Jumat, 27 Januari 2017

Aktif Kembali, Himakom Adakan Kegiatan Bersama Calon Anggota

Unswagati, Setaranews.com – Setelah lama non aktif Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi (Himakom) Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Swadaya Gunung Jati (Unswagati) Cirebon pun kembali aktif. Sebagai awalan pengaktifan Himakom sendiri yaitu menghimpun anggota untuk menjadi pengurus dengan diadakannya Open Recruitment (Oprec).


Salah satu rangkaian Oprec, sebelum diadakannya pelantikan untuk para calon anggota yaitu mengadakan Sidang AD/ART dan Malam Keakraban (Makrab). Acara yang diadakan selama tiga hari pada 27-29 Januari 2017 ini dibagi di dua tempat. Hari pertama acara dilaksanakan di Kampus III Unswagati, menyusul hari kedua dan ketiga dilanjutkan di Balong Dalem, Kuningan, Jawa Barat.


Agenda yang dilaksanakan pada hari pertama meliputi pemberian materi yang disampaikan oleh Dekanat Fisip, dan dilanjut pembahasan AD/ART. Hari berikutnya adalah pelaksanaan Makrab di Balong Dalem. Alasan dibalik diadakannya Makrab sebelum pelantikan ialah guna menjalin ikatan emosional sehingga terjalin sistem kekeluargaan dalam organisasi antar para calon anggota baru dan pengurus.


“Kita ingin membuat teman-teman baru merasa ada sistem kekeluargaan dalam organisasi sehingga para pengurus bisa menilai kesungguhan calon anggota baru dalam berorganisasi,” ujar Syakur selaku Ketua Pelaksana pada Setaranews.com di Sekretariat Himakom, Kampus III Unswagati.


Peserta kegiatan tersebut berjumlah 25 calon anggota baru, padahal sebelumnya terdapat 33 mahasiswa yang mendaftarkan diri menjadi pengurus Himakom. Beberapa calon anggota yang tidak dapat hadir di hari pertama berencana untuk menyusul di hari selanjutnya, selebihnya diakui oleh Syakur tidak ada konfirmasi lebih lanjut.


Mengusung tema, “Membentuk Solidaritas Mahasiswa yang Bertanggungjawab dalam Mengemban Ekspresi Ideologi dan Kualitas Diri”, Tessa, Ketua Umum Himakom berharap kepada calon anggota agar menjadi generasi yang membawa himakom ke arah lebih baik dan dapat meningkatkan akreditasi Jurusannya dari C menjadi B.


“Saya sih berharap agar calon kepengurusan Himakom ini menjadi lebih baik dari kepengurusan periode sebelumnya, terlebih untuk meningkatkan akreditasi Ilkom (ilmu komunikasi) karena ini adalah PR bersama dari Himakom dan Jurusan Ilkom,” tutupnya. (Anisa/Fiqih)

Kamis, 26 Januari 2017

Opini: We Are The Real United Kingdom

Opini, Setaranews.com - Permasalahan peri-kehidupan dan peri-kemanusiaan hampir di segala lini sektor Bumi Pertiwi ini, membuat kita sebagai sebuah bangsa harus terus hidup dalam keterpurukan, lebih mirisnya yaitu kehilangan jati dirinya sebagai sebuah bangsa. Apakah kiranya penulis berlebihan, bisa jadi keterlaluan, apabila menganggap itu di era yang konon katanya modernitas dengan globalisasi – atau lebih tepatnya globanialisasi- dengan semua gemilang kecanggihan teknologi dan materialnya?

Memang benar adanya, dan patut diakui bahwa saat ini kita mengalami kemajuan, yang mungkin kebanyakan orang menilainya dengan ditandai berbagai macam pembangunan. Sayangnya, perubahan atau kemajuan tersebut hanya secara superfisial: dalam bentuk materialnya saja. Pada gaya, bentuk, rupa, pada busana, arsitektur, tempat belanja, moda bergerak, dan seterusnya. Secara kultural, kita diserbu budaya pop, hilanglah jati diri kita.

Semua kemajuan, perubahan, atau apapun itu namanya di era yang 'kekinian' ini belum pada hal yang paling esensial: sikap, cara pandang, mental dan karakter. Perubahan tersebut belum menyentuh bagian tersebut, di mana dimensi kultural terpendam dan diproduksi. Oleh karena itu, perubahan masyarakat kepulauan ini harus banyak berlangsung di wilayah kultural. Pertanyaannya, seberepa kuat kah keinginan kita untuk berubah? Sementara kita hanya bergantikan busana saja!

Apakah pemandangan pembangunan atau perubahan yang sering kita lihat dan anggap sebagai suatu kemajuan itu semua semata – mata memang ditujukan untuk masyarakat pada umumnya? Jawabannya hanya satu: TIDAK! Pembangunan sejatinya hanya untuk memfasilitasi para pemodal– yang mayoritas bangsa asing untuk melancarkan kepentingan mereka: ekspansi pasar, akuisisi perusahaan lokal, privatisasi BUMN dan akhirnya menguasai seluruh hajat hidup orang Indonesia. Maaf, lebih tepatnya merampok. Ya, kita dirampok. Dan terdiam, bahkan tepuk tangan, hingga ikut memeriahkan, melihat rumah kita sendiri dizarah habis - habisan.

Tolong sebutkan satu persatu sumber hajat hidup– dari mulai Sabang sampai Merauke yang kita kuasai sendiri secara keseluruhan demi tercapainya cita-cita yang termaktub dalam falsafah dasar bangsa ini? Jawabannya, lagi dan lagi: TIDAK! Kemudain pertanyaan selanjutnya, masih berbanggakah kalian sebagai orang – orang yang merasa, atau mengaku, ‘kekinian’ sebagai orang Inodonesia? Bangga dengan kendaraan canggihnya? Bangga dengan gadgetnya? Bangga dengan penampilannya? Bangga dengan gaya hidupnya? Lebih bangga dianggap ke’barat’an dari pada ke’indonesia’an? Lalu apalagi? Selanjutnya, silahkan sebutkan sendiri. Itu semua milik asing, kita hanya sebagai konsumen atau lebih tepatnya, sebagai tamu di negara sendiri.

Tumbuh di negara lumbung padi, makan padi, dari padi yang tidak dipanennya. Tumbuh di negara dengan garis pantai terpanjang di dunia, lautnya pun masih asin, tapi maaf garamnya impor semua. Tumbuh di negara yang menggunakan kendaraan, rumah, gadget, pakaian, makanan, perhiasan, dari yang tak pernah di produksinya. Apakah bumi kita sangat tidak mampu untuk membuat itu semua? Apakah bangsa yang memiliki "Tanah Surga" yang "Gemah Ripah Loh Jinawi" itu cuman mitos? Ah, biar saja itu semua hanya menjadi kenangan, khayalan mungkin.

Semua yang kita miliki dan kenakan dari mulai sandang, pangan, dan papan, tentunya mungkin sangat dibanggakan sebagai adu gengsi – walaupun harus terpaksa kredit – sejatinya menguntungkan para pemodal yang sebetulnya bisa kita dapati secara Cuma-cuma. Satu syaratnya, yaitu ketika kita bisa kembali menguasai seluruh isi dan kandungan yang ada di bumi pertiwi ini.

Apakah bisa kita kembali merebutnya? Jawabannya tentu: SANGAT BISA! Ketika kita memahami lebih kedalam jati diri kita sebagai sebuah kesatuan bangsa yang tak terpisahkan. Memahami sejarah bangsa ini – bukan dari buku-buku sejarah dasar yang sudah dicampuradukan oleh orientalis untuk memecah belah bangsa ini. Sebuah bangsa yang diperebutkan oleh bangsa lain (karna kekayaannya). Sebuah bangsa yang ditakuti oleh bangsa lain karena tercatat dalam manuskrip kunonya akan menjadi bangsa penakluk (saudara kandung) bagi bangsa mereka (Yahudi-Israel).

***


Mari kita lebih dalam, terus lebih dalam membaca Indonesia sebagai sebuah negeri, sebuah bangsa, sebuah kesatuan. Sangat konyol apabila ada orang yang berpendapat bahwa Indonesia lahir begitu saja, tentu tidak sekonyong – konyong, ada proses berabad – abad, mungkin jutaan tahun lamanya. Bahkan tidak sedikit penelitian historis dan arkeologis menunjukan fakta bagaimana kesatuan yang ada, telah berlangsung bersamaan bersama sejarah polis-polis di Yunani, lebih tua dari bangsa yang bernama Inggris, Prancis bahkan Mesir sekalipun.

Disebutkan dalam Macropedia Britanica “Penduduk Delta sungai Merah secara esensial masih orang Indonesia”, siapa sangka peradaban kuno bangsa ini menyebar hampir ke 2/3 belahan dunia sampai pada Madagaskar, Guam dan Chamoro. Kenyataan ini, dipandang oleh pakar dan ilmuan, Madagaskar walaupun secara praktis mengidentifikasi diri ke Afrika, dan secara moderen ke Prancis, namun secara historis, geografis dan fisik 3000 mil ke Barat: Indonesia.

Berbagai macam bukti dan fakta hari demi hari semakin menerangkan asal muasal bangsa ini, tak salah apabila Ilmuan dan ahli semacam Denys Loambard dengan tegas dan sangat berani mengatakan, “ Sejak 1000 tahun SM Nusantara adalah kawasan budaya besar dengan hubungan maritim yang permanen.” Bahkan tak sedikit pula ahli yang mengatakan bahwa Indonesia atau bangsa melayu/Jawi sudah ada sejak dahulu, dan sebagai bangsa yang melahirkan bangsa-bangsa lain. Luar biasa!

Mungkin masih ada yang ingat lagu yang mengatakan “Nenek moyangku seorang pelaut”, sebagai seorang pelaut yang mengarungi lautan hingga ke berbagai belahan dunia tentu memahami betul ilmu perbintangan dan pelayaran serta teknologi perkapalan. Apalagi letak geografis Indonesia yang terletak pada garis ekuator yang diapit oleh dua samudra yang merupakan jalur perdagangan dunia, selain itu tanahnya yang paling subur di dunia. Tak salah kitanya, atau berlebihan, apabila Indonesia dulu sebagai pusat peradaban (pertemuan) dunia.

Indonesia atau nusantara kerap sekali dikait-kaitkan dengan benua atlantasi yang hilang menurut pandangan Plato. Benua Atlantis yaitu memiliki pengertian yang sama dengan “The Promised Land” (Tanah yang dijanjikan), yang sampai saat ini masih menjadi misteri, akan tetapi fakta-fakta historis -arkeologis sedikit demi sedikit mulai ditemukan dan mengarah ke Indonesia (walaupun kebanyakan literaturnya berada di barat), sampai sekarang masih dicari fakta – fakta tanah leluhur itu. Semua ini membuktikan betapa penasarannya bangsa-bangsa di luar kita terhadap silsilah bangsa kita (dari mulai masyarakat sampai isi kandungan buminya), bahkan lebih mahfum dari kita sendiri sebagai orang didalamnya.

Israel dan Amerika serikat memiliki website resmi berbahasa Indonesia, bahkan peta Indonesia. Mereka mengupdate data-data seputar bangsa ini setiap pekannya. Lalu ada kepentingan apa ketika Israel membangun pangkalan militer satu-satunya diluar Israel yaitu di Singapura yang moncong meriamnya mengarah Indonesia? Lalu, untuk apa AS membangun pula pangkalan militernya di Australia, yang moncong meriamnya semua mengarah ke Indonesia? Lalu benarkah Cina hanya memiliki kepentingan dagang di Indonesia? Ke tiga negara yang memiliki hak veto ini ada kepentingan apa dibalik itu semua? yaitu bersama-sama dan berkonspirasi untuk mengobrak-abrik, memecah belah, mengadu domba Indonesia, sebagai "TANAH LELUHUR" yang diramalkan sebagai bangsa yang akan menaklukan negara-negara super power/adidaya tersebut.

Maka mereka di luar bangsa kita tak akan rela membiarkan kita menjadi bengsa yang super power, yang pernah terjadi pada peradaban silam. Indonesia sebuah negeri yang peradabannya lebih tua dari Britaniya Raya, menurut majalah Time, kini tak lain seperti sekumpulan bandit yang saling penggal kepala, baku hantam cari kuasa, koruptor yang membabi buta. Segala keindahan, keramahan, budaya halus, kini seolah mitos belaka. Indonesia kini, sebuah bangsa yang tak dapat dipercaya, atau mahluk cacat yang mudah diperbudak karena kebodohannya.

***


Sebagai bangsa, harus diakui bahwa kita kehilangan jati diri. Tekanan yang begitu kuat dari bangsa asing dengan lobi-lobi zionisnya, membuat pemerintah kita tersirap oleh segala halusinasi yang ditawarkan olehnya. Alhasil, pemerintah dengan ringan melepas tanggung jawab alam dan konstitusinya, bisa dilihat ketika perguruan tinggi negeri diswadayakan, rumah sakit diswadanakan, usaha “bumi, tanah dan air” di swastakan. Rakyat kembali membayar kemahalannya. Rakyat terus – terusan mensubsidi. Terus, hingga mati berdiri. Dan mereka pengusaha dan penguasa bergolek santai dengan segala kemehawannya, sendiri. Menciderai perjuangan leluhur bangsa ini. Terkutuklah.

Keputusan para leluhur bangsa ini atau bapak-bapak pendiri bangsa kita dari mulai jaman kerajaan kuno, dan ketika sampai pada ide sumpah pemuda serta kemudian memproklamirkan negara kesatuan RI merupakan bukan suatu keputusan yang ‘mbalelo’ atau asal-asalan, itu merupakan ide yang sangat beralasan, melihat pada jati diri bangsa yang kemudian tertuang dalam falsafah dan UUD 45. Saat ini, tugas kita yaitu memandang kenyataan sejarah serta kultur kita – yang memiliki begitu banyak potensi penjelasan ketimbang potensi diabaikan- cara berpikir lebih memandang kedalam harus diutamakan dan dipertahankan, ketimbang memandang keluar yang sesungguhnya hanya fatamorgana, kalau tidak pun, kolonialistik.

Bangsa kita bukan bangsa yang bodoh, tapi dibodohkan (karena keturunan Bani Israel yang kebanyakan memeluk agama Islam, oleh karenanya ditakuti apabila memiliki kepintaran). Bangsa kita bukan bangsa yang miskin, tapi dimiskinkan. Bangsa kita bukan bangsa penakut, tapi ditakutkan. Bangsa kita merupakan bangsa yang besar dan segala kemajuan peradabannya di masa silam serta kekayaan yang terkandung di dalamnya (TANAH SURGA). Apakah kita bisa mnjadi bangsa besar? Jawabannya: SANGAT BISA!

Kita bisa kembali menjadi sebuah bangsa kesatuan yang besar ketika kita menjadi pribadi yang tahu akan jati diri bangsa, yang cerdas, bermoral, serta menguasai seluruh hajat hidup yang kita miliki. Itu semua telah dibuktikan oleh para leluhur kita, dan satu keyakinan yang kita miliki untuk meningkatkan rasa optimisme dan perbaikan diri yaitu, sejarah pasti akan kembali berulang. Kita sendiri yang menentukan, bukan bangsa asing.

Perlu diingat dan dicamkan baik-baik, “WE ARE THE REAL UNITED KINGDOM”, untuk itu banyak pihak yang tidak ingin kita kembali mencapai kejayaan. Sayangnya kita tak cukup berani, atau malu, atau terlanjur silau dengan ide-ide gemerlap (kapitalisme, globanialisasi, modernitas, liberalisme,demokrasi, dan apapun itu yang dibawa dari luar harus kita yakini bersama sifatnya yaitu IMPERIALISTIK), yang bangsa kita sendiri pernah berulang kali menolak dan melawannya, dan mencapai kejayaan. Sayang sekali.

Penulis: Epri Fahmi Aziz

Rabu, 25 Januari 2017

Beragam Komentar Soal Kondisi Jalan Kota Cirebon

Cirebon, Setaranews.com – Setelah Kota Cirebon dijuluki 'Kota Tilang' yang beberapa waktu silam sempat ramai, kini masyarakat sedang beramai-ramai membicarakan jalan yang mengalami kerusakan di Kota Cirebon, baik itu jalur di dalam kota maupun jalur pantura yang menghubungkan Cirebon dengan kota lain.

Seperti dilansir dari Radarcirebon.com, jalan yang mengalami kerusakan terlihat pada Jalan Brigjen Dharsono By Pass, sedikitnya terdapat 110 lubang. Seperti yang dikatakan oleh salah satu warga, Putri Dewi (23), ia mengatakan jalan semakin rusak akibat curah hujan yang tinggi. “Ya sejak musim hujan ini semakin parah. Jadi kalau pas hujan banyak yang hampir jatuh, motor oleng menghindari lubang,” katanya.

Jalan yang mengalami kerusakan lainnya terdapat di Jalan dr. Cipto Mangunkusumo Kota Cirebon. Kerusakan pada jalur ini banyaknya lubang-lubang di sisi jalan mulai dari arah Gunungsari ke arah Jalan Pemuda. Wisnu Pratama (24), salah seorang warga, mempertanyakan kualitas aspal yang digunakan. “Apa karena kualitas aspalnya jelek atau karena anggaran sedikit sehingga jalan dibuat dengan dana minim dengan menggunakan bahan yang murah,” ujarnya.

Beragam komentar tentang kondisi jalan Kota Cirebon pun merambah hingga ke media sosial, khususnya di Instagram. Dalam postingan akun instagram @fokuscirebon, beberapa netizen menanggapi kondisi jalan yang rusak. Seperti yang dikatakan oleh akun @martin_freankstein yang berkomentar sambil mentautkan ke akun instagram Walikota Cirebon @nasrudinazis. “Nih pak @nasrudinazis dijalan cipto bahaya,” komentarnya dalam postingan, Selasa 25 Januari 2017.

Walikota Cirebon pun ikut memberikan komentar yang ditautkan kepadanya. “Ini terjadi bukan di Kota Cirebon hampir semua daerah karena intensitas curah hujan bertahap mba. Semua akan di atasi tapi bertahap kan jalan di Kota Cirebon lagi di hotmix dan di betonisasi, dan tetap waspada saat berkendara,” katanya menanggapi komentar @martin_freankstein.

Akun dengan nama @reivanovianti pun ikut berkomentar yang menanyakan perbaikan jalan yang dilakukan oleh Walikota Cirebon. “Loh bukannya proyek pembetulan jalan dari Walikota di Cirebon baru selesai ya? Wah berarti mesti ada proyek lagi haha,” katanya dalam komentar postingan @fokuscirebon.

Sampai berita ini dibuat, belum ada tanggapan dari Walikota Cirebon soal komentar netizen yang menanyakan perbaikan jalan.

Senin, 23 Januari 2017

Puisi: Puisi Tuan

Hamba yang tertindas
Mengharuskan merangkak
Lewati rongga-rongga jala yang kau sebar

Hamba terperangkap di kampungmu
dalam perihnya kaca pecah di hancurkan atas kepercayaan

Tuan...
Sudihkah tanganmu merangkulku?
Hatimu dingin sejak kau memintaku datang menjadi kerangkamu

(Chikalahang, 18 Desember 2016)

Penulis
Wawas Wasniah

Kamis, 19 Januari 2017

Daun Katuk, Daun 1000 Manfaat

Kesehatan, Setaranews.com - Daun Katuk atau Sauropus androgynus dalam bahasa latin adalah daun sayuran yang banyak tumbuh di Asia tenggara. Tumbuhan ini termasuk dalam suku menir-meniran (phyllantheae), dan masih berkerabat dengan tumbuhan menteng, buni, dan cermai namun masyarakat Indonesia lebih menganal daun ini sebagai sayur-sayuran. Sebelum melihat lebih jauh tentang khasiat daun katuk untuk kesehatan, mari kita ketahui dulu apa saja kandungan dalam daun katuk, sehingga daun ini demikian bermanfaatnya untuk kesehatan, terutama kesehatan ibu hamil.

Sebagaimana dikutip dari wikipedia, bahwa daun katuk mengandung hampir 7% protein dan serat kasar sampai 19%. Daun katuk kaya akan vitamin K, selain pro-vitamin A (beta-karotena), vitamin B, dan vitamin C. Selain itu daun katuk juga mengandung kalsium (hingga 2,8%), besi, kalium, fosfor, dan magnesium. Daun katuk yang berwarna hijau adalah bukti kalau daun ini banyak mengandung klorofil di dalamnya.

Daun katuk mengandung sejumlah manfaat sayur-sayuran yang baik untuk tubuh, berikut ini beberapa diantaranya:

  1. Daun katuk dapat mencegah osteoporosis, kalsium yang terdapat di dalamnya cukup baik, cocok untuk dikonsumsi oleh kaum perempuan yang tidak ingin terkena osteoporosis. Kandungan Kalsiumnya hingga 2,8%.

  2. Efektif untuk melancarkan ASI bagi ibu yang tengah menyusui. Senyawa minyak esensial (saponin, flavooid, tanin, triterpenoid) sejumlah asam amino, vitamin a, b, dan c, mineral (kalsium, fosfor, zat besi) serta tujuh senyawa aktif lainnya.

  3. Mengandung efedrin yang sangat baik bagi penderita influenza. Kandungan zat besi yang cukup tinggi tentunya dapat mengatasi gejala pemyakit anemia.

  4. Terdapat tujuh senyawa aktif yang merangsang produksi hormon-hormon steroid dan senyawa eiksonoid.

  5. Sebagai sumber manfaat vitamin A yang diperlukan untuk mencegah penyakit mata, pertumbuhan sel, sistem kekebalan tubuh, dan reproduksi.

  6. Daun katuk dapat mengandung hampir 7% protein dan serat kasar sampai 19%. Daun ini juga kaya akan vitamin K. Selain pro-vitamin a (beta karoneta), b, dan c.

  7. Kandungan kalori, protein dan karbohidrat daun katuk hampir setara dengan manfaat daun pepayadan manfaat daun singkong. Sedangkan kandungan zat besi dan proteinnya lebih tinggi dari pada kedua jenis daun tadi.

  8. Daun katuk juga kaya akan vitamin a, b1 dan c. Senyawa fitokimianya seperti tanin, saponin, dan alkaloid papaverin berpotensi sebagai bahan obat alami.

  9. Menyehatkan mata, kandungan betakarotin yang tinggi dan vitamin a yang dipercaya membantu mencegah gangguan mata.

  10. Baik untuk kesehatan pria. Dalam katuk terdapat zat aktif yang mampu merangsang sintesis hormon steroid seperti progestron, dan testoteron sehingga membangkitkan vitaslitas seksual, dan memacu kualitas dan kuantitas sperma.

  11. Kalsium yang sangat rendah dapat menyebabkan naikknya tekanan darah tinggi. Untuk mengatasinya, cobalah mengkonsumsi daun katuk yang cukup baik kadar kalsiumnya.


Namun hati-hati! dibalik manfaatnya yang begitu banyak, ternyata apabila kita terlalu banyak mengkonsumsi daun katuk ada beberapa kendala bahaya seperti: “Apabila kita mengkonsumsi 150g jus daun katuk mentah selama 2 minggu sampai 7 bulan, maka akan terjadi sulit tidur, tidak enak makan bahkan sampai sesak nafas”. Untuk itu dianjurkan untuk tidak terlalu banyak mengkonsumsi daun katuk. Bahkan menurut beberapa penelitian bahwa terlalu banyak mengkonsumsi daun katuk dapat terjadi kelainan paru-paru seperti bronkiolitis yang permanen.

Sebelum Anda mengonsumsi daun katuk alangkah lebih baik direbus terlebih dahulu untuk menghilangkan sifat anti protozoa yang artinya adalah membunuh racun yang terkandung di daun katuk tersebut. Sedangkan  maksimal mengkonsumi daun katuk ini adalah  50 gr per hari. Nah itulah manfaat dari daun katuk dan efek smping dalam mengkonsumsi daun katuk secara berlebih. (Felisa)

Sah Dilantik, BEM-FE Telah Siapkan Proker

Unswagati, Setaranews.com - Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi (BEM-FE) Unswagati yang telah sah dipimpin oleh Azis Saleh dan wakilnya Didin Ijudin telah menyiapkan sejumlah Program Kerja (Proker) yang akan dijalankan selama satu tahun kepengurusan kedepan.

Sejumlah program kerja tersebut, diakui Azis ada tiga proker utama yang diunggulkan, ketiga proker tersebut diantaranya, Payung FE, Minat dan Bakat, dan desa dampingan.

Payung FE sendiri merupakan wadah aspirasi mahasiswa Fakultas Ekonomi mengenai permasalahan internal yang ada di dalam lingkup fakultas terkait permasalahan di dalam ruang kelas, dosen hingga fasilitas yang disediakan fakultas. BEM FE sebagai organisasi mahasiswa, melalui Payung FE ini dapat menjadi penyalur aspirasi mahasiswa kepada pimpinan fakultas untuk diadakannya perbaikan-perbaikan.

“Nantinya saya dan teman-teman dari BEM-FE akan masuk ke kelas-kelas untuk membagikan kuesioner terkait permasalahan di dalam Fakultas Ekonomi. Nah, hasil kuesioer tersebut selanjutnya akan kita kaji bersama yang mana akan kita bawa hasil kajian tersebut kepada dekanat dan mengadakan audiensi,” ujar Azis, Ketua BEM-FE Peride 2017-2018 pada Jumat (19/1).

Program kerja utama yang kedua adalah minat bakat. Mahasiswa Fakultas Ekonomi dapat menyalurkan minat dan bakatnya di bidang olahraga dan kesenian melalui kegiatan-kegiatan yang akan diadakan BEM-FE.

Terakhir, ada desa dampingan yang menjadi proker utama ketiga. Sebagai pengaplikasian salah satu tri dharma perguruan tinggi yakni pengabdian kepada masyarakat. BEM-FE mengadakan desa dampingan yang tujuannya untuk memberantas buta teknologi di suatu desa yang belum tersentuh teknologi. Teknologi yang dimaksud bisa dilihat dari sistem manajemen dan sistem akuntansi yang belum teraplikasikan di desa tersebut, sehingga dirasa perlu dibantu.

Rabu, 18 Januari 2017

Gali Budaya Cirebon, ADP 2017 Ambil Tema Local Wisdom

Unswagati, Setaranews.comESA (English Student Association) kembali adakan Annual Drama Performance (ADP) yang dilaksanakan selama dua hari, Selasa-Rabu (17-18/1), di Gedung FKIP Kampus III Unswagati. Pada tahun ini ADP mengambil tema “Reviving Cultural Awarenessand The Value of Cireboness Local Wisdom” dengan tujuan menggali budaya Cirebon yang belum banyak diketahui orang.

“Karena local wisdom Cirebon ini belum banyak orang tahu, belum banyak digali jadi dari pihak dosen meminta untuk memilih tema itu, karena Cirebon sendiri memiliki banyak sejarah dan kebudayaan, jadi setiap kelas menceritakan dari judul yang berbeda-beda berdasarkan tema tersebut,” ujar Mega Larasati selaku Ketua Pelaksana ADP saat ditemui disela-sela acara pementasan drama, Selasa (17/1).

Ada delapan penampilan yang masing-masing dibawakan oleh mahasiswa Program Studi Bahasa Inggris, mulai dari kelas 3A hingga 3H. Adapun judul penampilan dalam ADP 2017 yaitu Simbar Kencana, Ki Patih Manik, Nyi Mas Gendasari, Arum Sari, Ong Tien, Kedondong War, Baridin dan Ratminah, danWalangsungsang. Setiap kelompok diberi waktu untuk menampilkan drama selama 100 menit.

Tidak hanya sekadar berperan, tetapi juga ada penghargaan yang akan diberikan kepada pemain dengan kategori Best Actress, Best Actor, dan Best Drama of theYear. Proses Penilaian ditentukan oleh dua dosen mata kuliah drama dan tiga orang juri.

“Yang melakukan penilaian memang dosen drama tetapi kita menghadirkan juri dengan tujuan memberikan reward kepada tingkat tiga yang telah menampilkan  dramanya, akan ada kategori Best Actress, Best Actor, dan Best Drama oftheYear yang akan diberikan tropi dan sertifikat.” Pungkasnya kepada setaranews.com

Opini: Bicara 'Sastra' Sebagai Kritik Sosial

Opini, Setaranews.com – Apa yang membuat sebuah karya sastra bertahan puluhan hingga ratusan tahun? Jawabannya adalah sebuah karya sastra yang mampu menggambarkan realita sosial yang terjadi di dalam masyarakat. Karena pada dasarnya, permasalahan yang terjadi di dalam masyarakat tidak pernah berubah. Berkutat seputar ketimpangan, ketidakadilan dan lain sebagainya. Karena kaitan sastra dan realita sosial yang terjadi cukup erat, maka sastra pun bisa dijadikan sebagai kritik sosial. Seiring tentunya hal tersebut diharapkan mampu membawa berubahan ke arah yang lebih baik.

Kata sastra diadaptasi dari bahasa sansekerta yang memiliki makna teks yang mengandung intruksi. Intruksi disini bisa bermakna sebagai ajaran dan karya sastra mempunyai dua bentuk yakni fiksi dan non-fiksi, bisa puisi, prosa, novel, drama, biografi, esai dan lain sebagainya. Bicara tentang sastra sebenarnya mencakup banyak aspek seperti seni, budaya dan sosial. Maka tidak heran apabila kandungan di dalam karya sastra sangatlah kaya dengan berbagai macam pesan yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca.

Karya sastra tercipta dari berbagai macam latar belakang yang dipengaruhi oleh pengalaman penulis dan disesuaikan dengan kondisi zamannya. Semisalnya saja novel Student Hidjo karya Marco Kartodikromo yang diterbitkan pada tahun 1918—rentang tahun yang cukup lebar sebelum Indonesia merdeka. Memakai gaya bahasa yang sederhana, Marco menitipkan pesan yang amat luas agar masyarakat Indonesia bisa meraih kemerdekaan dan kedudukan sosial dari penjajah. Atau pada era reformasi, Wiji Thukul lewat puisi-puisinya yang menggugah, mengkritisi rezim Soeharto yang dianggap menyengsarakan Rakyat Indonesia.

Dari kedua contoh tersebut, bisa diasumsikan bahwa karya sastra adalah refleksi atau cerminan dari realita sosial yang terjadi di dalam masyarakat. Jadi, sangatlah dangkal apabila seseorang memiliki persepsi bahwa karya sastra seolah-olah hanya lahir dari kesunyian dan lamunan. Terdapat proses yang panjang sebelum sebuah karya sastra dihasilkan, dan seorang penulis butuh bersentuhan langsung untuk melihat dan merasakan realita sosial yang terjadi di dalam masyarakat, dan lalu menuangkannya ke dalam tulisan.

Di era-modern, media berkembang dengan sangat pesat—cetak ataupun online. Keduanya bisa dengan mudah menampung berbagai kreatifitas tulisan dari banyak orang untuk dipublikasikan. Tapi sekarang fenomena yang terjadi, cukup sulit menemukan karya sastra yang bisa kembali merefleksikan kondisi sosial yang terjadi. Penulis mainstream lebih senang mengikuti selera pasar yang arahnya lebih condong ke roman picisan. Hal tersebut cukup membuktikan bahwa seorang penulis menghasilkan sebuah karya semata-mata hanya untuk eksistensi dan keuntungan dirinya sendiri. Tidak dibarengi dengan kepekaan terhadap kondisi sosial yang terjadi dan kesadaran untuk membawa perubahan ke arah yang lebih baik. Padahal, penulis-penulis besar yang karya-karyanya abadi berawal dari sana, seperti Buya Hamka, Pramudya Ananta Toer, Chairil Anwar dan lain sebagainya.

Novel dengan nuansa percintaan seperti Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck milik Buya Hamka atau Hujan Bulan Juni milik Sapardi Djoko Damono saja masih dengan lihai menyisipkan permasalahan sosial di dalamnya. Keduanya mengangkat permasalahan yang hampir sama yaitu tentang perbedaan ras, budaya, adat, tradisi hingga agama. Realita sosial yang disuguhkan Hamka dan Sapardi di atas, hingga sekarang pun masih menjadi sesuatu yang sensitif ketika diperdebatkan di dalam masyarakat Indonesia. Sekaligus membuktikan bahwa karya sastra dengan nuansa percintaan bisa dikemas sedemikian rupa dengan nilai-nilai sosial di dalamnya.

Sebenarnya sah-sah saja. Toh, tidak ada aturan terikat bagaimana cara menghasilkan sebuah karya sastra. Apapun ide yang ingin dituangkan, menulislah. Tapi, bukankah sastra yang berhasil ialah yang mampu mempengaruhi pembaca, sementara sastra yang baik ialah yang mampu membawa perubahan ke dalam masyarakat? Karena sebenarnya esensi karya sastra sangatlah besar, karya sastra dianggap sebagai tanggungjawab sosial yang diharapkan bisa membawa perubahan ke arah yang lebih baik di dalam masyarakat.

Wadek II FE Tegaskan Informasi Terkait Biaya Skripsi

Unswagati, Setaranews.com - Mahasiswa Fakultas Ekonomi (FE) Unswagati tingkat empat pertanyakan perihal dispensasi untuk pembayaran biaya skripsi, DPP (DPP) dan SKS (Satuan Kredit Semester) dalam forum perkumpulan mahasiswa FE dengan pihak Fakultas terkait rincian pembayaran skripsi, di Ruang kelas 119 Gedung Manajemen.

Andri, salah satu Mahasiswa FE mempertanyakan kepada Wakil Dekan II yang juga menghadiri forum tersebut. "Saya mendapat informasi terkait pembayaran administrasi skripsi termasuk pembayaran DPP dan SKS katanya harus terbayarkan tepat waktu tanpa adanya dispensasi," tanyanya dalam forum, Rabu (18/1).

Terkait pertanyaan tersebut, Moh. Yudi Mahadianto selaku Wakil Dekan II FE menegaskan bahwasanya informasi terkait administrasi di Fakultas Ekonomi tersebut atas kendalinya. Lebih lanjut, pembayaran tersebut di lakukan paling lambat pada tanggal 18 Februari 2017, dan bagi yang belum melunasi sesuai waktu yang telah ditentukan bisa mendapatkan dispensasi melalui Bidang II, kecuali untuk dana SKS.

"Pembayaran dana SKS itu harus dibayar tepat waktu, karena SKS termasuk rumah bagi mahasiswa, dan semua informasi terkait administrasi tersebut atas kendali saya, jadi kalian yang mendapat informasi dari pihak lain diharapkan untuk melakukan kroscek terlebih dahulu," ungkapnya dihadapan para mahasiswa tingkat empat yang menghadiri forum, Rabu (18/1).

Forum Perkumpulan Mahasiswa Fakultas Ekonomi tingkat empat tersebut berlangsung mulai pukul 11.00 – 12.00 WIB di Ruang 119, Gedung Manajememen.

Mahasiswa FE Minta Kejelasan SK dan Rincian Biaya Skripsi

Unswagati, Setaranews.com - Mahasiswa Fakultas Ekonomi (FE) tingkat empat hadiri forum perkumpulan antara mahasiswa dengan pihak fakultas terkait pembahasan biaya skripsi yang simpang siur, pada Rabu (18/1) di Ruang kelas 119, Gedung Manajemen.

Mahasiswa FE tingkat empat merasa bahwasanya informasi yang disebar oleh fakultas tidak terperinci secara jelas terkait poin-poin administrasi yang harus dibayar oleh mahasiswa.

Jaka Bambang Gunawan, salah satu mahasiswa fakultas ekonomi tingkat empat, menanyakan akan kejelasan administrasi skripsi,"Terkait biaya SKS, Bimbingan skripsi dan biaya operasional itu diperuntukan untuk apa, dan kami ingin tahu rincian-rinciannya dan apakah ada SK nya terkait pembayaran tersebut ?," ungkapnya dalam forum, Rabu (18/1).

Mendengar pertanyaan tersebut, Yudi selaku Wakil Dekan II FE menanggapi, bahwasanya semua administrasi yang dikeluarkan itu telah terperinci dan terdapat SK, "Kami tidak asal menentukan nominal yang harus kalian tempuh saja, melainkan semua pembayaran ada rinciannya dan SK nya, untuk penjelasan biaya SKS itu masuk ke universitas sebagai cadangan apabila nantinya biaya skripsi yang kalian bayar mengalami kekurangan, sedangkan biaya operasional diperuntukan untuk kebutuhan kalian dan pembimbing  juga yang nantinya untuk makan setelah melakukan bimbingan, dan untuk SK dan rincian-rinciannya, bisa perwakilan dari kalian minta nanti setelah selesai rapat senat, karena pukul satu akan ada rapat senat," paparnya, Rabu (18/1).

Dalam forum yang sama pula, Jamaludin mahasiswa Program Studi Akuntansi, mengusulkan kepada fakultas untuk mengumumkan rincian biaya skripsi melalui papan pengumuman atau melalui Organisasi Mahasiswa (Ormawa) yang ada di FE.

"Menurut saya agar informasi itu jelas, pihak fakultas mengumumkan melalui papan pengumuman yang tersedia di FE, atau bisa menyampaikannya lewat Organisasi Mahasiswa FE, dan juga untuk pengumumanya pihak fakultas harus menjelaskan juga rincian-rincian yang tertera dalam poin-poin yang harus dibayar oleh mahasiswa, agar mahasiswa FE khususnya mahasiswa tingkat empat mengerti betul dan tidak bertanya-tanya akan itu," Usulnya, Rabu (18/1).

Forum perkumpulan ini dihadiri oleh 18 mahasiswa tingkat empat, serta Wakil Dekan satu dan dua fakultas ekonomi.

Selasa, 17 Januari 2017

LIDI Bersihkan Budaya Malas Diskusi

Profil, Setaranews.com – Dibekukannya Ormawa (Organisasi Mahasiswa) di Fakultas Hukum, tidak menghentikan langkah LIDI (Law Independet Discussion) untuk tetap menghidupkan kegiatan organisasi di lingkungan Fakultas Hukum. LIDI adalah sebuah organisasi yang mempunyai tujuan untuk menghidupkan kembali budaya diskusi.

LIDI pada awalnya berada dibawah naungan BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) Fakultas Hukum, namun semenjak BEM Fakultas Hukum dibekukan, LIDI berdiri secara independen. “LIDI awal adalah naungannya BEM Hukum, namun saat ini BEM dibekukan jadi LIDI kini berdiri secara independen. Dari awal ketika ormawa hukum masih aktif, LIDI sudah ada tapi masih belum punya sekre sendiri,” tutur Dicky Candra Arifin selaku Ketua LIDI saat ditemui di sekretariat LIDI, Kamis (12/1).

Tahun terbentuknya LIDI sampai saat ini ternyata masih menjadi perdebatan. Dicky menjelaskan, jika ada dua pendapat yang mengatakan tentang tahun berdirinya LIDI yaitu tahun 2000-an dan ada pula yang mengatakan jika LIDI berdiri tiga tahun lalu. “Sampai saat ini masih menjadi perdebatan, ada yang bilang bahwasanya LIDI berdiri saat senior-senior tahun 2000an, tapi diulas lagi ternyata LIDI baru berdiri tiga tahun yang lalu," tambahnya.

Kata LIDI terinsiparasi dari sapu lidi, dengan harapan jika organisasi ini mampu untuk membersihkan mahasiswa-mahasiswa yang malas berdiskusi, mengajak mahasiswa untuk kembali membudayakan diskusi di lingkungan kampus.

Dalam satu bulan, LIDI minimal mengadakan diskusi satu kali, dengan target 10 diskusi setiap tahunnya. Menurut Dicky, pemilihan tempat diskusi di lingkungan kampus dikarenakan  fasilitas yang sudah tersedia, satu hal yang menjadi kekhawatiran Ketua LIDI jika diskusi diadakan di luar kampus adalah jumlah peserta diskusi yang akan semakin berkurang.

Ketua LIDI yang kini menempuh semester lima, menilai jika mahasiswa sekarang ini sangat malas untuk berdiskusi. Jika dilihat dari jumlah peserta diskusi yang hadir selama ini justru mengalami penurunan, bahkan langkah untuk mengajak diskusi dilakukan tidak hanya melalui media seperti pamflet ataupun postingan di media sosial, tetapi juga ajakan secara langsung, yaitu mendatangi kelas-kelas.

“Dari awal kami mengadakan diskusi tidak lebih dari 50 orang. sekarang malah menyusut, yang ikut diskusi hanya 20-30 orang. Dari banyaknya mahasiswa, hanya sekian persen yang ikut berarti dari situ mulai menyusut. Nah kami juga agak bingung nih, diadakannya suatu diskusi, mahasiswanya tidak datang, tidak diadakan diskusi bilangnya tidak ada kegiatan. Apalagi LIDI ini kan sistemnya gratis tapi tetap sulit untuk mengajak mahasiswa,” pungkasnya.

Vakumnya kegiatan organisasi di lingkungan Fakultas Hukum, membuat LIDI terus melakukan usaha untuk terus mengajak mahasiswa ikut terlibat dalam setiap kegiatan organisasi, yaitu salah satunya dengan agenda diskusi yang rutin dilaksanakan. “Kami akan terus berusaha untuk melakukan yang terbaik, soalnya kita fakultas hukum tidak punya lab hukum, tidak punya BEM, kami organisasi cuma satu di sini, kalau tidak melakukan tindakan-tindakan untuk mahasiswanya sendiri kami akan tenggelam,” tutupnya.

SMK AL-Jabbar Juarai Unswagati Cup 2017

Cirebon, Setaranews.com - SMK Al-Jabbar sukses menjadi juara Unswagati Cup 2017 yang diselenggarakan di Stadion Bima pada Senin (16/1), setelah berhasil mengalahkan SMAN 1 Jamblang dipartai final dengan skor tipis 1-0.

Dengan materi pemain besutan Piala Soeratin 2016, Al-Jabbar tampil percaya diri menghadapi SMAN 1 Jamblang. Sejak peluit babak pertama dibunyikan, Team asuhan Ujang Johanes ini langsung menguasai jalannya pertandingan di babak pertama. Dengan strategi menyerang cepat diawal kick-off babak pertama para pemain Al-Jabbar langsung menyerang dan terbukti pada menit ke-30 pemain dengan nomer punggung 10, Saeful Anam berhasil menjebol gawang dari SMAN 1 Jamblang. Skor 1-0 bertahan hinggs babak pertama selesai.

Dibabak kedua SMK Al-Jabbar semakin menyerang, beberapa peluang diciptakan oleh para pemain Al-Jabbar, namun proses finising yang kurang maksimal menyebabkan beberapa peluang tidak bisa dikonfersikan menjadi gol. Skor 1-0 pun bertahan hingga laga usai.

“Secara keseluruhan pemain kita sudah bermain cukup bagus, secara teknis mereka sudah mampu melaksanakan strategi yang sudah diberikan, terbukti dengan mereka tampil mendominasi dari awal kick-off babak pertama, namun sayang ada beberapa kekurangan saat proses finishing yang terburu-buru sehingga banyak peluang yang tidak bisa dikonfersikan menjadi gol.” Ujar Ujang selaku pelatih Al-Jabbar.

Unswagati Cup 2017 ini diadakan dalam rangka Diesnatalies Unswagati ke-55 yang diikuti oleh pelajar SMU/SMK Sewilayah Cirebon, dan diadakan sejak 12-16 Januari 2017.

Sabtu, 14 Januari 2017

Terkait Komitmen Tak Ikut "Nyapres" 2019, Ini Jawaban Masing-Masing Paslon

Nasional, Setaranews.com – Debat perdana Calon Gubernur (Cagub) dan Calon Wakil Gubernur (Cawagub) DKI Jakarta 2017 diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada Jumat (13/01) di Hotel Bidakara, Jakarta. Debat perdana kali ini  berisikan rentetan pertanyaan dari masing-masing calon yang diajukan kepada calon lainnya. Menariknya, dipenghujung acara debat terdapat satu pertanyaan yang berasal dari moderator, Ira Koesno. Dia bertanya kepada seluruh calon terkait pencalonan presiden pada 2019 nanti.

“Apakah jika terpilih dalam Pilkada DKI Jakarta, tidak akan tergiur untuk maju sebagai Capres atau Cawapres di tahun 2019,” Tanya moderator kepada masing-masing calon, seperti dikutip melalui www.republika.co.id, Jumat (13/01).

Terkait pertanyaan tersebut, Pasangan Calon (Paslon) nomor urut tiga, Anis Baswedan dan Sandiaga Uno menyatakan komitmennya untuk menyelesaikan masa jabatannya menjadi pemimpin DKI Jakarta.

“Saat kami mendapatkan tugas menjadi cagub DKI Jakarta maka ini adalah amanat untuk dituntaskan dan amanat dari Pak Prabowo dan Sohibul Iman adalah memimpin Jakarta tuntas 5 tahun,” jawabnya, seperti dikutip melalui www.tempo.com, Jumat (13/01).

Kemudian disusul oleh jawaban Paslon nomor urut satu, Agus Yudhoyono dan Sylviana Murni mengungkapkan akan tujuan awalnya untuk maju sebagai calon pemimpin DKI Jakarta, “Saya pikir sudah jelas kami fokus strategi memenangkan Pilgub Jakarta dan kami mau didengar oleh rakyat bahwa program kami benar-benar jadi slousi bagi masyarakat Jakarta,” ungkap Agus, dikutip melalui www.tempo.com, Jumat (13/01).

Sementara itu, Paslon nomor urut dua Basuki Thajha Purnama alias Ahok hanya tertawa yang kemudian dijawab oleh wakilnya Djarot, “Kami ingin jadikan Jakarta Ibu Kota yang bisa dibanggakan Republik ini. Oleh karena itu pekerjaan belum selesai, kami ingin lima tahun lagi mengabdi untuk Jakarta," Pungkasnya seperti dikutip dari www.tempo.com, Jumat (13/01).

Kembali Terpilih, Ketua BEM-FT Akan Perbaiki Kinerja Kepengurusan

Unswagati, Setaranews.com – Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Teknik (BEM-FT) Universitas Swadaya Gunung Jati (Unswagati) Cirebon, baru saja melakukan reshuffle kepengurusan dan telah menyampaikan Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ) dalam Musyawarah Besar (Mubes) Fakultas Teknik, Jumat (13/1) di ruang kelas Teknik Sipil.

BEM-FT yang dipimpin kembali oleh Alif Hamdilah P. telah melakukan evaluasi kerja dalam kepengurusannya dan akan melakukan perbaikan. “saya akui pada kepengurusan BEM-FT kemarin banyak sekali kekurangan, itu salah satu motivasi saya kenapa  ingin menjabat lagi yaitu untuk memperbaikinya, langkah selanjutnya adalah membangun hubungan ormawa atau internal BEM-FT dengan pihak dekanat, kemudian meningkatkan  kapasitas sumber daya manusia dengan banyak melakukan diskusi atau kajian-kajian yang nantinya mereka siap untuk fokus pada advokasi mahasiswa.” ujarnya saat ditemui setaranews.com disela-sela Mubes berlangsung, Jumat (13/1).

Selama ini peran BEM-FT belum dirasa ada perubahan yang signifikan terhadap kondisi Organisasi Mahasiswa (Ormawa) dan mahasiswa fakultas teknik. Hal tersebut dikeluhkan oleh Deri Tadarus salah satu mahasiswa FT yang juga mantan Ketua Himpunan Mahasiswa Sipil (HMS) dua tahun lalu, menurutnya kinerja BEM-FT saat ini belum dirasakan oleh kalangan mahasiswa dan Ia pun merasa kecewa terkait kegiatan KBS (Kemah Bakti Sosial) yang sampai saat ini belum terlaksana.

“Sebuah organisasi dikatakan sukses apabila bisa mencapai tujuannya, dengan merealisasikan program kerja yang direncanakan. Sangat disayangkan KBS Fakultas Teknik sendiri belum bisa dilaksanakan, kalaupun KBS tidak bisa dilaksanakan yang penting adalah esensiya bisa tersampaikan kepada mahasiswa baru. Esensi dari KBS itu apa?, kan bisa saja digantikan dengan kegiatan lain” Keluhnya.

Namun, saat setaranews.com menanyakan perihal pelaksanaan KBS kepada Ketua BEM-FT, Alif menjawab bahwasanya BEM-FT sudah mengadakan audiensi dengan Dekan sebelumnya, “kita sudah melakukan dialog dengan dekan, dan begitupun dengan teman-teman yang lain. Hanya saja tanggalnya belum kita tetapkan.” Jawabnya, Jumat (13/1).

Tidak hanya permasalahan KBS yang sampai saat ini belum terlaksana, melainkan Alif pun menyesali perihal kegiatan PKKMB-FT (Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru) yang dikendalikan oleh pihak fakultas, sedangkan hal ini tidak terjadi di fakultas lain.

Fakultas Teknik Telah Adakan Musyawarah Besar

Unswagati, Setaranews.com – Fakultas Teknik (FT) Universitas Swadaya Gunung Jati (Unswagati) Cirebon telah melaksanakan Musyawarah Besar (Mubes), yang melibatkan Organisasi Mahasiswa (Ormawa), mahasiswa teknik, dan alumni pada jumat (13/1) di ruang kelas teknik sipil.

Tujuan diselenggarakannya mubes tersebut, sebagai upaya evaluasi Ormawa teknik untuk melakukan perubahan-perubahan pada kepengurusan berikutnya. Adapun rangkaian acaranya yaitu pembahasan regulasi aturan organisasi kemahasiswaan Fakultas Teknik dan laporan pertanggung jawaban dari BEM-FT, DPM-FT, dan Himpunan Mahasiswa Sipil (HMS).

Mubes yang bertemakan "Membangun Pola Pikir Yang Kritis dan Inovatf Serta Berintegritas Tinggi" ini diharapkan agar Ormawa yang ada di lingkungan FT mampu berjalan lebih baik lagi. “dilaksanakan setiap akhir periode kepengurusan DPM fakultas teknik, semoga ormawa bisa menjalankan sesuai dengan apa yang disepakati bersama untuk organisasi mahasiswa fakultas teknik lebih baik lagi.” ujar Lukman Nurkarim, selaku Ketua Pelaksana yang juga anggota Komisi IV DPM-FT yang menangani bagian aspirasi mahasiswa, Jumat (13/1).

Kegiatan yang dimulai pada pukul 14.00 WIB sampai dengan 22.00 WIB, menghasilkan keputusan bahwa aturan organisasi kemahasiswaan Fakultas Teknik ditangguhkan sampai satu bulan setelah surat keputusan dekan turun untuk kepengurusan periode saat ini.

Jumat, 13 Januari 2017

Maraknya Pungli, Walikota Cirebon Kukuhkan 65 Orang Pemberantasan Pungli

Cirebon, Setaranews.com – Maraknya aksi pungutan liar atau dikenal pungli membuat pemerintah kota Cirebon melakukan tindakan tegas. Salah satunya, walikota Cirebon telah mengukuhkan 65 orang yang tergabung dalam tim unit pemberantasan pungli. Kepengerusannya berasal dari Instansi Pemerintah, Kedinasan terkait, Kepolisian, Satpol PP, Kejari dan Akademisi, telah dikukuhkan pada Jumat, 13 Januari 2017 di Ruang Adipura Balaikota Cirebon.

Acara tersebut dihadiri oleh Ketua DPRD, Forkopimda, Pimpinan Instansi Vertikal, Sekretaris Daerah Kota Cirebon, Para Assisten dan Staf Ahli, para Kepala Perangkat Daerah, BUMD, Camat dan Lurah se-Kota Cirebon.

Sesuai dengan Keputusan Walikota Cirebon Nomor : 700/Kep.67-IRDA/2017, tanggal : 12 Januari 2017 dan berdasarkan Peraturan Presiden RI Nomor 87 Tahun 2016 tentang satuan tugas sapu bersih pungutan liar dalam pasal 8 yang menyebutkan bahwa pemerintah daerah melaksanakan pemberantasan pungutan liar di lingkungan kerja masing-masing dengan membentuk unit pemberantasan pungli. Surat ketua pelaksana Satgas Saber Pungli Provinsi Jawa Barat Nomor : B/05/XI/2016/SATGAS SABER PUNGLI tanggal 25 November 2016 tentang pembentukan Satgas Saber Pungli Tingkat Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat.

“Dikukuhkannya Tim Saber Pungli atau Unit Pemberantasan Pungli Pemerintah Daerah Kota Cirebon bertujuan untuk mengatasi masalah pungli yang kini menjadi sorotan masyarakat,” ujar walikota Cirebon, Drs. Nasrudin Azis, SH dalam sambutannya dikutip dari laman resmi pemerintah kota Cirebon.

Lanjutnya, saber pungli merupakan upaya pencegahan yang efektif dalam mengendalikan pungutan liar atau dapat diminimalisir dan ditiadakan.

“Masalah saber pungli merupakan upaya pencegahan dari pemerintahan pusat kepada para pejabat atau para pelaksana pemerintah di seluruh daerah dan hal ini tentunya kita harus merespon positif dan semangat, dikarenakan hal ini merupakan cara efektif untuk mengendalikan pungutan liar atau dapat diminimalisir dan kalau perlu ditiadakan,” ujarnya lagi.

Kemudian Solusi dari pemerintah saat ini terkait pungli adalah akan melakukan sosialisasi melalui media termasuk menginformasikan besaran biaya dalam pengurusan apapun.

“Karena pungli juga timbul dari masyarakat yang tidak mau menunggu dan mengurus segala sesuatunya. Bukan hanya pegawainya yang disadarkan akan tetapi masyarakat pun perlu disadarkan juga,” tambahnya.

Adapun tugas yang diemban Unit Pemberantasan Pungli adalah sebagai berikut :

  1. Membangun sistem pencegahan dan pemberantasan pungli.

  2. Melakukan pengumpulan data dan informasi dari pihak terkait dengan menggunakan teknologi informasi.

  3. Mengkoordinasikan, Merencanakan, dan Melaksanakan operasi pemberantasan pungutan liar.

  4. Melakukan operasi tangkap tangan (OTT).

  5. Memberikan rekomendasi kepada pimpinan untuk memberikan sanksi kepada pelaku pengutan liar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

  6. Monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan pemberantasan pungutan liar pada pemerintah Kota Cirebon.


 

 

Kamis, 12 Januari 2017

HMJM Siapkan Tiga Program Kerja Utama

Unswagati, Setaranews.com - Terpilihnya Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen (HMJM) Fakultas Ekonomi Universitas Swadaya Gunung Jati (Unswagati), Gugun Gunawan yang telah menang dalam Pemilihan Umum Mahasiswa Fakultas Ekonomi untuk Periode 2016/2017. Mahasiswa Jurusan Manajemen Semester III ini telah ditetapkan sebagai Ketua pada 27 Desember 2016 yang bertempat  di Auditorium Unswagati.

Gugun Gunawan telah mempersiapkan sederet Program Kerja HMJM yang akan dilaksanakan dalam kepengurusan yang dipimpin olehnya, diantaranya adalah Futsal Cup, Bisnis Plan, dan Kuliah Umum. Ketiga program ini menjadi program utama yang akan direalisasikan di samping program kerja lainnya yang akan diajukan dari aspirasi anggota."Saya optimis dengan kepengurusan sekarang sebab dari jumlah pengurus yang ada sudah memenuhi baik dari anggota baru ataupun anggota lama untuk berpartisipasi di dalamnya melanjutkan roda organisasi HMJM," ujarnya kepada setaranews.com pada Senin (09/01).

Selain itu pada akhir Januari mendatang akan ada proses lanjutan untuk Open Recruitmen bagi Calon Anggota baru HMJM untuk lebih menyempurnakan masa kepengurusannya. Gugun pun mempunyai strategi untuk lebih mengakrabkan dan menjaga hubungan antar anggota dengan cara berdiskusi rutin dengan membahas isu terkini bersama anggotanya.

“Beberapa masukan dari yang lain bahwa penilaian mereka terhadap anggota HMJM itu cenderung cuek, maka saya juga akan membiasakan anggota saya untuk lebih bersikap ramah kepada siapapun agar nilai kekeluargaan bisa tumbuh,” tutupnya.

Opini: Mengkritisi Penguasa Kampus

Opini, Setaranews.com - Di jaman yang sudah tertumpuknya berbagai macam masalah, kejadian yang berangkat dari ketidakbernalaran, penindasan, sehingga berdampak terjadinya dehumanisasi. Degradasi kesadaran seakan mengikis sikap kritis serta sikap skeptis terhadap sesuatu. Manusia tidak hanya bereaksi dengan cara refleks layaknya binatang, tapi memilih, menguji, mengkaji dan mengujinya kembali sebelum melakukan tindakan. Ketika manusia menelan bulat-bulat apa yang didapatnya tanpa adanya proses dialek yang dinamis maka subjek tersebut hanya membuat alam ini sesak dengan keberadaannya.

Manusia bukan makhluk pasif, manusia dianugerahi kemampuan yang bisa merefleksikan semua kejadian (mengkaji) sebelum melakukan tindakan dan manusia dibekali kebebasan yang tentu tidak merenggut kebebasan orang lain. Semua dilakukan di dalam kerangka memanusiakan manusia. Manusia ditempa sesuai latar belakang dan lingkungan serta proses pendidikannya.

Paulo Freire mengutarakan bahwa pendidikan merupakan proses pembebasan, murid bukan bejana-bejana untuk menampung semua yang dikatakan pengajar. Dari pernyataan di atas kita sama-sama sadar dan mengamini kejadian tersebut masih berlangsung di sekitar kita. Pendidikan hanya rutinitas agar kita terlihat sama dengan yang lainnya karena pada dasarnya manusia tidak ingin terlihat berbeda.

Rutinitas yang dimaksud adalah proses pengisian bejana-bejana, mahasiswa diibaratkan sebagai bejana yang diisi oleh dosen. Ketika bejana terisi penuh oleh ‘air’ dari dosen dengan demikian mahasiswa menjiplak dari dosen, penulis menilai bahwa walaupun terjadi dialektika dalam proses transformasi ilmu pengetahuan, itu hanya sebatas dialektika semu karena kompetensi yang dihasilkan sama, tidak beranjak untuk mencari kebenaran lain.

Kalau di atas menulis tentang esensi dari kondisi ideal pendidikan, pertanyaannya bagaimana kita akan fokus terhadap akademis jika lembaga pendidikannya selalu bermasalah? kampus kita tercinta (katanya, semoga cintanya tak membutakan) banyak sekali hal-hal dalam pelayanan yang sangat kurang, sebagai contoh kecil adalah ribetnya mengakses informasi tentang kuliah, sarana prasarana dan tetek bengek lainnya.

Bagaimana kita sebagai insan akademika akan memikirkan hal yang lebih penting ketika hal remeh seperti itu saja masih saja menghambat? Sebenarnya masih banyak lagi yang mau penulis ungkap tentang kritik ini, tapi penulis lebih tertarik mengkaji akar dari permasalahan tersebut.

Ketika penyelenggara pendidikan menyamakan bahwa pendidikan adalah barang jual, serta mahasiswa adalah konsumen, sehingga mereka menekan biaya produksi untuk meraih keuntungan yang besar. Berarti semua sudah berada diambang ketidaknormalan. Jelas tercantum dalam tujuan berdirinya negara ini  yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa bukan meraup untung sebesar-besarnya.  Karena kalau ditilik dari permasalahan kampus ini, penulis berasumsi poros permasalahannya ada dikurangnya sumber dana untuk menunjang kegiatan perkuliahan. Jika penyataan penulis salah, wajar saja karena penulis tak mengetahui karena tak adanya transparansi yang digagas oleh pihak pengelola ke mahasiswa.

Tiap pergantian tahun akademik biaya masuk terus melonjak tapi keadaan masih sama, tak ada perubahan, yang mengeluh tetap mengeluh, yang untung tetap untung.

Manusia adalah makhluk yang berelasi dan disetiap relasi (apapun) selalu ada yang namanya kekuasaan. Kekuasaan adalah hal yang bisa mempengaruhi segala sesuatu, bisa menembus moral, ketidakbernalaran, kegilaan dan sebaliknya kekuasaan juga bisa menciptakan kondisi yang adil. Seolah-olah kekuasaan dipengaruhi oleh subjek yang mendudukinya, tapi sebenarnya kekuasaanlah yang mempengaruhi subjek, jika dibenturkan oleh permasalahan kampus kita, kekuasaanlah yang mempengaruhi kondisi saat ini.

Hal terbaik yang saat ini harus dilakukan adalah menjalankan fungsi sesuai koridor dan perannya masing-masing, mahasiswa dengan sikap kritisnya dan penguasa dengan sikap kebijaksanaannya serta tidak menggunakan logika bisnis. Bersatu dalam tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dalam bingkai humanisme yang tidak adanya penghisapan dan penindasan didalamnya.

Penulis: Reja Fauzi

Rabu, 11 Januari 2017

Diam Dalam Keabadian

Aku berdiri


Kau suruh duduk


Aku bernyanyi


Kau paksa Aku meringkuk


Aku diam, Kau tampar

Aku berteriak


Kau paksa Aku menutup mulut


Aku berlari


Aku kau pasung kedua kaki


Aku diam, Kau hajar


Aku mengkritik


Kau sangka Aku mencemarkan nama baik


Aku meminta bantuan


Kau curigai penghasutan


Aku diam, Kau hantam


Aku bersiap melempar


Kau tuduh Aku makar


Aku melawan


Kau tak segan memenjarakan


Aku tuntut keadilan


Kau hina Aku dengan cengengesan


Aku meronta kemanusiaan


Kau pikir Aku Anti-Tuhan


Aku Diam, Kau tikam

Silahkan, kau tampar hajar


Silahkan, Kau tikam sampai terkapar


Silahkan, sesuka maumu


Silahkan, sampai lenyap hasratmu


 

Tak akan pernah mati,


Berapapun akan berganti


Tak akan sirna


Bilangan kata  terus berlipat ganda


Aku tetap diam


Tersisa kata  tak pernah padam


Aku diam


Dan, suara itu terus bersemayam


Dalam keabadian!

 

(Al-Aziz, Cirebon, 11 Januari 2017)

Selasa, 10 Januari 2017

Jangan Ditinggalkan, Literasi Bagian Dari Suasana Kampus!

Opini, Setaranews.com - Sedikit celoteh jika itu memang bebas dikumandangkan, walaupun pada dasarnya penulis ataupun anda tidak memiliki kebebasan yang absolut, namun kegelisahan sangat tidak enak untuk ditahan dan dipendam. Penulis mencoba mengutarakan apa yang penulis lihat dan dengar, selebihnya itu pengalaman yang penulis lalui. Benar salahnya, mari kita berdialektika, karena dari sudut pandang penulis dan anda akan banyak perbedaan.

Melihat kondisi kampus sekarang, khususnya di habitat Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon yang merupakan wahana pendidikan tinggi juga merupakan jenjang pendidikan tertinggi untuk membina dan membentuk kader-kader manusia yang mandiri dan produktif, untuk selanjutnya mengaplikasikan kemampuan dirinya di masyarakat. Dalam promosinya, kegiatan kampus menjadi daya tarik dan sekaligus menjadi proses peningkatan kualitas diri setiap pelakunya.

Ada beberapa kondisi yang menjadi perhatian penulis, di mana proses kegiatan belajar mengajar yang terkesan monoton, membentuk budaya baru apatisme dan kutu gadget, di mana civitas akademika berjalan masing-masing sesuai dengan sekedar tugasnya.

Kecenderungan dalam penerapan metode yang digunakan beberapa dosen belum se-efektif yang diharapkan sehingga belum menunjang perkembangan mahasiswa. Komunikasi searah di mana dosen menerangkan dan mahasiswa menerima, lalu tidak ada feedbeck atau kesempatan membela diri bagi kalangan yang lamban dalam menangkap materi. Sedangkan, sistemnya tidak bisa di tolelir, yang dibuktikan dengan ujian di kertas satu lembar. Perbedaan peran antara dosen sebagai pengajar dan mahasiswa yang diajar dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi malah menjadi sekat dalam menghidupkan suasana yang harmonis dan dinamis. Di mana budaya literasi di luar kelas sudah jarang terjadi, sedangkan kegiatan belajar mengajar hanya diberikan berdasarkan SKS yang terbatas, dan fokus pada disiplin ilmu yang digelutinya.

Kemudian, kalangan intelektual yang mengemban peran penting tri dharma perguruan tinggi yang diiringi dengan kurikulum menjadi perhatian khusus yang kiranya perlu kita renungkan. Pergeseran proses KKN (Kuliah Kerja Nyata) yang merupakan salah-satu bentuk impelementasi tri dharma perguruan tinggi hanya menjadi agenda tahunan, namun esensinya sangat belum tercapai.

Kondisi tersebut penulis pikir bukan jaminan setelah lulus bisa siap berbaur dan melebur dalam dinamika masyarakat. Kalangan middle class cendikiawan, katanya, penulis pikir perlu kerja keras lagi dalam menempa dirinya untuk bisa berada di tengah persoalan masyarakat sekaligus bisa menyelesaikan permasalahannya. Hal itu tentunya perlu didukung oleh lingkungan kampus yang mampu menempatkan kedudukannya sebagai laboratorium untuk berekspresi dan berkarya.

Peran penting perguruan tinggi harus kembali pada tujuan awalnya, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa atau dalam bahasa lain, proses pendidikan tinggi akan berdampak pada kehidupan masyarakat untuk menjadi lebih baik. Jika menurut Paulo Freire, pendidikan bertujuan untuk pembebasan, atau menurut Soedjatmoko pada tegurannya kepada pelaku yang mendapatkan kesempatan di bangku kuliah seharusnya menggunakan pengetahuannya untuk membantu menyelesaikan persoalan bangsa ini. Tak kalah penting pesan dari Kihajar Dewantara, setiap orang memposisikan dirinya sebagai insan yang berguna untuk orang lain.

Civitas akademika harus mampu menciptakan kondisi kampus yang mampu mewujudkan tujuan pendidikan sebagai bentuk eksistensi terhadap pengabdiannya, terintegrasinya wadah-wadah fungsional, diikuti oleh kesadaran mahasiswa akan perannya. Serta mahasiswa juga dosen sebagai pelaku pendidikan itu sendiri untuk sama-sama berdiskusi dalam ruang yang tidak terbatas sebagai kegiatan untuk menambah kapasitas ilmu pengetahuan, dan ilmu pengetahuan itu menjadi objek percobaannya.

Ketua Umum UKM Seni dan Budaya Resmi Dilantik

Unswagati, Setaranews.com - Setelah terpilih sebagai Ketua Umum UKM Seni dan Budaya melalui Musyawarah Anggota yang digelar pada 2-4 Desember 2016 lalu, Mayiniko akhirnya resmi dilantik. Pelantikan dilakukan bersamaan dengan Serah Terima Jabatan (Sertijab) kepengurusan periode 2015-2016 kepada 2016-2017. Acara yang digelar di Auditorium Universitas Swadaya Gunung Jati (Unswagati) pada Senin (9/1) ini pun turut dihadiri oleh Rektor Unswagati Rochanda Wiradinata dan Wakil Rektor III Dudung Hidayat.

Niko, sapaan akrab Mayiniko, sudah memiliki berbagai program kerja yang akan direalisasikan selama setahun kedepan. Kepengurusan terpilih ini akan memfokuskan pada keempat bidang yang ada di dalam UKM Seni dan Budaya, yakni bidang tari, musik, paduan suara mahasiswa dan teater, sehingga nama UKM Seni dan Budaya tidak redup melalui karya-karya yang dihasilkan dari keempat bidang tersebut. Untuk mencapai tujuan organisasi, langkah yang dilakukan Niko adalah menekankan berbagai pelatihan untuk anggota.

“Lebih ke penekanan pelatihan dulu, lalu contoh lainnya itu seperti mengisi acara wisuda karena itu merupakan salah satu langkah menghidupkan nama UKM Seni dan Budaya di pihak kampus,” tutur Niko yang juga merupakan Mahasiswa Fakultas Pertanian.

Sementara itu, Rektor Unswagati mengatakan bahwa pihak Universitas akan siap membantu untuk pengadaan peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan UKM Seni dan Budaya dalam berkesenian dan berkarya. Namun, Rektor pun menghimbau kepada organisasi mahasiswa yang ada dinaungan perguruan tinggi untuk tetap mengedepankan sisi edukatif dalam melakukan kegiatan.

“Kalau memang itu dibutuhkan dan betul bisa efektif serta membawa kegiatan menjadi lebih baik, saya siap dan menganjurkan kepada para wakil rektor untuk melakukan pengadaan sekaligus. Tapi, sifatnya karena kita adalah perguruan tinggi maka harus bersifat edukatif,” ujar Rektor Unswagati saat ditemui setaranews.com setelah memberikan sambutannya pada acara Sertijab UKM Seni dan Budaya, Senin (9/1).

Lebih lanjut, Rektor Unswagati berharap untuk setiap organisasi mahasiswa dapat mengendalikan setiap acara yang dilakukan Universitas, khususnya untuk UKM Seni dan Budaya yang memang dibutuhkan perannya pada banyak kegiatan, seperti kegiatan wisuda agar mahasiswanya sendiri yang andil dalam kegiatan tersebut. “Ya seperti wisuda, jadi wisuda itu nanti protokolernya nggak usah cari-cari yang lain seperti mc dan segala macam. Dilakukan oleh mahasiswa, ormawa bagiannya,” tutupnya.

Senin, 09 Januari 2017

Himaptika Segera Adakan GEMA ke-32

Unswagati, Setaranews.com - Himpunan Mahasiswa Pendidikan Matematika (Himaptika) kembali mengadakan GEMA (Gebyar Matematika) yang ke 32. Acara ini akan dilaksanakan pada 15-28 Januari 2017 di Kampus II Unswagati. Tema acara kali ini diambil dari sebuah lingkaran yaitu “Sambungkan Jari-jari Potensi, Arahkan Pusat Prestasi dalam Putaran Kompetisi”.

Tujuan diadakannya GEMA adalah sebagai langkah promosi bagi Unswagati dan menjadi wadah penyaluran bakat. Adapun pendaftaran GEMA dibuka pada 24 November 2016 dan akan ditutup pada 15 Januari 2016. Tahun ini GEMA menambah satu lagi perlombaan yaitu LKTIM (Lomba Karya Tulis Ilmiah Matematika),

“Biasanya di GEMA hanya dua lomba yaitu olimpiade dan cerdas tangkas, tapi untuk sekarang kita mengusung lomba yang baru yaitu LKTIM yang diperuntukkan bagi mahasiswa tingkat wilayah 3 Cirebon khususnya untuk Prodi Pendidikan Matematika ataupun Matematika murni berdasarkan ketentuan umum,” ujar Kristiyanti Manalu, selaku Ketua Pelaksana GEMA pada Setaranews.com, Kamis (5/1).

Sasaran peserta GEMA meliputi semua tingkatan dimulai dari SD, SMP, SMA/SMK, dan Mahasiswa. Khususnya pada tingkat SMA/SMK, GEMA berfungsi sebagai langkah promosi terhadap Unswagati, “Kita melihat dari tahun ke tahun menurun jumlah pendaftarnya jadi kita berusaha untuk meningkatkan pada tingkat SMA/SMK.” jelas Kristi.

Bagi mahasiswa Unswagati khususnya Prodi Pendidikan Matematika diwajibkan mengikuti olimpiade dan LKTIM, “Kami sudah mengirimkan surat untuk delegasi per kelas, tujuannya agar mengaktifkan mahasiswa dari Prodi Matematika sendiri.” tambahnya.

Biaya pendaftaran bagi lomba olimpiade yaitu Rp.45.000, sedangkan untuk cerdas tangkas yaitu Rp.90.000 per tim, dan untuk LKTIM yaitu Rp.40.000.

Himaptika mengharapkan setiap daerah yang meliputi Ciayumajakuning dapat berpartisipasi dalam perlombaan tersebut dan peserta lomba dapat meningkat dari tahun ke tahun, “Kita berusaha mengupayakan dari tahun ke tahun itu pesertanya meningkat, jadi kita menargetkan 110, untuk lomba cerdas tangkas menargetkan 30 tim, sedangkan untuk LKTIM kita targetkan 50 peserta.”  pungkasnya.

Rangkaian Proker HMJAK Setahun Kedepan

Unswagati, Setaranews.com -  Himpunan Mahasiswa Jurusan Akuntansi (HMJAK) Fakultas Ekonomi Unswagati sudah menyiapkan berbagai macam program kerja untuk satu tahun kedepan dibawah pimpinan Ketua baru, Paris S.N yang terpilih melalui Pemilihan Umum Mahasiswa (PUM) pada 28 Desember 2016 lalu.

Program kerja yang dibuat termasuk pada program kerja jangka panjang. Adapun divisi yang Ada di HMJAK ini ialah P&K (Penalaran dan keilmuan) dengan prokernya Olimpiade Akuntansi dan Seminar Ekonomi. Divisi Kesejahteraan Mahasiswa dengan proker Fit and propper test, bazar buku, dan sarasehan.  Divisi Mikat (Minat dan Bakat) yaitu Accounting together. Divisi Hubungan Masyarakat dengan study banding, dan company visit. Lalu, Divisi kerohanian dengan prokernya yaitu penyembelihan hewan kurban, bakti sosial dan buka bersama, serta pengajian rutin setiap bulannya.

Dalam masa kepimpinannya, Paris berharap jika HMJAK kedepannya bisa lebih baik lagi. "kami berharap kedepan lebih baik, kami juga berharap dapat lebih mengayomi Mahasiswa. Saya sih sudah dua tahun disini, Kalo dari internalnya sendiri sih sudah bagus, soalnya kekeluargaannya lebih terasa." ujarnya kepada setaranews, Sabtu (07/01).

Yuk Simak Beberapa Proker dari BEM-U!

LogoUnswagati, Setaranews.com – Kepengurusan baru Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Swadaya Gunung Jati (BEM-U)  Cirebon baru saja terbentuk. Ketua dan Wakil Ketua terpilih periode 2017-2018 yakni Surya Oktaviandy Zebua dan Windy Nurrochmanto pun telah membentuk Kabinet Andhakara dengan sejumlah program kerja (proker) yang telah tersusun.

Proker terdekat dari BEM-U sendiri ialah mengadakan pelantikan untuk anggota, dimana ini sudah terlaksana pada hari Kamis (5/1), lalu nanti disusul dengan andhakara-camp dengan konsep team building antar anggota. Selanjutnya BEM-U akan mengadakan Rapat Kerja untuk membahas program kerja yang bersifat wajib secara lebih spesifik.

“Kita akan adakan rapat program kerja, karena ada program yang sifatnya wajib dijalankan, jika nanti ada tambahan proker pun akan dipaparkan oleh masing-masing kementerian dan juga memilah-memilih proker mana yang sesuai dengan visi misi dan sekiranya rasional dijalankan,” ujar Okta pada Setaranews.com di Sekretariat BEM-U, Kampus Utama Unswagati, Rabu (4/1).

Saat ditemui, Okta memaparkan beberapa proker wajib BEM-U yang telah tersusun antara lain pembentukan kelompok diskusi, pembentukan kelompok studi bahasa asing, komunitas tukar buku, PORSENI (Pekan Olahraga dan Seni), silaturrahmi Ormawa, Unswagati merangkai cita dimana ada tiga aspek di dalamnya yakni kerohanian, jasmani dan keilmuan, serta masih banyak lagi.

"Saya berharap semua teman-teman bisa bekerja lebih profesional lagi, tahun sekarang kita coba bahwa BEM-U bukan hanya milik pengurusnya, tapi milik semua mahasiswa." harapnya.

Minggu, 08 Januari 2017

Hilangkan Bekas Jerawat Dengan 5 Bahan Alami

Tips, Setaranews.com - Jerawat merupakan hal yang paling tidak disukai oleh banyak orang baik pria maupun wanita, karena jerawat bisa menurunkan kepercayaan diri seseorang. Jerawat bisa tumbuh dari beberapa faktor seperti faktor keterunan, faktor Make Up, bahkan jenis kulit pun ikut mempengaruhi.

Jerawat hilang, bukan berarti permasalahan selesai. Sebab, ketika timbul jerawat pasti akan ada bekas jerawat yang menempel di wajah, dan itu akan mengurangi rasa percaya diri kita untuk melakukan aktifitas apapun.

Mempunyai kulit mulus dan bersih tanpa bekas jerawat memang menjadi idaman. Beberapa orang rela mengeluarkan biaya mahal untuk perawatan atau membeli produk kosmetik demi menjadikan wajah senantiasa terlihat mulus.

Namun, ada beberapa cara alami yang dapat dicoba untuk menghilangkan bekas jerawat, dan cara ini tidak mengeluarkan biaya yang banyak. Penggunaan bahan alami yang tidak menimbulkan efek samping, bisa menjadi pilihan tepat bagi yang mempunyai masalah dengan bekas jerawat.

  1. Menggunakan madu dan putih telur


Untuk menghilangkan bekas jerawat yang membandel pada wajah, Anda dapat membuat ramuan masker putih telur dan juga madu. Penggunaan masker ini sebaiknya dilakukan sebelum tidur dan biarkan hingga semalaman, lalu cuci muka pada ke esokan paginya.

  1. Menggunakan Lidah Buaya


Lidah buaya biasanya dikenal dengan obat alami penumbuh dan penyubur rambut. Namun ternyata, lidah buaya juga dapat dijadikan sebagai obat alami untuk menghilangkan bekas jerawat. ambil gel lidah buaya kemudian oleskan pada bagian wajah yang terdapat bekas jerawatnya. Lakukan hal ini secara rutin setiap harinya, maka bekas jerawat Anda berangsur-angsur akan menghilang.

  1. Menggunakan Air Jeruk Nipis


Cara menghilangkan bekas jerawat secara alami dengan menggunakan jeruk nipis ini sama dengan yang lainnya, yaitu oleskan air perasan jeruk nipis pada wajah. Kemudian diamkan selama 10-15 menit lalu bilas dengan menggunakan air hangat.

  1. Menggunakan Bawang Putih


Untuk menghilangkan bekas jerawat yang ada pada wajah, Anda dapat menggunakan bawang putih. Caranya yaitu haluskan bawang putih kemudian oleskan pada wajah yang terdapat bekas jerawatnya.

  1. Menggunakan Minyak Zaitun


Minyak zaitun sudah terbukti mempunyai manfaat yang banyak untuk kecantikan atau kesehatan wajah, maka dari itu orang-orang sudah tidak ragu lagi untuk menggunakan minyak zaitun untuk mengatasi masalah jerawat dan menghilangkan bekas jerawat. Pemakaian ini dilakukan sebelum tidur sembari dipijat perlahan dan dicuci dengan air hangat. Lakukan perawatan ini secara rutin. (siska)

Hari Kedua Wisuda ke 46 Unswagati Umumkan Lulusan Terbaik

Unswagati, setaranews.com – Wisuda Universitas Swadaya Gunung Jati (Unswagati) ke-46 telah selesai di laksanakan, setelah melantik 350 wisudawan/ti pada sabtu kemarin, hari ini kembali meluluskan dengan jumlah yang sama yaitu 350 lulusan terdiri dari 332 sarjana dan 18 magister.

Lulusan terbaik wisuda ke 46 unswagati 7-8 januari 2017, sebelumnya telah diumumkan pada sabtu (7/1), sisanya pada hari kedua minggu (8/1) di kampus utama unswagati Cirebon. Berikut adalah lulusan terbaik dari program sarjana dan magister pada wisuda ke 46 periode januari yang diumumkan pada hari kedua.

Dari pascasarjana yaitu Budi Santoso, M.Si. (3,73), Sri Ishana, M.H. (3,44), Ika Atikah, S.E. (3,53). Sedangkan untuk Program Sarjana yaitu Hidayat Ramadhan, S.P. (3,46), Insan Susila, S.Sos. (3,45), dan Hengki Setiawan, S.Pd. (3,38).

Para lulusan terbaik mendapatkan piagam penghargaan dan cinderamata dari Unswagati. Dalam sambutan Rektor Unswagati,  Prof Dr H Rochanda Wiradinata, MP menyampaikan bahwa kali ini Unswagati telah wisudawan/ti sebanyak 1.136 lulusan yang telah mengikuti proses pendidikan sesuai dengan regulasi yang ditentukan pemerintah.

"Setelah 700 lulusan di lantik pada 7-8 januari selebihnya akan diwisuda pada periode April yang akan datang." dalam sambutannya saat acara berlangsung (8/1) di aula kampus utama unswagati.

 

Banyaknya Penjual Dadakan Di Momen Wisuda Unswagati

Unswagati, setaranews.com – Wisuda Universitas Swadaya Gunung Jati (Unswagati) ke-46 di kampus utama unswagati Cirebon berlangsung pada 7-8 januari 2017 diwarnai dengan banyaknya pedagang yang berjualan di depan kampus dan sekitarnya.

Pedagang dadakan tersebut di sebabkan karena ramainya acara wisuda ke 46 yang diselenggarakan di auditorium kampus utama Unswagati. Mulai dari pedagang bunga sampai pedagang kaki lima berjejer padat di pinggir jalan pemuda Cirebon.

Lalu darimanakah asal pedagang bunga dadakan tersebut ? sedangkan penjual bunga di Cirebon saja menyuplai bunga dari luar kota. Ya, mayoritas pedagang berasal dari Bandung, mereka sengaja datang untuk berjualan bunga.

“Biasanya kami berjualan jauh, bahkan sampai ke lampung dalam acara yang sama seperti wisuda, untuk ke Cirebon sih dekat. Yang di jual seperti bunga mawar merah dan putuh, sekitar Rp.15.000-25.000 per buahnya.” Ujar umi enok (40), salah satu pedagang saat diwawancarai setaranews.com (8/1).

Hal serupa juga dilakukan oleh isma salah satu warga Cirebon, ia sudah berjualan sejak hari pertama.Karena tidak perlu perijinan dan tidak ada larangan dari pihak yang menangani, sehingga pedagangpun banyak yang membuka warung sementara dalam acara wisuda tersebut.

Di sisilain, saat wisuda sudah selesai, untuk jalan pemudapun mengalami kemacetan untuk beberapa saat.

Cerpen: Laila, Jangan Bersedih

Sastra, Setaranews.com - Terkadang memang benar adanya, patut diamini, ketika petuah sudah berucap. Ungkapan yang muncul bukan bualan apalagi janji busuk ala tokoh Sengkuni yang melegenda.  “Negara mana di dunia ini yang tidak memiliki watak imperialisme?“ begitulah bunyi pepatah asli dari negeri timur. Sampai pada akhirnya, penjajahan bukan lagi dilakukan antar bangsa-negara. Lebih merasuk, sampai pada jiwa raga generasi emasnya. Mereka senantiasa hidup dalam bayang-bayang kegelisahan, kesedihan dan kecemasan. “Mau sampai kapan jiwamu tercabik, dan dirimu lara dirundung duka cita?” tanyaku geram.

Langit masih gelap, dimeriahkan dengan titik yang telihat gemerlap seolah tak ada jarak antara bintang dan lampu yang berserakan. Bulan? Hanya terdiam diri dan mempertontonkan sabitnya bak senyum melihat seorang teman yang masih murung, meringkuk mengenang masa lampau. “Lihatlah Laila, bulan pun menyeringai nyinyir melihat tingkah lakumu!” kembali Aku mengingatkan.

Tak mempan, semua ucapan yang seraya seperti sabitan pedang Umar pun tak digubrisnya.  Lambaian dedauan yang nyangkut dibatang – batang pohon memantul memberikan sayup – sayup keheningan. Aku sedikit memalingkan pandangan, menengadah kedepan. Selentingan bisikan datang, merasuk menjalar ke ubung – ubun, menembus akal. Dimana saja, yang katanya jaman modern, permasalahan yang dihadapi oleh manusia sama saja. Manusia yang dibesarkan dalam bingkai latar belakang historis pendahulunya. Sehingga, tak ada bedanya mau dimanapun kita hidup.

“Apa yang kau ucapkan barusan Pram?” Laila langsung tersentak meronta, beranjak dari mimpi gelapnya. Aku diam sejenak, tak langsung menjawab pertanyaannya. “Cepat jelaskan padaku, Pram, apa maksudmu!” Melihat responku yang dingin sedingin malam, Laila kembali merebahkan sekujur tubuhnya. “Yasudah kalau tak mau,” Suasana semakin hening, bulan sudah terlihat bundar dan condong ke kanan. Tinggal setumpukan abu dari pembakaran unggun yang menghangatkan. Dengan sedikit tambahan energi dari secangkir kopi Nusantara yang Aku gengam. Menyeruputnya merupakan kewajiban agar lebih tenang dan menghelakan napas panjang.

Sarung yang menggantung dipundak, Aku selendangkan dileher. Kupluk yang sebelumnya hanya nempel di ujung tanduk kepala, Aku tarik sedikit sehingga menutupi daun telinga. Aku menoleh kebelakang, menarik selimut ala dataran tinggi untuk membelai menutupi badan Laila. “Terima kasih Pram,” ujarnya pelan. Aku sedikit membetulkan posisi duduk, bergeser ke belakang dan menyender pada badan pohon dibelakang layar. “Mau pikiran khayalanmu itu pergi ke tembok berlin atau tembok raksasa khas negeri Tirai Bambu, atau sekalipun ke padang pasirnya gurun Sahara, sama saja. Pada dasarnya mereka pun hidup merasakan kegundahan, sulit tidur lantaran beban duka yang mendalam. Terjerat kisah haru biru masa lalu.

“Siapa di dunia ini, atau diantara kita yang tidak pernah mengalami semua itu,” kataku sedikit menekankan. Persoalan dunia bergitu runyam, serunyam layar kaya. Rentetan peristiwa membuat semakin keruh, lebih keruh dari sungai yang dipenuhi kotoran pabrik. Terkadang lebih lucu, bahkan menjijikan. Ya, seperti apa yang mengjangkit dirimu Laila,” ucapku menyindir.

“Setidaknya Aku tidak sedang bersandiwara. Menutupi kesedihan dengan cengengesan. Bersikap seolah rendah hati padahal tirani. Bertindak sok tegas, padahal berwatak culas, buas! Menangkap dan mengasingkan mereka yang memberikan kritikan. Aku tidak sepicik Machiafelis itu.  Aku hanya sedang patah, ekspektasiku lenyap ke antah berantah!” Ucapnya menimpal.

Timpalan perkataan yang keluar dari rongga mulut Laila, itu hanya sebuah pembenaran. Seolah apa yang ia rasakan dan lakukan saat ini tak salah, wajar. Raganya ada bumi, entah pikirannya melayang sampai kemana, bisa jadi menyelami samudera kenangan, menapaki jejak – jajak waktu yang sudah lama berlalu “Kau terlalu sibuk dengan urusan masa lalumu, Laila! Hanya gara – gara urusan percintaan, kau uring – uringan. Jika terus seperti ini ketika ditempa masalah, niscaya kau akan tumbuh jadi generasi yang rapuh!” ucapku makin kesal mendengar omong kosong dari Laila.

Satuhal yang sampai ini masih Aku yakini sepenuh hati, tak ragu sedikitpun. Ketika ada seorang guru  memberikan wejangan bahwa mengingat dan mengenang masa lalu, kemudian bersedih atas nestapa dan kegagalan didalamnya adalah tindakan bodoh dan gila. “Dengan sikap kegalauan yang berlebih mengenang sang pangeran yang telah usang, sama halnya kau membunuh semangatmu sendiri, memupuskan tekadmu, dan mengubur dalam – dalam masa depan yang belum terjadi,”

Kegalauan, keterpurukan, kesedihan yang sering menimpa kaum muda-mudi, menjadi fokus perhatianku. Gara- gara putus cinta, seolah harapan sirna. Galau tak ada ujung serasa menjadi fatwa yang harus dipatuhi. Kegembiraan dan kebahagiaan seolah tak ada arti. “Aku sendiri sebetulnya ingin keluar dari jeratan masa laluku! Tapi entah, bayang – bayang itu seolah mengikuti kemanapun Aku pergi. Seolah tak ada tempat bagiku untuk bersembunyi di dunia ini, Pram!”

Bagi orang yang berpikir, berkas-berkas masa lalu akan dilipat dan tak pernah dilihat kembali. Cukup ditutup rapat-rapat, lalu disimpan dalam 'ruang' penglupaan, diikat dengan tali yang kuat dalam 'penjara' pengacuhan selamanya. Atau, diletakkan di dalam ruang gelap yang tak tertembus cahaya. Yang demikian, karena masa lalu telah berlalu dan habis. Kesedihan tak akan mampu mengembalikannya lagi, keresahan tak akan sanggup memperbaikinya kembali, kegundahan tidak akan mampu merubahnya menjadi terang, dan kegalauan tidak akan dapat menghidupkannya kembali, karena ia memang sudah tidak ada.

“Kau kurang bersyukur, mengingkari kodratmu. Seolah – olah kau ingin memasukan kembali bayi kepada rahim ibunya, atau memasukan kembali air mata ke kelopaknya. Yang kau cemaskan sia – sia, seperti menumbuk tepung atau bisa jadi menggergaji serbuk kayu!”

Sejujurnya, dalam lubuk hati yang paling dalam, Aku mengagumi sosok Laila. Bagiku Ia bak intan permata yang dengan apapun takan pernah kujual, karena Ia tak ternilai. Matanya, tak akan kutukar walau dengan emas sebesar gunung Jaya Wijaya. Keelokan parasnya, walaupun dengan perak seluas Danau Toba, tak akan kuberikan. Budi-pekertinya yang luhur, walaupun dengan jaminan istana – istana yang menjulang tinggi, dengan untaian mutiara, secuilpun tak akan kuberikan kesempatan orang lain memilikinya. Begitulah Laila, sebetulnya Ia dalam kenikmatan tiada tara dan kesempurnaan tubuh. Hanya saja, Ia tak sadari itu semua. “Sayang kau tak memiliki kekuatan yang bisa mendengar bisikan suara hati manusia,” ujarku dalam relung jiwa.

Lalla mulai beranjak dari tidur panjang mengenang masa lalunya. Dengan tak canggung, Ia merebahkan kepalanya dipundak sebelah kiriku. “Lantas Aku harus gimana Pram, Aku percaya, Kau orang yang bisa menjadi obat penenangku,” ujarnya sedikit merayu.

Aku sedikit memejamkan mata, mencoba berpikir jernih, meminta pertolongan kepada semesta agar Aku bisa membuat Laila kembali riang gembira, menjadi Laila yang Aku kenal. Kemudian muncul pelbagai pikiran, bahwa  sangat disayangkan jika hidup hanya disibukan dengan urusan mengenang masa lalu. Tak ubahnya  memungut puing – puing bebangunan yang telah lapuk, sementara  istana megah yang ada di depan mata terabaikan begitu saja.

“Kau pergi ke paranormal untuk mengumpulkan semua jenis Jin yang sakti mandraguna dan bersatu dengan kekuatan manusia, kemudian ditugaskan untuk mengembalikan semua hal yang telah berlalu. Aku yakin, tidak akan pernah mampu,” Laila masih bersandar mendengar ceramahanku.

Menurutku, ditengah – tengah suasana malam yang begitu syahdu, dapat ditarik kesimpulan, dengan latar belakang persoalan yang dialami oleh Laila. Karena orang yang berpikiran jernih tidak akan pernah melihat dan sedikitpun menoleh ke belakang. Pasalnya, angin akan selalu berhembus ke depan, air akan mengalir ke depan, waktu berjalan kedepan, dan segala sesuatu di dunia ini bergerak maju ke depan. Maka itu, janganlah pernah melawan sunah kehidupan.

“Laila, satu pintaku. Jangan bersedih, bergembiralah. Kau hidup di hari ini, bukan kemarin, bukan pula besok. Teruslah berjuang memaksimalkan hari yang sedang kau jalani, dan sambut mentari yang siap menuntunmu mengarungi samudera kehidupan. Sebagai penutup masa lalu, dan untuk menyongsong hari, Aku akan bacakan syair Kuno untuk Laila,” ucapku seraya memeluk tubuhnya.

Kutanamkan di dalamnya mutiara, hingga tiba saatnya ia dapat

menyinari tanpa mentari dan berjalan di malam hari tanpa rembulan

Karena kedua matanya ibarat sihir dan keningnya laksana pedang

buatan India

Milik Allah-lah setiap bulu mata, leher dan kulit yang indah mempesona,

“Thanks Pram, Kau pangeran yang selamai ini Aku nanti.”

“Wahai masa lalu yang telah berlalu dan selesai, tenggelamlah seperti mataharimu. Aku tak akan pernah menangisi kepergianmu, dan kamu tidak akan pernah melihatku termenung sedetik pun untuk mengingatmu. Kamu telah meninggalkan kami semua, pergi dan tak pernah kembali lagi.”

 

Penulis: Al-Aziz

Sabtu, 07 Januari 2017

Inilah Lulusan Terbaik dalam Wisuda Unswagati Ke-46

Unswagati, setaranews.com – Wisuda Universitas Swadaya Gunung Jati (Unswagati) ke-46 yang dilaksanakan pada sabtu (7/1), dengan jumlah wisudawan 350 lulusan ini dikategorikan menjadi lulusan terbaik, lulusan termuda, lulusan tertua, lulusan berprestasi, dan lulusan tercepat.

Hal tersebut disampaikan oleh Jiharudin selaku staff humas Unswagati dalam press release yang mewakili seluruh civitas akademika. “secara khusus kami ucapkan, selamat kepada wisudawan yang telah meraih IPK tertinggi, wisudawan yang telah menyelesaikan studi tercepat, serta wisudawan yang lulus dengan usia termuda dan usia tertua.” Dalam pers realis (7/1).

Hal yang sama pun diungkapkan oleh Sti Khumaya terkait kategori lulusan wisuda tahun ini “Terselenggaranya wisuda kali ini dilakukan dua hari berturut-turut, berikut juga dengan peraih kategori lulusan terbaik, masing-masing di umumkan dengan peraih yang berbeda.” ujarnya.

Berikut daftar nama wisudawan yang masuk dalam kategori seperti yang dikemukakan di atas:

Wisudawan dengan IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) tertinggi

Program Sarjana yaitu Andini Tresnaningsih, S.Pd. dari prodi Pendidikan Matematika, dengan IPK 3,70, Yudisium dengan Pujian (Cumlaude). Sedangkan untuk Program Magister yaitu Budi Santosa dari program Ilmu Administrasi dengan IPK 3,75 Yudisium dengan pujian (Cumlaude).

Wisudawan dengan masa studi tercepat

Program Sarjana (3 tahun, 9 bulan, 17 hari) yaitu Nina Amanda, dari Program Studi Akutansi Fakultas Ekonomi. Kemudian untuk Program Magister (1 tahun, 6 bulan, 23 hari) yaitu Rosidah dari Program Studi Ilmu Administrasi.

Wisudawan termuda

Program Sarjana dengan usia 20 tahun, 8 bulan, 15 hari yaitu Suci Amalia dari Program Studi Pendidikan Matematika (FKIP). Untuk program Magister dengan usia 24 tahun, 6 bulan, 11 hari yaitu Triana Justitia Mahardeka dari Program Studi Ilmu Hukum.

Wisudawan tertua

Program Sarjana dengan usia 45 tahun, 4 bulan, 4 hari yaitu Wiwin Winarsih Tjandrawan,  dari prodi pendidikan bahasa inggris FKIP. Sedangkan untuk program Magister dengan usia 51 tahun, 11 bulan, 17 hari yaitu Kursidi dari Prodi Ilmu Administrasi.

Lulusan dengan kategori wisudawan terbaik:

  1. Andini Tresnaningsih, S.Pd. (Pujian/Cumlaude) dari Program studi pendidikan matematika, FKIP

  2. Imas Amaliyah, S.Pd. (Pujian/Cumlaude) Program Studi Pendidikan Ekonomi, FKIP

  3. Agus Umar Akmad, S.Pd. (Pujian/Cumlaude) Program studi pendidikan Bahasa Inggris, FKIP

  4. Dadi Sutardi, S.P. (Pujian/Cumlaude) dari program studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian

  5. Naila Mufidah Efendy, S.I.Kom (Pujian/Cumlaude) dari program studi Ilmu Komunikasi, FISIP

  6. Bintang Nurmayana Satiyana Putri, S.E. (Sangat Memuaskan) program studi Manajemen, Fakultas Ekonomi

  7. Mega Dwi Uthami, S.T. (Sangat Memuaskan) program studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik

  8. Nanda Hermansyah, S.H. (Sangat Memuaskan) dari program prodi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum.

Wisuda ke-46, Unswagati Luluskan 700 Wisudawan

Unswagati, Setaranews.com – Universitas Swadaya Gunung Jati (Unswagati) Cirebon selenggarakan wisuda ke XLVI (46) di Ruang Auditorium Unswagati. Awal tahun ini Unswagati meluluskan 700 wisudawan, yang dilaksanakan pada 7-8 januari 2017.

Sidang senat yang dilaksanakan pada sabtu (7/1) telah melantik 350 wisudawan, terdiri dari 16 wisudawan program Magister Pascasarjana dan 334 program Sarjana. Sedangkan, untuk 350 wisudawan lainnya akan dilantik pada Minggu (8 /1).

“setiap tahun unswagati akan melakukan 3 kali wisuda, yaitu pada Januari, April, dan Agustus. Saat ini pendaftaran calon wisudawan dilakukan secara online, dan sudah diperogramkan setiap wisuda akan meluluskan 700 wisudawan.” Papar Siti khumayah selaku humas Unswagati saat ditemui di ruangannya, Sabtu (7/1)

Rochanda Wiradinata, selaku Rektor Unswagati atau yang akrab dengan panggilan Johan berharap lulusan Unswagati bisa mengimplemtasikan ilmunya dan dapat diserap di dunia luar sesuai basic pendidikannya.

“umumnya setelah lulus dari perguruan tinggi, mereka ada yang kerja sesuai apa yang diminatinya, adapula yang melanjutkan ke jenjang berikutnya, dan juga yang bisa membuka lowongann kerja.” ujarnya saat di temui setaranews.com seusai penutupan sidang senat.

Jumat, 06 Januari 2017

Lestarikan Budaya Cirebon, Klise Adakan Seminar Fotografi

Cirebon, Setaranews.com – Kelompok Studi Mahasiswa (KSM) Universitas Swadaya Gunung Jati (Unswagati) Cirebon yakni KLISE mengadakan seminar fotografi dengan tema “Fotografi dalam Pendokumentasian dan Pelestarian Budaya” di Gramedia Cipto lantai tiga pada Jumat (6/1). Seminar ini masih dalam rangkaian acara pameran fotografi dengan tema “Pelal: Ing Dalem Keraton Kanoman Nagari Caruban” yang telah berlangsung sejak tanggal 5-7 Januari mendatang.

KLISE pun mendatangkan dua orang pemateri yang kompeten dibidangnya yakni seorang Fotografer Budaya, Aat Fathurozak dan adik dari Sultan Kanoman XII, Ratu Raja Arimbi Nurtina, ST., M.Hum.

Melalui tema tersebut, KLISE ingin menghadirkan bagaimana budaya dikemas dalam bingkai fotografi sebagai bentuk usaha melestarikan salah satu kebudayaan Cirebon,  Pelal atau yang biasa dikenal oleh masyarakat Cirebon sebagai Panjang Jimat.

“Untuk melihat budaya dari sisi fotografi seperti apa, lalu fungsi fotografi dalam budaya kan bisa sebagai pelestarian juga, dan bisa berdampak ke pariwisatanya,” ungkap Syarif Hidayat selaku Ketua Pelaksana pada Setaranews.com seusai acara berlangsung, Jumat (6/1).

Seminar tersebut digelar secara gratis dan terbuka untuk umum, dihadiri oleh kalangan mahasiswa dari beberapa Universitas di Cirebon seperti Unswagati, UNTAG dan IAIN Syekh Nurjati.

“Menarik seminarnya, apalagi anak-anak sekarang kan jarang mau tahu budaya, banyak manfaat yang bisa diambil lah,” ujar Firda Nafiyah, mahasiswi IAIN Syekh Nurjati yang menjadi salah satu peserta dalam seminar.

Dalam seminar pun, KLISE memperlihatkan video behind the scene pemotretan rangkaian panjang sebelum dan saat acara Pelal berlangsung.

KLISE Unswagati Kenalkan Budaya Cirebon Lewat Pameran

Unswagati, Setaranews.com – Kelompok Studi Mahasiswa (KSM), Klise Unswagati Cirebon menggelar pameran fotografi di Gramedia Cipto lantai 3. Acara ini dilaksanakan selama tiga hari, dari Kamis hingga Sabtu (5-7/1).

Pameran tersebut diadakan dalam rangka kegiatan tahap pendidikan lanjutan atau pengukuhan anggota baru klise, dan dilaksanakan setiap kali angkatan.

Pameran yang bertajuk "PELAL Ing Dalem Keraton Kanoman Nagari Cirebon" tersebut menampilkan beragam foto kegiatan di Keraton Kanoman selama bulan mulud (Rabiul Awal), seperti mulai dari acara mipis, latihan gamelan, sampai gong sekati wangsul dan acara tumpengan.

Syarif Hidayat selaku ketua pelaksana, menyampaikan dipilihnya Keraton Kanoman dikarenakan acara di Keraton Kanoman banyak dan sesuai dengan yang sudah direncanakan yaitu foto story.

Selain acara pameran fotografi, ada berbagai acara lain diantaranya, seminar yang mengusung tema "fotografi dalam pendokumentasian dan pelestarian budaya" yang diisi oleh tiga Narasumber yaitu Aat Fathurozak (fotografer budaya), Drs. Dana Kartiman (Disporbudpar), dan Ratu Raja Arimbi Nurtina, ST., M.Hum. (narasumber Keraton Kanoman), serta  ditutup dengan acara saresehan pada Sabtu (7/1).

"Tujuan dari pameran ini, kita pengen orang tau bahwa dibalik acara panjang jimat itu prosesnya panjang loh, banyak loh. Banyak orang yang belum tau yang dipake di acara panjang jimat itu kan banyak, prosesnya juga panjang kaya bikin nasi kuning itu kan ada prosesnya", ungkap Syarif Hidayat pada setaranews disela-sela acara, Kamis (5/1)

Pada kesempatan yang sama, salah satu pengunjung, Arur menganggap jika pameran ini memberikan pengetahuan lebih tentang budaya Cirebon "pamerannya bagus, yah dengan adanya pameran ini kita jadi tau gitu kalau di Cirebon itu ada adat panjang jimat. Memperkenalkan budaya yang ada di cirebon." ungkapnya. (Trusmiyanto)

Kamis, 05 Januari 2017

FKIP Tetapkan Dekan Baru Periode 2017-2021

Unswagati, Setaranews.com – Prof. Dr. H. Abdul Rozak, M.Pd. terpilih kembali menjadi Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unswagati untuk periode 2017-2021. Acara pemilihan dekan berlangsung di Ruang Serbaguna FKIP pada Rabu (4/1).

Ketua Yayasan, Rektor beserta jajarannya, dan perwakilan dosen hingga perwakilan mahasiswa turut hadir dalam pemilihan dekan tersebut yang dimulai sejak pukul satu siang. “Dihadiri perwakilan dosen, perwakilan mahasiswa dan unsur pimpinan universitas,” ujar Ena Suhena Ketua Panitia Pemilihan Dekan FKIP.

Ena mengatakan, sebelumnya yang mencalonkan dekan hanya satu orang yakni Abdul Rozak, akan tetapi ada satu dosen lagi yaitu Iin Wariin yang juga Kepala Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) ikut pula mencalonkan. “Tadinya satu, terus nambah lagi. Ya semuanya lolos,” katanya.

Pemilihan dekan ini dilakukan melalui pemungutan suara yang dipilih oleh senat fakultas sebanyak 19 orang. Perolehan suara yang didapat oleh Abdul Rozak sebanyak 13 suara, sedangkan Iin Wariin mendapatkan enam suara.

Lain kesempatan, Abdul Rozak memaparkan alasannya kenapa ia mencalonkan kembali karena FKIP harus dibina. “FKIP itu perlu dibina, yang empat tahun terakhir ini udah bagus, itu baru tahap awal,” jelas Abdul Rozak seusai acara pemilihan selesai.

Abdul Rozak juga memaparkan visinya yaitu membangun guru yang bermartabat, profesional dan kreatif. Ia juga menjelaskan dalam program kerjanya akan meningkatkan jumlah mahasiswa dan kinerja dosen.

“Ingin meningkatkan jumlah mahasiswa, karena secara nasional LPTK swasta itu turun karena terlalu banyak, itu yang pertama. Yang kedua kinerja seluruh dosen dan tenaga pendidik. Kemudian karya dosen, jurnal online kita akan pasang di web,” terangnya.

Ida Rosnidah Kembali Pimpin FE Empat Tahun Kedepan

Unswagati, Setaranews.com – Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Swadaya Gunung Jati (Unswagati) Cirebon telah menetapkan Ida Rosdinah kembali menjadi Dekan FE periode 2017-2021, dimana pada periode sebelumnya dia pernah menjabat sebagai Dekan. Pemilihan yang dilaksanakan pada Rabu (4/1) ini dilakukan secara aklamasi, sebab hanya ada satu calon yang mendaftar.

Saat ditemui Setaranews.com di ruangannya, Ida memaparkan visinya yaitu mewujudkan Fakultas Ekonomi yang bereputasi nasional, berjejaring global dan memberikan kontribusi yang bermakna. “Visi saya sejalan dengan visi universitas sebab fakultas merupakan bagian dari universitas,” ujarnya pada Kamis (5/1).

Lebih lanjut, Ida pun telah memiliki tujuh program kerja untuk memimpin FE empat tahun kedepan. Program kerja tersebut adalah peningkatkan kualitas sumber daya manusia, peningkatan kualitas pendidikan dan pengajaran, peningkatan kualitas penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, peningkatan kualitas pengelolaan, peningkatan kualitas kegiatan mahasiswa, peningkatan kualitas sarana dan prasarana, peningkatan kualitas kerjasama dan kemitraan.

“Dari tujuh program kerja ini nanti akan di breakdown menjadi program operasional tahunan. Saya juga akan melanjutkan program kerja periode sebelumnya, seperti lalu pembinaan dosen dalam hal ini adalah peningkatan kualitas dosen melalui jabatan fungsional, harapannya ke depan bisa bertambah jumlah guru besar.” Tambahnya.

Harapan pun muncul dari Misbak selaku Ketua Panitia Pemilihan Dekan FE yang juga menjabat sebagai Wakil Dekan III, dia berharap dengan terpilih kembalinya Ida Rosnidah sebagai Dekan maka dapat menghasilkan lulusan-lulusan yang mampu bersaing dengan perguruan tinggi lain.

“Agar ke depan Fakultas Ekonomi bisa ditingkatkan lagi agar dapat berjejaring nasional dan juga para alumni nantinya dapat berkualitas dan dapat bersaing dengan perguruan tinggi lainnya. Ya memiliki output yang bagus,” tuturnya pada Setaranews.com, Rabu (4/1).

Langkah Dewan Pers Untuk Perangi Media Palsu

Nasional, Setaranews.com – Di tengah maraknya media massa yang menyebarkan berita hoax, Dewan Pers akan menerapkan teknologi barcode kepada media-media yang sudah diverifikasi untuk memudahkan masyarakat membedakan media mainstream dengan media palsu.

"Nanti ada barcode-nya, bahwa media ini terpercaya, terverifikasi di Dewan Pers. Ini juga bertujuan meminimalisir masyarakat dirugikan oleh pemberitaan hoax," tutur Ketua Dewan Pers, Yosep Adi Prasetyo seperti yang dikutip dari ANTARA di Jakarta, Rabu (4/1).

Lanjut Yosep, ia menuturkan bahwa barcode tersebut akan dipasang pada media cetak maupun online, lalu nantinya dapat dipindai melalui telepon pintar yang terhubung langsung dengan data Dewan Pers.

"Jadi barcode itu bukan berbentuk yang garis-garis, tetapi kotak-kotak, yang menampilkan penanggung jawab media itu siapa, alamatnya di mana," katanya.

Ketua Dewan Pers yang akrab dipanggil Stanley ini menjelaskan bahwa sistem barcode merupakan hasil kerja sama dengan Kementrian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kemkominfo RI) dan masih dalam tahap perancangan.

Langkah penerapan sistem barcode akan dilakukan secara bertahap mulai 9 Februari 2017 pada penyelenggaraan Hari Pers Nasional (HPN) di Ambon, Maluku.

"Kalau berhasil, ini bisa menjadi cerita sukses ketika Indonesia menjadi tuan rumah World Press Freedom Day pada Mei 2017," kata Stanley.

*Tulisan ini dibuat dari berbagai sumber dengan sedikit tambahan

HMS Tetapkan Dhannar Sebagai Ketum Baru

Unswagati, Setaranews.com - Himpunan Mahasiswa Sipil (HMS) Universitas Swadaya Gunung Jati (Unswagati) telah melaksanakan Musyawarah Umum pada 3 Januari 2017 di lantai dua ruang kelas Fakultas Teknik. Musyawarah Umum ini telah menetapkan Dhannar Dhanialah sebagai Ketua Umum HMS yang baru untuk periode 2017-2018.

Pada saat diwawancarai oleh Setaranews.com melalui blackberry messenger, Dhannar mengungkapkan visinya yaitu menyatukan persepsi seluruh anggota dan merubah paradigma mahasiswa non ormawa bahwa organisasi itu penting. “Menyatukan persepsi seluruh anggota karena kalo udah 1 itu segala sesuatu akan terlaksana dan pastinya lancar, dan untuk program kerja pertama yang akan dilaksanakan yaitu kaderisasi dulu diantara anggotanya.” Ujarnya, Rabu (4/1)

Dhannar yang asli Cirebon ini memiliki motto hidup yaitu tujuan hidup hanya untuk mati tetapi bagaimana caranya jalan untuk mati tersebut dapat bermanfaat bagi manusia yang lain ."Rasa bangga itu pasti ada, namun saya tidak sangka dapat terpilih menjadi Ketua HMS ini, karena menurut saya segala sesuatu itu harus optimis dulu, masalah hasil itu urusan belakangan." tambahnya.

Musyawarah Umum merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap tahun. Adanya acara ini bertujuan untuk memperbaiki AD-ART (Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga) dan pergantian ketua baru.

Rabu, 04 Januari 2017

FT Telah Lakukan Pemilihan Dekan Baru

Unswagati, Setaranews.com - Fakultas Teknik (FT) Universitas Swadaya Gunung Jati (Unswagati) telah melakukan pemilihan dekan, Rabu (4/1) di Ruang Kelas Teknik. Dalam pemilihan tersebut telah terpilih Fatur Rohman sebagai Dekan Fakultas Teknik untuk periode 2017-2021.

Pemilihan dilakukan oleh senat fakultas dan disaksikan oleh civitas akademika lain, dengan jumlah suara pemilih tetap sembilan. Dalam perhitungan suara, Fatur Rohman mendapat enam suara, sedangkan calon nomor urut satu, Edy Rustandi mendapat tiga suara.

Tahap pemilihan dekan memakan waktu selama dua bulan, tetapi tertunda sebentar karena ada perubahan SK Rektor  “Perubahan ini saya tidak tahu kenapa, tapi yang jelas ada tiga tambahan tes lagi yaitu tes bebas narkoba, psikotes, dan rekam jejak,” ujar Arief Firmanto selaku Ketua Panitia Pemilihan Dekan Fakultas Teknik saat ditemui setaranews.com di ruangannya, Rabu (4/1).

Dalam kesempatan yang sama pula, Fatur Rohman yang sebelumnya menjabat sebagai Wakil Dekan I memaparkan visinya untuk memimpin Fakultas Teknik empat tahun mendatang yaitu Menjadikan fakultas teknik yang lebih kreatif dan bermartabat melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi yang lebih berkarakter dan humanis serta mendukung proses perguruan tinggi negeri.

Lebih lanjut, Fatur menjelaskan jika dia akan meningkatkan sistem untuk kelas bilingual yang telah berjalan pada periode dekan sebelumnya. “Sudah punya masterplan, yaitu melanjutkan dan meningkatkan lagi kelas bilingual. Kami punya rencana akan membuat bilingual menjadi kelas internasional tapi kami menyiapkan dulu sumber daya manusia, sistem dan segala macamnya,” tuturnya seusai acara pemilihan dekan.

Berdasarkan SK Rektor, masa jabatan Dekan periode sebelumnya akan habis pada 5 Januari 2017.

Rektor Unswagati Ubah SK Soal Pemilihan Dekan

Unswagati, Setaranews.com – Beberapa fakultas di Universitas Swadaya Gunung Jati hari ini (4/1) telah melakukan pemilihan dekan untuk periode 2017-2021, yaitu Fakultas Ekonomi, Fakultas Teknik, dan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP).

Pemilihan dekan ini mengacu kepada Surat Keputusan (SK) Rektor yang mengalami perubahan. Sebelumnya pemilihan dekan mengacu kepada SK Rektor tahun 2014, namun pada 28 Desember lalu SK ini dirubah dikarenakan menyesuaikan sistem yang terbaru.

“Semula aturan yang dipakai tahun 2014 maka disesuaikan dulu dengan sistem yang terbaru maka keluarlah SK Rektor tahun 2016. Memang ada perubahan surat keputusan rektor tentang pengangkatan panitia karena menyesuaikan aturan yang berubah. Ini merupakan hasil konsultasi dari ahli hukum administrasi publik,” ujar Rochanda Wiradinata selaku Rektor Unswagati saat ditemui setaranews.com usai pemilihan dekan FKIP di Kampus II, Rabu (4/1).

Beberapa perubahan ini dapat dilihat dari syarat bagi yang ingin mendaftar sebagai dekan. Jika pada SK lama mengharuskan dekan yang ingin kembali menjabat harus mengundurkan diri terlebih dahulu, tetapi untuk SK tahun 2016 ini cukup dengan mengambil cuti bagi dekan yang kembali mencalonkan.

Selain perubahan tersebut, ada beberapa syarat yang juga dimunculkan oleh pihak Yayasan terkait kriteria calon dekan, yaitu diharuskan mengikuti tes psikotes, rekam jejak, dan tes narkoba.

“Kemudian ada syarat-syarat yang memang dimunculkan oleh yayasan, harus ada rekam jejak terkait professional, dedikasi, loyalitas, dan tidak tercela. Jadi seorang calon dekan harus memiliki empat syarat tadi. Tambahan-tambahan dari yayasan tidak masalah, kita coba mengakomodasi. Dan juga ada tambahan tes lagi yaitu tes psikotes dan tes narkoba,” tutupnya.