berinteraksi dengan negara tetangga. Masihkan sulit untuk berkata, "sulitnya membuat suatu perubahan." Pernah tidak terbayangkan bahwa Kartini sama sekali tidak punya pilihan ketika harus dinikahkan namun sebagai balasannya ia mampu mendirikan sekolah untuk kaum perempuan. Baiklah, ternyata Kartini ditakdirkan untuk meninggal di usia muda. Andai saja sosoknya masih ada kini. Andai saja wanita Indonesia kini mempunyai pemikiran yang sama atau setidaknya menyadari bahwa hak wanita sama dengan kaum pria. Bukan dengan cara harus bersedia dipoligami atau sulitnya duduk di bangku sekolah. Kita bisa berprestasi dan membawa perubahan di manapun kita berada, tanpa ada embel-embel kata sulitnya dan sulitnya. Mulailah dari hal terkecil, menjadi pribadi yang membawa pengaruh positif bagi orang terdekat. Jika kamu berhasil maka dengan sendirinya bermunculan orang-orang sepertimu. Jangan banyak bicara hal yang tak penting. Lakukan dan lakukan. Mari kita bawa semangat Kartini dimulai dari hari ini untuk membangun bangsa. Menjadi katalis perubahan.


Oleh:

Luqyana Dahlia

Mahasiswa FKIP Unswagati


Mapala Gunati Kembali Adakan Mabim Divisi Tebing

Unswagati-Setaranews.com Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) Gunati pecinta alam dari Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon kembali mengadakan Masa Bimbingan (Mabim). Ini bukan kali pertamanya Gunati mengadakan kegiatan Mabim. Sebelumnya di tahun yang sama  sudah diadakan Mabim Buana Lestari Divisi Flora dan Fauna. Namun kali ini adalah Mabim Buana Darat Divisi Tebing yang dilakukan pada 17-19 April 2015 di Tebing Batu Lawang Desa Cupang Kecamatan Gempol Kabupaten Cirebon.

Kegiatan ini diperuntukkan kepada Anggota Muda (AM). Guna melanjutkan jenjang keanggotaan sebagai Anggota Penuh (AP), memang butuh proses yang panjang untuk menjadi AP dan dilakukan dengan sesuai sistematis prosedur keanggotaan. Selain itu Mabim ini dilakukan agar AM paham betul ,khususnya Divisi Tebing. Penetahuan tentang alat,sistem maupun teknik pemanjatan ataupun kegiatan outdorr lainnya yang berhubungan dengan prosedur keselamatan. Mengingat sebagian besar kegiatan Mapala Gunati di lapangan atau tidak jauh dari alam ,tentunya ini menjadi tuntutan bagi setiap anggota untuk memahami safety procedure dalam setiap kegiatan.

Hal ini mendapatkan antusias semangat dari salah satu peserta AM oleh Nur Widowati,” Selain dibekali materi,kita juga langsung mengaplikasikannya di tebing asli secara langsung. Jadi kita semakin paham dan semangat untuk mendalami Pengetahuan di Divisi Tebing”. Ujar perempuan yang sering dipanggil Jira itu.

Selain itu selaku Ketua Koordinator (Kodiv) juga mengutarakan pendapatnya, “Saya berharap dengan diadakannya Mabim ini AM dapat lebih memahami agar dapat melakukannya secara mandiri dan menjadi regenarasi anggota berikutnya yang paham betul dengan Divisi Tebing”. Tukas Eko (wdo).

Senin, 20 April 2015

Cetak Prestasi, Rektor Berikan Penghargaan

Unswagati, Setaranews.com – Rektor Universitas Swadaya Gunung Jati (Unswagati) memberikan sertifikat penghargaan kepada mahasiswa semester II Fakultas Pertanian atas keikutsertaannya dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) tingkat mahasiswa yang diselenggarakan oleh Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya dan Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Surakarta.

Tepat pagi tadi rektor Unswagati memberikan sertifikat penghargaan sebelum upacara di halaman depan Unswagati pada pukul 07:00 WIB, dimulai dengan pemberian sertifikat penghargaan kepada Royhan, Melisa, dan Suci Saptaningrum atas partisipasinya pada LKTI yang diselenggarakan oleh ITS, kemudian dilanjut dengan pemberian penghargaan kepada Rosa Rosdiana dan Yulia Maulani atas partisipasinya pada LKTI yang diselengarakan oleh UNS.

Lolosnya delegasi dalam LKTI sampai tahap presentasi makalah merupakan prestasi tersendiri, “Ini merupakan prestasi baik atas nama mahasiswa maupun atas nama lembaga, peserta yang di ITS lolos ke 15 besar dari 130 perguruan tinggi, dan yang di UNS lolos 10 besar dari 97 perguruan tinggi yang mendaftar” ujar Prof. DR. H. Rochanda Wiradinata, MP selepas apel pagi (20/4).

“Pemberian penghargaan ini sebagai apresiasi dan motivasi pada institusi, agar bisa memacu kepada mahasiswa lain untuk berprestasi, embel-embel swasta bukan jadi jaminan kita tidak bisa bersaing, karena semuanya mempunyai potensi” lanjut beliau.

Rektor Unswagati berharap kepada semua Program Studi maupun Fakultas di lingkup Unswagati untuk memperhatikan dan mengembangkan setiap informasi untuk mewadahi mahasiswa agar berprestasi dalam karya tulis ilmiah. Harapan Rektor Unswagati tersebut disambut baik oleh Ir. I Ketut Sukanata, MM “Kami akan mendukung sepenuhnya untuk mahasiswa yang minat terhadap karya tulis ini, dan dari Fakultas sendiri akan menyiapkan dosen pembimbing yang berkompeten dan bisa memenuhi kompetensi yang dibutuhkan untuk lomba karya tulis selanjutnya” tandasnya.(Kur)

Minggu, 19 April 2015

Fakultas Pertanian Hendak Tingkatkan Fasilitas Perpustakaan

Unswagati- Setaranews.Com – Dalam rangka mewujudkan kualitas Fakultas Pertanian Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon hendak menambah fasilitas sarana serta prasarana perpustakaan, hal ini demi meningkatkan animo minat membaca mahasiswa ditingkat fakultas.

“Kepedulian Universitas terhadap keberlangsungan animo mahasiswa untuk membaca dikembalikan ke ranah bahwa kita adalah dunia pendidikan yang identik dengan harus membaca pengetahuan. Pak Rektor sudah mulai memikirkan ke sana dengan akan dibangunnya gedung perpustakaan yang besar di tingkat universitas.” Tutur Yayan sebagai Kepala Perpustakaan Fakultas Pertanian saat ini.

Pihak perpustakaan sudah mengajukan permohonan komputer, scanner dan prasarana lain sebagai penunjang pelayanan bagi mahasiswa. Pembaharuan buku-buku pun selalu dilakukan setiap tahunnya dengan mengandalkan dana yang berasal dari pihak perpustakaan universitas.

“Kesediaan buku untuk fakultas sendiri tidak dinominalkan dalam jumlah buku melainkan berupa dana. Dengan dana sekian, silakan dikelola untuk pembelian buku.” Tambah Yayan saat ditemui SetaraNews diruangannya.

Penyediaan buku diperpustakaan fakultas pun tidak dijatah jumlahnya melainkan berdasarkan rujukan dari dosen dan mahasiswa yang membutuhkan.

“Kita berkembang tidak mungkin harus dengan jumlah sekian, kita harus melalui rujukan dari dosen dan mahasiswa, kita catat lalu kita belikan bukunya untuk tahun ajaran mendatang.” Tandas Yayan.

Menurut salah satu pengunjung yang dijumpai SetaraNews pada (17/04) lalu menyebutkan bahwa koleksi buku yang tersedia di perpustakaan Fakultas Pertanian cukup menunjang untuk mencari tugas yang diberikan dosen.

“Kalau sekarang sih cukup jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.” Tutur Rifqi salah satu mahasiswa Agroteknologi yang sekarang menginjak semester enam tersebut ketika dimintai tanggapannya mengenai kelengkapan koleksi buku di perpustakaan.

Bila tak ada aral melintang pada tahun 2016 mendatang Rektor akan menambah fasilitas tiga lantai perpustakaan ditingkat universitas dalam rangka meningkatkan kualitas gudang ilmu tersebut,  juga keberlangsungan minat membaca mahasiswa. Menurut wacana saat ini Rektor Unswagati Cirebon telah memikirkan hal tersebut (An).

 

Sabtu, 18 April 2015

BEM FKIP Nilai Sosialisasi POK Sia-Sia

Unswagati-Setaranews.com Sosialisasi yang diadakan oleh Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (DPM FKIP) dinilai sia-sia.

Hal demikian dinilai percuma oleh Reza selaku perwakilan dari Badan Eksekutif  Mahasiswa (BEM) FKIP yang menilai Pihak DPM FKIP cenderung menunggu POK baru dari DPMU yang kemudian di sosialisasikan sekarang., “ sosialisasi ini harusnya dilakukan ketika baru dilantik, kenapa baru sekarang pas mau lengser.” Ucapnya.

Sosialisasi ini di nilai percuma dan membuang waktu, “harusnya pada sosialisasi, POK belum disahkan agar ada masukan-masukan dari masing-masing ormawa. Kalau tadi seperti tidak menampung aspirasi mahasiswa.”  Tambahnya.

Saat penandatangan berita acara, Reza selaku perwakilan dari BEM sulit di mintai tanda tangan, “saya khawatir kalau saya tanda tangan apakah yang tidak mengikuti sosialisasi ini setuju, saya tidak mau disalahkan. Mending diulang lagi saja minggu depan.” Tukasnya.

Siang tadi (18/4) DPM FKIP selenggarakan sosialisasi dengan tujuan pemberitahuan dan penyampaian POK. Seharusnya DPM FKIP sudah selenggrakan sosialisasi ini sejak Januari lalu. Namun, terkendala karena belum adanya POK dari DPM Universitas.

“sosialisasi ini baiknya di awal, kami ada kendala. Katanya dari DPMU ada POK yang baru dan akan di sosialisasi bulan januari, akan tetapi sampai sekarang belum ada sosialisasi dari DPMU.” Sebut Ardi Ketua DPM FKIP.

 

 

Jumat, 10 April 2015

Sukses Adalah Suatu Kebetulan...?

 

Jika flasback kebelakang dan kita kembali  dimana kita masih kecil, apa yang ada dipikiran sahabat semua jika ditanya kalau besar ingin menjadi apa? Pastilah kita yang dulu masih anak anak akan menjawab ingin jadi dokter,ingin jadi polisi dan lain lain. Namun seiring berkembang dan bartambahnya umur mungkin cita cita yang dulu pernah kita utarakan tidaklah sejalan dengan apa yang kita harapkan.

Cita cita yang dulu masih kecil kita impi impikan bahkan setelah sampai sarjana dan mempunyai predikat dan gelar, nyatanya juga tak sejalan dengan apa yang kita dapatkan di bangku sekolahan.

Ada cerita menarik dari sahabat saya, sebut saja si jojon, dan si jojon ini sahabat saya yang pintar baik dalam berteman dan dalam mengenyam bangku kulihan dan tak lepas dari itu bahwa cita cita yang si jojon dambakan adalah sebagai seorang rontgen di rumah sakit. Setelah gelar semua didapat dan seiring berjalan semua gelar tersebut kandas lantaran ilmu yang didapat selama 5 tahun harus keluar jalur menjadi salah satu pembisnis roti yang sukses.

Ini membuktikan bahwa, semua perjalanan yang telah kita buat dan kita susun sedemikian rupa namun terkadang tidak sesuai rencana dan bahkan ada hal yang besar sebenarnya menanti namun tidak kita ketahui. (rahasia Illahi). Jodoh maut dan rejeki semua sudah di gariskan oleh yang di Atas, namun kembali lagi kepada manusianya dalam berusaha dan menjalanin. Kita bisa ambil hikmah dari cerita di atas, bahwa kata TIDAK BISA hanya akan membuat kita terpuruk dan bayang bayang kegagalan akan selalu ada dan menghampiri, tapi justru sebaliknya sebenarnya dengan segala kekurangan pada diri kita ada satu RAHASIA atau SENJATA yang sebanarnya kita bisa pecahkan.(silahkan Anda tanya pada diri sendiri tentang rahasia tersebut).

 

Provinsi Belum Anggarkan Proses Penegrian Unswagati Tahun Ini

Unswagati-Setaranews.com Asa Universitas Swadaya Gunug Jati  (Unswagati) merubah status dari swasta menjadi negeri, nampaknya kembali harus tertahan. Hal itu dikarenakan Pemerintah Provinsi tahun ini  belum menganggarkan untuk proses penegrian.

Hal itu disampaikan Wakil Rektor III Dudung Hidayat beberapa waktu lalu ketika Setara berhasil menemuinya di ruang kerjanya.

“kita tinggal berharap kembali lagi ke provinsi. Tetapi Provinsi taun ini menurut info belum menganggarkan, mungkin ditahun depan. Tapi kita berharap ada di anggaran perubahan nanti” kata Warek III itu.

Akan tetapi ketika ditanya soal keseriusan Universitas mengalihkan status menjadi negeri, Wakil Rektor yang juga mengajar di Fakultas Hukum itu pun menyebut jika SK penegrian Unswagati sebetunya sudah ada walaupun ditubuh Unswagati sendiri masih ada yang konra terhadap Penegrian Kampus yang berdiri tahun 1962 tersebut.

“Pak Dedi dan Pak Ian itu ke Jakarta ke biro hukum. SK kita itu udah ada, sk penegrian kan tinggal diserahkan disana. Di kapal waktu SBY terakhir bulan Oktober. Tetapi kita kan kekurangan di tanah.  Walaupun di kita sendiri masih ada pertentangan ada yang pingin ada yang ngga. tapi kan kita ga bisa menolak karena persyaratan kita sudah terlanjur masuk ke dikti” Tandasnya

 

Rabu, 08 April 2015

Ambil Dana Calon Mahasiswa Baru, Perpustakaan Akan di Kembangkan

Unswagati,Setaranews.com - Untuk meningkatkan mutu dan pelayanan di perpustakaan Universitas Swadaya Gunung Jati, Calon Mahasiswa Baru Tahun Ajaran 2015/2016 dikenakan dana perpustakaan senilai Rp. 150.000,-. Dana tersebut ditujukan untuk pembelian koleksi buku-buku baru dan peningkatan sarana dan prasarana demi kenyamanan mahasiswa.

Dalam satu tahun perpustakaan dapat menyediakan buku-buku sebanyak 600 hingga 800 buku-buku baru dengan 5 sampai 400 judul. Buku-buku tersebut bersumber dari dana mahasiswa baru, pemberian dari Pemkot Cirebon, Pemprov Jabar dan beberapa instalasi lain serta buku pengganti yang dihilangkan oleh mahasiswa.

Kepala Perpustakaan Kubeni, S.IP menuturkan pelayanan perpustakaan pun selalu ditingkatkan setiap tahunnya, Sejak 2010 perpustakaan mulai menggunakan program senayan dalam pengembalian, peminjaman, dan pencarian buku baik di perpustakaan universitas maupun fakultas. Beranjak tahun 2015, perpustakaan menerapkan layanan digital yang berisi e-book dan e-journal sehingga memudahkan mahasiswa untuk membacanya melalui sebuah program, beliau juga menilai pengunjung perpustakaan semakin meningkat dan menjadi sebuah kebutuhan.

“Yang saya lihat dan hitung peningkatan-peningkatan tiap tahun dari kunjungan mahasiswa semakin banyak itu artinya perpustakaan sudah sangat dibutuhkan mahasiswa. Mereka sudah melek informasi.” Tandasnya.

Peningkatan yang dilakukan pihak perpustakaan membuat animo mahasiswa dalam mengunjungi perpustakaan meningkat. Hal tersebut bisa dilihat dari laporan tahunan dengan hasil kalkulasi daftar pengunjung setiap harinya.

Namun pengembangan fasilitas dan program perputakaan Unswagati ini dinilai masih perlu dilengkapi dengan koleksi bukunya masih minim.

“Fasilitas dan pelayanan dari perpustakaan sendiri sudah cukup baik hanya saja koleksi—koleksi buku dari perpustakaan masih  kurang banyak.” Ujar Haikal salah seorang mahasiswa pengunjung perpustakaan saat mengunjungi perpustakaan tersebut (an/aw).

Selasa, 07 April 2015

Pertanian Ekologis dan Mahasiswa

Setaranews.com - Dewasa ini krisis pangan menjadi isu yang selalu hangat untuk diperbincangkan oleh kalangan intelektual, khususnya untuk intelektualis pertanian. Krisis pangan yang terjadi Indonesia bukanlah perkara remeh yang hanya bisa diatasi oleh satu bagian stakeholder saja, melainkan permasalahan yang begitu kompleks. Namun krisis pangan ini juga terjadi di masa-masa terdahulu, bisa di katakan ini adalah masalah klasik yang menimpa negara berkembang, yang berimplikasi pada berbagai kebijakan, teknologi dan budaya dalam menghasilkan pangan yang lebih berorientasi pada hasil yang sebanyak –banyaknya, walau dengan inipun yang minim tanpa memperhatikan kaidah – kaidah ekologis.

Sebagai salah satu contoh adalah revolusi hijau yang terjadi pada masa Orba, dimana hasil pertanian dalam hal ini padi, sangat melimpah bahkan pernah di gadang – gadang sebagai peng-ekspor beras terbesar di dunia. Di balik semua prestasi gemilang yang diceritakan sejarah milik para pemenang itu, terdapat dampak – dampak negatif yang berimbas pada buruknya kualitas lingkungan. Tidak akan mudah untuk mengembalikan kualitas lingkungan. Karna permasalahan dasar berada pada masyarakat pertanian itu sendiri. Yaitu budaya ketergantungan untuk mengasilkan produk sebanyak – banyaknya dengan cara – cara yang sudah tidak modern lagi. Seperti penggunaan pestisida, pupuk kimia dan bahan- bahan yang bersifat destruktif terhadap keberlangsungan ekologis. Yang memprihatinkan adalah masyarakat pertanian tidak pernah tahu bahwa budaya bertani yang mereka lakukan setiap hari selalu merusak keberlangsungan ekologis.

Permasalahan  budaya bertani negatif ini semakin di dukung dengan berbagai masalah yang menuntut bertani demi memperoleh hasil sebanyak –banyaknya. Di era ini ada banyak sekali isu populis yang selalu menyudutkan petani untuk bertani dengan mengenyampingkan keberlanjutan ekologis, diantaranya adalah ledakan jumlah penduduk yang berimbas pada kebutuhan ruang tinggal. Lahan – lahan produktif pertanian kemudian di konversi menjadi komplek – komplek perumahan, industri dan kepentingan publik non pangan lainya. Sehingga ruang untuk menghasilkan pangan semakin sempit, kebutuhan masyarakat dunia akan pangan selalu meningkat sedangkan produksi pangan dunia selalu menurun. Pada ujungnya petani di tuntut menghalalkan cara apapun demi menghasilkan produk pertanian dengan lahan pertanian yang minim, maka demi menjawab tantangan krisis pangan dengan cara yang paling cepat adalah dengan menggunakan bahan – bahan tidak ramah lingkungan dalam budaya bertaninya.

Pertanian Ekologis

Pertanian Ekologis adalah budaya bercocok tanam yang berlandaskan kajian ekologis, dimana dalam proses budidaya tidak menggangu komponen ekologis bahakan menjadi pendukung dalam  keberlanjutan proses ekologis.

Di dalam alam terdapat komponen – komponen ekologis yang dapat kita bagi menjadi dua komponen Biotik (hidup) dan Abiotik (benda mati). Komponen biotik berisi mahluk hidup seperti tumbuhan, hewan, jamur, bakteri dan masih banyak lagi. Sedangkan komponen benda mati adalah tanah , udara, sinar matahari, suhu, kelembaban, air. Kedua komponen ini saling terkait sehingga membentuk rantai keseimbangan , yang kemudian memebentuk dunia yang ideal untuk tumbuh dan berkembang. Bila salah satu diantara keduanya mengalami gangguan maka rantai yang sudah di bangun milyaran tahun lamanya akan rusak, keseimbangan dan keberlajutan proses ekologis akan terganggu yang terjadi adalah kualitas lingkungan yang semakin buruk untuk di tinggali.

Jalan Keluar?

Ada jargon yang kurang tepat bagi petani “Pahlawan Pangan” bukan “Pahlawan Pangan dan Lingkungan”.  Tujuan bertani bukan saja untuk menjadi pahlawan pangan yang tujuanya mencukupi kebutuhan pasar akan pangan, namun presepsi utama lebih harus diarahkan pada titik keseimbangan antara mempertimbangkan kaidah ekologis dan menciptakan produksi bertani yang optimal. Pencapaian bertani yang berorientasi kearah perbaikan lingkungan dan hasil produksi yang optimal harus menjadi tanggung jawab bersama.

Mungkin merubah secara total bertani kearah ekologis tidak akan mudah. karena rintangan terbesar sendiri terdapat pada setiap individu untuk sadar terhadap pentingnya menjaga keberlangsungan proses ekologi. Jalan perubahan ini hanya bisa di capai hanya dengan dua jalan, yang pertama adalah gelombang besar secara serempak untuk merubah budaya bertani dan yang kedua adalah perencanaan yang mendasar, proses penyadaran dari tiap elemen yang lebih berujung tombak  pada proses mendidik kembali petani.  Prosesnya mungkin akan lambat menuju budaya bertani ekologis namun ini lebih efektif. Dan jalan yang saya pilih adalah yang kedua, karna kemerdekaan pikiran tiap individu lebih harus di utamakan dari pada paksaan, sehingga petani bisa terus berinovasi dalam bertaninya menuju pertanian yang ideal. Ada beberapa stake holder yang harus bertanggung jawab dalam mengarahkan pertanian kearah sana diantaranya adalah pemerintah (policy maker), Akademisi (Inovation Stock), dan Pihak Swasta (Capital).

Namun yang kemudian di sayangkan adalah pihak – pihak yang bertanggung jawab dalam hal ini mengalami masa impotensi yang tak kunjung di obati. Ketumpulan pemerintah dalam kebijakannya, monopoli pihak swasta dan akademisis yang tidak bermoral, menjadi jalan berliku dan berbatu terjal kearah perubahan tersebut. Maka siapakah yang harus menyentuh ke dasar permasalahan ini??? Kita harus mencoba membuka kembali buku – buku mengenai makna dan peran mahasiwa dalam perubahan.

Peranan mahasiswa yang starategis sebagai kaum midlle class yang mampu terjun kebawah dan dapat menyentuh ke atas , sebagai kaum intelektual, sebagai agent of change, sebagai agent of control dan sebagai Iron stock. Begitu banyak embel – embel mulia yang melekat pada mahasiswa. Namun apakah mahasiswa mampu mewujudkan??? Saya fikir ini saatnya mahasiwa bergerak dalam suara yang sama, fikiran yang satu dan tindakan yang nyata.Mahasiwa harus terbebas dari belenggu tirani zaman yang melahirkan fikiran pragmatis. Egois dan individualis berlebihan harus di kikis dari sejak dalam fikiran, maka adillah sejak dalam fikiran.

Sudahi percaya pada agama tak bertuhan yang menelurkan budaya berperang, konsumeris, merusak, menindas dan menghisap. Mari menuju Budaya Pertanian yang ramah lingkungan dan menumbuhkan kesadaran untuk menjadi produktif.  Akhirnya disini mahasiswa menyadari bahwa perubahan kearah pertanian ekologis harus didasari dengan pendidikan yang mengakibatkan kesadaran kolektif dari tiap – tiap manusia. Agar sadar dan peduli untuk lebih mencintai ligkungannya bukan karena manusia bisa mengeruk sumber daya alam melainkan mencintai agar bisa menjaga kelestarian lingkungan. Kemudian hal ini yang disebut sebagai  peran mahasiswa terjun ke dalam masyarakat , yang dapat berperan aktif untuk melaksanakan proyek – proyek pendidikan. Sifat mahasiswa harus selalu kritis terhadap kondisi yang terjadi pada setiap detiknya sebagai peran aktif, dalam  pengawasan dan pembacaaan, sehingga dapat dievaluasi setiap tindakan perubahan dan melakukan penyadaran – penyadaran baik ke bawah atau ke atas.

“Mimpi saya yang terbesar, yang ingin saya laksanakan adalah, agar mahasiswa indonesia berkembang menjadi manusia –manusia biasa. Menjadi pemuda – pemuda dan Pemudi – pemudi yang bertingkah laku sebagai seorang manusia yang normal, sebagai manusia yang tidak mengingkari eksistensi hidupnya sebagai seorang mahasiswa, sebagai seorang pemuda dan manusia.”- Soe Hok Gie.

 

Oleh :

Saeful Fatah

Mahasiswa Pertanian

Senin, 06 April 2015

Fakultas Jangan Tebang Pilih Tentukan Beasiswa

Unswagati-Setaranews.com Banyaknya beasiswa yang berseliweran dikampus terkadang tidak sampai ke telinga mahasiswa. Kurangnya informasi dari pihak fakultas untuk mahasiswa itu akhirnya menjadi sorotan Dudung Hidayat selaku Wakil Rektor III. Menurutnya fakultas terkadang tebang pilih dalam menentukan mahasiswa yang mendapat beasiswa.

“kita sudah ingatkan kepada para Wakil Dekan III nya kepada para kaur-kaurnya, kalau satu saja ada mahasiswa yang salah persyaratan. Maka semuanya akan gugur. Dan itu belum tentu taun depan kita dapat kesempatann yang sama . Langsung blacklist.  Nah itu kenapa kita rewel kepada fakultas. Kalau kita ga dapet rugi dong.  Karena yang dari kopertis itu untuk bantuan mahasiswa berprestasikan peraturanya.  kadang-kadang yang sudah dapet diikutkn lagi. Kan ga boleh. Apalagi ada yang belum habis program beasiswanya diikutkan lagi, karena yang berprestasi bukan Cuma yang kita kenal. Banyak yang berprestasi tapi tidak dekat dengan kita dan terlalu sibuk dengan kuliahnya yang seperti ini juga kan bisa diusulkan untuk medapat beaiswa” ungkap Warek III.

Dudungpun menghimbau pada fakultas untuk cepat mengumumkan informasi beasiswa ketika pihak fakultas mendapat informasi, agar tidak lagi ada mahasiswa berprestasi yang terlewat informasi tentang beasiswa.

“Karena kalau kita nanya ke mahasiswa lain misal FKIP jawabanya ga tau kalau ada beasiswa, ada yang IP 3,8 ga tau ada info beasiswa, makanya kepada para wadek yang fair, begitu kita mengumumkan tolong cepet tempel.”

Sumber yang samapun meminta agar fakultas tak melulu mengajukan nama yang sama untuk mendapat beasiswa berprestasi.

“Kalau yang sudah dapat ya sudah, biar apa, saya ingin kan biar ada kompetisi, berkompetisi dulu di fakultas, walaupun kadang juga kopertis kasih taunya mendadak tapi pasti di infokan ke fakultas” tandasnya.

Minggu, 05 April 2015

LPM Setara Adakan Pelatihan Jurnalistik Selama Dua Hari

Unswagati-Setaranews.com (05/04) Lembaga Pers Mahasiswa Setara (LPMS) Universitas Swadaya Gunung Jati telah mengadakan Pelatihan Jurnalistik untuk pelajar SMA/SMK Sewilayah III Cirebon. Kegiatan ini diadakan selama dua hari sejak tanggal 4-5 April 2015 bertempat di gedung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan (FKIP) Bahasa Inggris Kampus Unswagati III.

Kegiatan ini bertemakan "Kenali Jurnalistik untuk Membangun Kreativitas di Era Global ".  Acara ini bertujuan supaya  pelajar tingkat SMA dapat mengenal lebih dalam terkait pengetahuan dasar-dasar Ilmu Jurnalistik agar bisa  mengembangkan bakat, minat dan tentunya  mampu bersaing di Era Globalisasi dengan semakin majunya teknologi serta informasi yang semakin berkembang pesat.

Materi yang disampaikan diantaranya adalah dasa-dasar ilmu video grafi, pengenalan webmaster dan juga teori-teori Jurnalistik. Selain itu, teori yang disampaikan kemudian dipraktikkan dengan membentuk kelompok lalu dipresentasikan. Hal ini dilakukan supaya peserta mampu mengaplikasikan serta mengembangkan secara baik.

Pelatihan jurnalistik  yang dihadiri sekitar 60 pelajar SMA/SMK sederajat ini mendapatkan apresiasi positif oleh peserta, salah satunya adalah Nursali, siswa Kelas XI Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Indramayu mengatakan, “Padahal ini pertama kalinya saya mengikuti Pelatihan Jurnalistik, tetapi ketika langsung dipraktekkan langsung cara meliput berita dengan membuat video sederhana, saya semakin tertarik untuk mengembangkannya.” Tuturnya kepada SetaraNews.

Setelah usainya kegiatan ini salah satu panitia menuturkan,”Melihat banyaknya peserta yang diluar target membuat kami sangat apresiasi dengan antusias semangat anak-anak. Dan diharapakan kegiatan ini menjadi agenda rutin setiap tahunnya ,khususnya untuk tingkat SMA supaya memiliki pengetahuan dasar dan dapat mengembangkan Ilmu Jurnalistik.” Tutur Ari Putra Danianto Selaku Ketua Pelaksana.

 

Oleh : Nur Widodo

 

Pelatihan Jurnalistik SMA Se-wilayah III Cirebon

Unswagati-Setaranews.com (05/04) Sejak kemarin, Lembaga Pers Mahasiswa Semua tentang Rakyat (LPM Setara) Universitas Swadaya Gunung Jati (Unswagati) Cirebon menyelenggarakan workshop jurnalistik dasar untuk Sekolah menengah atas (SMA) sewilayah tiga Cirebon.

Dalam workshop kali ini terdapat beberapa pelatihan yang dibawakan langsung oleh pemateri yang sudah ahli dibidangnya. Peserta workshop melebihi kuota yang ditetapkan panitia, sehingga menjadi nilai tambah dalam kegiatan ini.

Salah seorang peserta. Lia, mengaku senang bisa terlibat langsung dengan acara workshop yang diselenggarakan selama dua hari tersebut.

“lumayanlah, kita disini bisa mendapatkan ilmu dan pengetahuan lebih dari bidang jurnalistik. Selain itu, kita juga mendapatkan banyak teman baru dari luar sekolah kita. Bahkan sampai luar daerah sekolah kita” ujar Lia peserta asal MAN Ciledug kepada setaranews.

Selain peserta, adapula guru yang berkunjung ketempat workshop. Beliau mendukung kegiatan ini, sebab menurutnya siswa yang ikut kegiatan kali ini dapat menularkan ilmunya di sekolah.

“semoga siswa yang mengikuti pelatihan ini dapat ilmu yang bermanfaat untuk sekolahnya dalam bidang jurnalistik” harap fachri salah seorang guru SMK Wahidin Cirebon.

 

Oleh : Muhammad Syafiqur Rahman

Kamis, 02 April 2015

Kerjasama Dengan BNN, P&K Selenggarakan Dialog Publik

Unswagati-Setaranews.com Unit Kegiatan Mahasiswa Penalaran dan Keilmuan (UKM P&K) Unswagati Cirebon siang tadi (2/4) mengadakan Dialog Publik dengan mendatangkan pembicara langsung dari BNN (Badan Narkotika Nasional) kota Cirebon.

Acara yang merupakan bagian dari rangkaian 'Semarak Keilmuan' ini mengusung tajuk, "Berkarya dan Berprestasi untuk Indonesia tanpa Narkoba". Alasan P&K mengundang BNN  adalah mengingat maraknya peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini selalu berkaitan dengan Korupsi danNarkoba.

"Biasanya publik hanya mengenal dari sisi negatifnya BNN sebagai penjaring pengguna Narkoba, kami mendatangkan langsung pembicara dari BNN kota Cirebon agar khalayak tahu tugas dan keberadaan BNN itu sendiri", ujar Ahmad Syarif, ketua pelaksana ketika ditanya mengenai tujuan diadakannya acara ini.

Acara yang berlangsung dari pukul 10.00-12.30 WIB dengan peserta dari kalangan mahasiswa Unswagati bahkan ada satu peserta mahasiswa dari Universitas Atmajaya Yogyakarta yang tengah berlibur di Cirebon juga turut hadir di acara ini.

"Kemarin kita banyak sharing dari BNN juga welcome kita sebagai follow up pertama, keinginan kita banyak diskusi dan membantu memfasilitasi prasarana barangkali ada saudaranya yang tercandu Narkoba", pungkas mahasiswa prodi Manajemen semester enam ini.