Rabu, 28 Maret 2018

Lewat Suara Senja, UKM Seni dan Budaya Ingatkan Pentingnya Menjaga Lingkungan Sekitar

Hari ini cukup cerah , semua manusia bisa menikmati senja hari ini bersama teman-teman sambil meneguk kopi sebagai pemanis ketika menikmati senja. Suasana ini ternyata dimanfaatkan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa Seni dan Budaya (UKM Seni dan Budaya) untuk mengadakan acara bertajuk Suara Senja.


Acara yang dimulai pada pukul 16:46 WIB di parkiran kampus utama Unswagati itu diawali dengan sambutan dari ketua umum UKM seni dan budaya saudari Safety Winarsi, acara ini merupakan acara refleksi dari UKM Seni dan Budaya sebagai hasil dari proses latihan. Selain itu juga ada sambutan dari Wakil Rektor 3 Unswagati yaitu Dr. Ipik Permana, S.IP., M.Si. dia berharap acara ini menjadi acara rutin dan bisa menjalin kerjasama dengan pihak luar.
"Saya sangat apresiasi dan coba deh agendakan biar bisa jadi acara rutin selain itu juga kita( Unswagati ) sudah jalin kerjasama dengan RRI biar  kalian (UKM seni dan Budaya ) bisa tampil " ujarnya.


Suara senja Unit Kegiatan Mahasiswa Seni dan Budaya Unswagati  mengusung tema " Lindungilah alam maka alam akan melindungimu" karena melihat kejadian kemarin dimana kabupaten dan sebagian kota Cirebon telah dilanda bencana, mencoba menyadarkan mahasiswa-mahasiswi dan masyarakat kota cirebon khususnya untuk tetap saling menjaga lingkungan dan alam kita melalui kesenian.
Suara senja akan diadakan rutin, sebulan sekali namun dengan judul yang berbeda.


Pada suara senja kali ini diisi dengan berbagai penampilan kesenian seperti tari topeng kelana,tari ronggeng, paduan suara dan teater.Ketika ditanya soal harapan untuk acara ini(suara senja) wanita yang malam tadi memakai seragam kebanggaan UKM seni dan budaya dibalut jilbab warna hitam itu berharap internal anggota yang semakin akrab,terjalinnya hubungan baik dengan internal kampus atau ormawa-ormawa lain.

Jumat, 23 Maret 2018

Resensi Film: Peristiwa Sejarah Jangan Dilupakan, Moonrise Over Egypt

Judul Film     : Moonrise Over Egypt

Sutradara       : Pandu Adiputra

Naskah            : dari novel The Grand Old Man

Produser        : Amir Sambodo , Adie Marzuki

Pemeran         : Pritt Timothy (Agus Salim), Vikri Rahmat (AR. Baswedan), Satria Mulia (H.M. Rasjidi), drh. Ganda (Natsir Pamuntjak), Reza Anugrah (Zain Hasan), Bhisma Wijaya (Hisyam) dan Ina Marika (Zahra).

Tanggal Rilis : 22 Maret 2018 (Bioskop Seluruh Indonesia)

Durasi             : 114 menit

Resentator     : Mumu Sobar Muklis

Resensi Film, Setaranews.com – Sebuah film bergendre biography, sejarah yang akan mengingatkan kita pada kondisi perjuangan kemerdekaan Indonesia di masa lalu. Pada tahun 1947 Indonesia sedang mengalami tekanan bertubi-tubi setelah keluarnya dari jeratan fasisme Jepang dan kembali datang rongrongan Belanda untuk menguasai Indonesia. Walau Indonesia sudah mendeklarasikan kemerdekaanya pada tahun 1945 bukan tidak mungkin ketertarikan negara luar ingin menghisap kembali kekayaan alam Indonesia. sehingga pada usahanya Belanda mencoba kembali merebut kekuasaan atas Indonesia.

Tibalah pada bulan April 1945 Indonesia mengutus perwakilan untuk bekerjasama dengan Liga Arab yang waktu itu di pimpin oleh Mesir. Tidak semulus yang direncanakan dan tidak semudah yang di bayangkan, rintangan dan ancaman juga terjadi dalam misi diplomatik tersebut. Antek-antek Belanda mencoba menggagalkan usaha Indonesia. Misi tersebut di pimpin oleh Haji Agus Salim bersama AR. Baswedan, H.M. Rasjidi, Natsir Pamuntjak yang berkerjasama dengan Nokrashi sebagai orang penting di Liga Arab. Namun utusan Nederlandsch Indie Civil Administratie (NICA) yang di kirim khsus ke Kairo Mesir mencoba menggalkan usaha Agus Salim dan kawan-kawan. Nokrashi yang semula merespon positif tapi karena mendapat tekanan dari NICA melalui antek-anteknya tergoyahkan sehingga kesepakatan dengan Indonesia pun di tanguhkan. Namun dengan kersama mahasiswa yang ada di Kairo, kelompok diplomat tersebut terus bertahan dalam usahanya. Mengingat keadaan yang terjadi di Indonesia, dan segenap perjuangan kawan-kawannya di Indonesia mereka memutuhkan tetap melanjutkan misi tersebut walau nyawa menjadi taruhannya.

Setelah melewati berbagai hambatan, dengan di bumbui intimidasi Nica, penghianatan dari mata-mata pada kubu Indonesia, akhirnya mereka berhasil meyakinkan Nokrashi sebagai perwakian dari negara-negara Arab untuk mengakui kemerdekaan Indonesia.

Yang menarik: film ini mengingatkan penonton pada sejarah Indonesia, sehingga sangat menginpirasi dan mengedukasi, memberikan dorongan moral yang kuat setelah selesai menontonnya.

Walau film ini bercerita sejarah atau bigraphy, nyatanya di kemas dengan apik dan tidak membosankan. Dialog cerdas dan humorisnya membuat kita terhibur sekaligus belajar. Tokoh Agus Salim di perankan dengan sangat baik, banyak ilmu dan wawasan yang bisa di serap dari dialog-dialog yang di suguhkan.

Kekurangan: film ini berlatar tempat di Indonesia dan lebih bayak di Mesir, penggambaran kehidupan sosial masyarakat Mesir kurang hidup dan peristiwa latar belakang masalah dalam hal ini misi diplomatik kurang di perjelas sehingga agak berat untuk penonton yang jarang membaca sejarah.

Secara keseluruha film ini ibarat obat untuk generasi muda jaman sekarang “ Untuk mengalahkan bangsa yang besar tidak dengan mengirimkan pasukan perang, tetapi dengan cara menghapus pengetahuan mereka atas kejayaan para leluhurnya, maka mereka akan hancur dengan sendirinya.” Tsun-Tsu, The Art of War.

Rabu, 14 Maret 2018

MoU Pemkab Cirebon Dengan Unswagati

Cirebon, Setaranews.com – Kabupaten Cirebon melakukan MoU (Memorandum Of Understanding) dengan Universitas Swadaya Gunung Jati (Unswagati) Cirebon mengenai pengelolaan Taman Teknologi Pertanian yang berada di Desa Windujaya Kec. Sedong Kab. Cirebon (14/03).

Acara yang bertepatan dengan penarikan mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) – Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Unswagati dari Kec Sedong, selain pemaparan capaian kegiatan KKN juga di isi dengan penandatangan perjanjian antara Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon dengan Unswagati di Gedung Taman Teknologi Pertanian (TTP) Sedong.

Dekan Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon Ahmad Faqih menjelaskan tahun ini pemerintah sedang progres pada agrowisata, Setu Sedong, dan berterimakasih kepada Unswagati karena Sedong sudah di percaya untuk fokus menjadi tempat KKN “progres dari peerintah setu sedong yang awalnya kering sekrang sedikit demi sedikit mulai bagus pemandangannya, kemudian kami berteriakasih kepada rektorat Unswagati karena adanya KKN ini mahasiswa sangat aktif sehingga bermanfaat bagi masyarakat Sedong, juga mengenai MoU pengelolaan TTP ini semoga kedapannya bisa lebih baik dan berkembang.” Tuturnya saat mengisi sambutan.

Dinas Pertanian Pemerintah Kab Cirebon Ali Effendi mananggapi bahwasanya TTP tersebut merupakan perogram dari Kementerian Pertanian sejak tahun 2015 yang sekarang pengelolaannya di pindahkan dari Kemnerterian Pertanian Ke dinas Pertanian Kab Cirebon “melalui kerjasama dengan Fkultas Pertanian,  TTP ini semoga bisa di optimalkan pengelolaannya.” Ungkapnya.

Walaupun Indonesia merupakan negara agraris namun masih banyak impor yang di lakukan pemerintah di bidang pertanian, dengan adanya TTP ini mudah-mudahan bisa menjadi alternatif dalam memajukan sektor pertanian di Indonesia. Menurutnya, walaupun tidak banyak yang tahu Sedong memiliki potensi pertanian dan perkebuna.

“Kami punya mangga yang sudah di ekspor, buah naga, duren, dan lainnya. Dan melalui kerjasama ini (MoU) bisa meningkatkan produktifitas khususnya perkebunan di Cirebon. Sehingga bisa menjadi percontoan daerah-daerah lain.” Tambahnya.

Penarikan Mahasiswa KKN Unswagati Kec Sedong

Cirebon, Setaranews.com – Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Swadaya Gunung Jati (Unswagati) Cirebon melakukan pemaparan Loka Karya hasil dari 35 hari KKN-PKM (Pengabdian Kepada Masyarakat) yang tersebar di 10 desa Kecamatan Sedong Kabupaten Cirebon (14/03).

Kegiatan yang dilaksanakan di Gedung Taman Teknologi Pertanian (TTP) Sedong tersebut di hadiri oleh Pimpinan Unsawagati yang di wakili oleh wakil rektor satu sampai wakil rektor empat, Ketua Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) Unswagati, Dosen Pembimbing Lapangan (DPL), Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon, Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kabupaten Cirebon, Camat Kecamatan Sedong, Kepala Desa se-Kecamatan Sedong, dan 202 mahasiswa KKN-PKM Kecamatan Sedong.

Menurut Muhamad Muslih selaku Koordinator KKN-kecamatan sedong memaparkan selama 35 lima hari ini merupakan penerapan interdisiplin ilmu yang di dapat di bangku perkuliahan yang di terapkan bersama-sama dengan masyarakat Sedong. Seperti penyluhan mengenai kesehatan, pentingnya pendidikan, pengembangan potensi yang ada di desa.

“Selain melakukan kegiatan bidang kesehatan misalnya pengecekan gula darah, kami juga melakukan pengembangan potensi desa yang ada di daerah ersebut, seperti yang dilakukan temen-temen di Desa Panongan Lor melakukan sosialisasi dan pelatihan pupuk organik (kompos) kepada generasi muda, dimana potensi desanya adalah sektor pertanian. Di Desa Panongan melakukan sosialisasi bibit dan penanaman pohon. Kemudian di bidang pendidikan dalam keseharian melakukan bimbel untuk sekolah dasar yang di rangsang dengan cerdas cermat itu ada di Winduhaji. Dan ada juga yang melakukan penyuluhan hukum.” Paparnya.

Dalam sambutanya Ketua LPM Unswagati Harmono menegaskan, bahwasanya hubungan antara masrarakat sedong dengan mahasiswa bisa terus berlanjut dan tidak berhenti di sini “manakala masyarakat membutuhkan pendampingan, edukasi, kami siap setiap saat, kami akan merespon meminta surat ijin kepada pimpinan kami dan akan mengirim SDM yang kompeten” tegasnya.

Sementara kesan lain menurut Doni Sahi Lesmana mahasiswa Fakultas Hukum yang juga sebagai Ketua KKN Desa Panongan Lor menyampaikan KKN ini lebih kepada sosialisasi mahasiswa dengan masyarakat dalam mengimplementasikan Tri Dharma Pergutuan Tinggi “karena selama 35 hari ini kita melakukan program bersama-sama banyak pelajaran yang tidak ti dapat di bangku kuliah, semoga masyarakatnya bisa meneruskan apa yang sudah di muai, serta kita temen-temen mahasiswa bisa terus membangun silaturohim”. Harapnya.

Sabtu, 10 Maret 2018

Kapolresta Silaturahmi Kamtibmas ke Unswagati

Cirebon, Setaranews.com – Kapolresta Cirebon melakukan silaturahmi Kamtibmas ke Universitas Swadaya Gunung Jati (Unswagati) Cirebon, dengan di dampingi Waka Polres Cirebon Kota Kompol Jarot Sungkowo, kasat-kasat,  beserta beberapa dari Kapolsek Cirebon. (10/03).

Selain itu dari pihak Unswagati terlihat Ketua Yayasan Sunan Gunung Jati, Rektor Unswagati dan jajarannya, serta Badan Eksekutif Mahasiswa Unswagati (BEM-U), dan Dewan Perwakilan Mahasiswa Unswagati (DPM-U) yang juga turut hadir dan ikut duduk bersama untuk bersilaturahmi sekaligus membicarakan kerjasama kepolisian Kota Cirebon dengan lembaga Unswagati dalam menciptakan kondusifitas dan keamanan,ketertiban masyarakat.

Kapolresta Cirebon AKBP Adi  Vivid AB menyampaikan dalam sambutannya bahwa kedatangannya ke unswagati sebenarnya sudah di rencanakan sejak jauh-jauh hari namun baru bisa terlaksana saat ini, "ya jadinya ini adalah kunjungan pertama dan terakhir saya sebagai Kapolres, karena saya akan dimutasi ke Jakarta Utara, di pertemuan ini saya juga ingin meminta maaf barangkali dalam masa jabat saya, ada kesalahan atau kekurangan begitu, yaa sekaligus bersilaturahmi" ujarnya.

Dalam kesempatan tersebut kapolresta juga menghimbau tentang pentingnya komunikasi dengan Unswagati sebagai lembaga pendidikan yang ada di Cirebon terkait terciptanya kondusifitas, rasa aman dan nyaman masyarakat yang mesti di ciptakan bersama.

Pertemuan tersebut berjalan dengan lancar, di akhir pertemuan terjadi tanya jawab dan penyampaian pendapat secara terbuka. Pertanyaan dan penyampaian pendapatpun datang dari Presiden Mahasiswa Unswagati Fiqri Taufik menanyakan perihal sejauh mana persiapan dari kepolisian Kota Cirebon terkait pesta demokrasi pilkada yang akan dilaksanakan serentak di Kota Cirebon, dan upaya-upaya apa yang telah dilakukan untuk menjaga kondutifitas serta bersihnya proses pilkada tersebut.

Kapolresta menjawab langsung dan menjelaskan hal-hal yang sudah disusun di lapangan perihal persiapan pilkada serentak ini “sejak awal kami sudah menghimbau seluruh anggota untuk tetap menjaga netralitas, dan Kapolresta pun menegaskan bahwa dalam hal ini TNI-POLRI tidak berpolitik dan harus bersikap netral dalam prosesnya, kemudian kamipun sudah menyiapkan segala sarana prasarana untuk mendukung kondutifitas dan suksesnya pesta demokrasi ini sehingga berlangsung aman, tertib, dan nyaman”, pungkasnya.

Selain itu, Harmono SH., MH. Ketua Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) Unswagati menanyakan dan menyuarakan pendapatnya  “selain persoalan tahun politik atau pesta demokrasi, mungkin pihak kepolisian pun perlu untuk menyikapi atau mengeliminir tingkat keresahan masyarakat Kota Cirebon yang di sebabkan oleh geng motor”.

Menurutnya kepolisian dan lembaga Unswagati harusnya bisa mendorong kebijakan pemerintah kota untuk segera membuat regulasi terkait penggunaan kendaraan bermotor bagi pelajar “penggunaan sepeda motor oleh pelajar disamping secara yuridis jelas ini adalah sebuah pelanggran karena sudah jelas mereka belum mempunyai SIM, juga secara psikologis anak-anak ini rentan emosinya dan mudah terprovokasi, kemudian secara sosiologis sangat rentan dampaknya, karena ketika anak masih duduk di bangku sekolah menengah pertama atau sekolah menengah atas sudah di fasilitasi motor oleh orang tuanya, pada akhirnya kegiatan yang mereka lakukan adalah ngumpul, ngumpul, dan ngumpul, seperti kita tau ketika ngumpul psikologis masa yang terbentuk adalah ego, sedikit saja tersinggung langsung kacau dan sebagaïnya”.

Jika Harmono mengkritisi penggunaan sepeda motor oleh pelajar dari sisi regulasinya, berbeda dengan kapolresta yang mengupasnya dari peran keluarga “bagi saya pak, kembali lagi pada orang tuanya, dimana anak belum cukup umur kenapa harus memberikan fasilitas yang belum waktunya. Mungkin dari muaranya dulu yang harus kita sadarkan. Yang perlu saya sampaikan kenapa dalam pelaturan harus 17 tahun, berdasarkan penelitian yang umurnya sudah 17 tahun itu daya pikir, secara fisik itu sudah bisa untuk mengendarai kendaraan bermotor. Itu menjadi acuan karena saraf sensorik dan motoriknya sudah mendukung untuk mengendarai sepeda motor, dan juga sebenarnya setiap kebijakan yang diberlakukan pun pasti ada konsekuensi negative dan positivenya".

Selain itu Kapolresta menembahkan, mengenai masalah geng motor, pihaknya sudah melakukan berbagai upaya dalam menekan kerusuhan di malam hari “patroli keliling sekarang tidak hanya di tingkatkan intensitasnya, namun juga patroli dialogis sudah kami terapkan, dimana saat ada kerumunan masa langsung kami ngobrol, ada pelajar yang masih nongkrong sampe larut langsung kami hampiri dan beri himbauan, kemudian untuk mencegah pencurian kami sedang gencar-gencarnya melakukan razia di malam hari,dan kamipun sering menggelar Ngopi Bareng Polisi dan masyarakat, sekaligus belanja masalah, menyerap aspirasi dan keluhan masyarakat.” Tambahnya.

Waktupun sudah menunjukaan pukul 12 siang, Rektor Unswagati Mukarto siswoyo mengingatkan untuk pertanyaan atau tanggapan terakhir, mengingat ada agenda selanjutnya yang harus di lakukan.

Salah satu perwakilan Mahasiswa Anna Angelia dari Komisi Budgeting DPM-U menanyakan perihal sikap Kapolresta sebagai Aparatur penegak hukum (APH) terkait MoU (nota kesepahaman) terbaru yang dilakukan POLRI, Kemendagri dan Kejaksaan Agung  “berhubung lagi musim MoU nih pak, dan Unswagati juga kan mau bikin MOU nih sama POLRES? saya jadi ingin menanyakan perihal sikap bapak perihal MoU yang dilakukan oleh POLRI, Kemendagri dan Kejasaan Agung , yang saya tanyakan pun perihal keamanan dan ketertiban Negara bebas tanpa korupsi, saya merasa tidak aman juga pak, diikuti rasa khawatir tentang kondisi daerah dan negara sendiri apalagi ditambah adanya MOU terbaru ini yang seolah menyuburkan korupsi nantinya,melemahkan APH dengan berbelit alasan harus ada pengecekan administratif yang harus lebih dulu dipastikan APIP, lalu apakah ketika terjadi ada pejabat yang korupsi bisa dipertimbangkan lagi tentang proses hukumnya? bebas dari begitu saja saat sudah bisa mengembalikan uang yang dikorup? Saya bertanya atas nama mahasiswa, atas nama rakyat Indonesia, menanyakan sikap bapa sebagai Kapolresta ,ya kalo gabisa jawab atas nama profesi sikap bapak pribadi gimana? sikap bapak sebagai Rakyat Indonesia tentang MoU perihal tindak pidana Korupsi ini.” gegasnya.

“mengenai MoU TNI-POLRI, juga MoU polri dengan kementerian dalam negeri dan kejaksaan agung perihal tindak pidana korupsi, itu di lakukan di pusat, dan nanti akan dilakukan sosialisasi dan memang secara the facto itu sudah terjadi namun untuk sampai kepada polresta-polresta masih jauh, prosesnya masih panjang, dan kita tidak bisa ngles kanan kiri, tetap harus menjalankan, dan berjalan dari satuan atas ke satuan bawah. Dan sikap pribadi saya, saya sangat mendukung teman-teman mahasiswa apabila memiliki informasi, seperti penanganan kasus DAK (red:dana alokasi khusus) sebagai contoh sudah ada dalam penanganan Kejari dan karena sudah di tangani Kejari polisi tidak bisa menangani lagi,begitu.” Jawabnya.

"kalo sebelumnya kepolisian sudah mengadakan ngopi bareng polisi dan masyarakat, mungkin bisa ada ngopi bareng mahasiswa pak?" celetuk mahasiswi Fakultas Ekonomi itu.

"boleh, saya sangat setuju tapi ya mungkin bisa dikomunikasikan dengan Kapolresta yang baru nanti ya, itupun kalo dia mau, tapi minggu ini lah kita ngopi bareng mahasiswa boleh sebelum saya pindah.'' jawabnya.

Pembicaraanpun menjurus kepada ngopi bareng dengan mahasiswa (polisi dan mahasiswa) untuk melakukan dialog santai demi terciptakanya aspirasi mahasiswa kepada kepolisian ataupun sebaliknya.

Selain menjanjikan Ngopi Bareng Mahasiswa Polresta juga menawarkan obroran dengan pihak akademika Unswagati untuk mengadakan Focus Disdution Group (FGD) untuk pembahasan yang bisa dikaji secara ilmiah seperti perumusan regulasi penggunaan kendaraan roda dua bagi pelajar.

Jumat, 09 Maret 2018

HUT Mapala Ciayumajakuning,hadirkan Sanggar Lingkungan Hidup

setaranews.com,Kuningan. Hari ulang tahun Mapala Ciayumajakuning yang ke-3 tahun diselenggarakan di Objek Wisata Tenjo Laut Kabupaten Kuningan pada Kamis 08 Maret 2018. Kegiatan tersebut dihadiri oleh Mapala Wilayah III yaitu Kuningan,Cirebon,Majalengka,Indramayu, Sanggar Lingkungan Hidup serta Pengelola Objek Wisata di Wilayah Kabupaten Kuningan pun ikut serat berpartisipasi hadir dalam kegiatan tersebut.


Hari ulang tahun tersebut diisi dengan saresehan atau diskusi. Diskusi tersebut membahas tentang agenda ke depan untuk Program Mapala Ciayumajakuning dan lebih memahami makna dari esensi Pecinta Alam serta meningkatkan tali persaudaraan dengan menjaga silaturahmi. Melalui kegiatan diskusi tersebut Mapala Ciayumajakuning menghadirkan Sanggar Lingkungan Hidup untuk memberikan edukasi dan sharing untuk memahami bersama beberapa tentang cara pengelolaan sampah non organik yang belum ada penanganannya di setiap objek wisata di Kuningan.Padahal jika diolah dengan baik sampah tersebut bisa menghasilkan nilai rupiah. "Seru acaranya ,selain jadi makin akrab antar Mapala atau Pegiat Lingkungan kita juga bisa dapat ilmu sambil refresh dengan berkegiataan di alam bebas" Ungkap Tri Retno Anindita Mapala Gunati Unswagati Cirebon.


Selama ini kegiatan Mapala Ciayumajakuning selain tugas utama sebagai Mahasiswa Kuliah. Mereka pun mengadakan pembentukan tim siaga bencana supaya lebih memudahkan untuk informasi dan pergerakan relawan kebencanaan .Seperti beberpaa waktu lalu bencana di Kuningan,Cirebon dan Brebes Mapala Ciayumajakuning ikutserta membantu bencana tersebut. Selain itu juga mereka membuat sekolah konservasi untuk memberikan pembelajaran cara membuat bibit pohon dan penghijauan untuk ke depannya di sekitar lingkungan ."Perayaan hari ulang tahun ini menjadi waktu yang tepat untuk melaksanakan tujuan yang sama dengan Taman Nasional Gunung Ciremai, bahwa sampah non organik yang dihasilkan pengunjung objek wisata jika dikelola secara berkala maka nantinya sampah tersebut bukan menjadi barang kotor lagi" Ungkap Adi Barokah Ketua Kordinator Mapala Ciayumajakuning

Duta Unswagati, Kebanggaan Universitas

Unswagati, Setaranews.com - Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Swadaya Gunung Jati (BEM Unswagati) Cirebon menggelar Grand Final Duta Unswagati 2018 pada malam tadi, Kamis (08/03) di Autidorium Kampus 1 Unswagati.

Acara yang bertemakan "Menjadikan Mahasiswa Unswagati Yang Mandiri, Berintelektual, Berjiwa Sosial, dan Berbudaya" tersebut sebelumnya telah dibuka pendaftaran pada tanggal 19-24 Februari 2018 yang dimulai pukul 08:00-15:00 WIB, dan telah terdaftar sebanyak 20 peserta Duta Unswagati 2018 hingga akhirnya sebanyak 7 peserta yang memasuki fase final.

7 Finalis tersebut diantaranya yaitu, Fawaz (Fakultas Teknik), Hani (Fakultas Ekonomi), Hamzah (Fakultas Teknik), Dea (Fakultas Teknik), Leo (Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan), Rika (Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan), dan Hamzah, (perwakilan dari Fakultas Hukum).

"Acara ini sangat membanggakan bagi Universitas, karena ini merupakan acara yang pertama kali diselenggarakan di Unswagati dan merupakan bukti bahwa mahasiswa kita penuh dengan kreatifitas dan inovatif, serta saya akan selalu mendukung dan membackup berbagai program-program yang positif," ungkap Mukarto Siswoyo, selaku Rektor Unswagati saat menyampaikan sambutannya pada malam puncak Grand Final Duta Unswagati 2018.

"Saya harap untuk output nya tak sampai disini saja, melainkan kita bisa dapat bersaing diluaran sana sampai ke tingkat nasional dan tentunya hal tersebut dapat mengharumkan nama besar kampus kita Unswagati." harapnya.

Duta Unswagati merupakan acara dari program unggulan Kabinet SIAP (Smart, Inovativ, Aspiratif, Produktif) BEM Unswagati 2018, hal tersebut diungkapkan oleh Nu'man, Ketua Pelaksana acara, "tujuannya untuk seleksi Mahasiswa Berprestasi (Mawapres) di tingkatan nasional, dan ini merupakan program perdana, selepas itu untuk gagasanya kita sedikit ikutin dari program jaka rara yang diselenggarakan di cirebon, yah kurang lebih nya begitu" katanya saat ditanya oleh setaranews.com.

Pemenang Duta Unswagati 2018 dibagi menjadi  4 kategori, kategori ke-4 sebagai Duta lingkungan yang diraih oleh Fawaz, kemudian kategori ke-3 sebagai Duta Pendidikan yang diraih oleh Hani dan Hamzah, kategori ke-2 sebagai Duta Sosial Mahasiswa (Sosma) yang diraih oleh Dea dan Leo, Kemudian Kategori Utama sebagai Duta Unswagati dan dinyatakan sebagai pemenang yaitu Rika dan Miftah.(Awank/LPM Setara)

Jumat, 02 Maret 2018

USB Bantu Korban Banjir Lewat Kesenian dan Budaya

Cirebon, SetaraNews.com - Belakangan ini sedang marak-maraknya bermunculan para relawan yang turut serta menggelar aksi solidaritas terhadap bencana banjir yang menimpa Kabutapen Cirebon bagian timur (Cirtim), baik relawan dari kalangan Pemuda, Komunitas, Pemerintah, hingga mahasiswa pun banyak yang terpanggil untuk menumbuhkan nilai solidaritas dan kemanusiaan.

Baca: Komunitas Pemuda Panguragan Bersatu Gelar Aksi Solidaritas Banjir Cirebon Timur

Kali ini giliran Unit Kegiatan Mahasiswa Seni dan Budaya Universitas Swadaya Gunung Jati (USB Unswagati) Cirebon yang menggelar aksi solidaritas, Mereka (USB.Red) melakukan kegiatan Bakti Sosial (Baksos) sekaligus menghibur masyarakat sekitar dengan menggandeng Komunitas Toyota Calya Indonesia (KTCI) Pusat dan KTCI Wilayah III Cirebon. Selain itu, USB juga turut menggandeng Komunitas Gambar Bareng (Gambreng) Kuningan serta Backpaker Cirebon Timur.

Baksos tersebut diselenggarakan di Desa Cilengkrang, Kecamatan Pasaleman, Kabupaten Cirebon dengan melakukan sosialiasasi terhadap kebudayaan dan memberikan dukungan moril, "Hati Nurani kami juga turut terpanggil dengan kejadian yang menimpa kawan kawan kami (Banjir Cirtim.Red), maka dari itu kami turut berpartisipasi untuk membantu mereka dengan donasi berupa logistik yang kami donasikan kepada mereka. Karena kami dari Keluarga seni dan budaya, kami juga sosialisasikan tentang kebudayaan yang positif," ungkap Ahmad Denna, Koordinator Baksos dan Hiburan Masyarakat saat ditemui setaranews.com, Kamis (01/03).

Lebih lanjut, Pria berambut gondrong yang kerap disapa Denna tersebut memaparkan bahwasannya setiap manusia yang hidup di dunia harus saling tolong menolong antar sesamannya, "Kita harus selalu berfikir positif, makannya kami  sosialisasaikan budaya yang positif, selain itu kita harus peduli dengan manusia lainnya, dan peduli dengan lingkungan dan tak luput menjunjung solidaritas kita sebagai sesama masyarakat," lanjutnya.

Disisi lain, Safeti Winarsih, Ketua Umum UKM Seni dan Budaya Unswagati Cirebon menyampaikan terimakasih terhadap komunitas yang turut serta membantu pada kegiatan tersebut, "Saya sampaikan terimakasih banyak pada KTCI yang sudah bersedia untuk menjalin kerjasama dengan kami, lalu untuk teman-teman komunitas backpaker dan Gambreng saya ucapkan terimakasih karena sudah ikut membantu sukseskan kegiatan ini. Alhamdulillah, kita sebagai manusia masih dapat memberikan bantuan terhadap korban banjir, walaupun memang tidak banyak, akan tetapi setidaknya dapat menghibur serta membuat mereka senang dengan beberapa penampilan yang kami suguhkan langgsung kepada mereka, Insya Allah apa yang kami lakukan saat ini merupakan hal terbaik yang sudah kami upayakan dan semoga berkenan dihati warga sekitar. Aamiin." ucapnya sembari memberikan harapan. (Haerul Anwar)

Baca berita lainnya: Pentingnya Bantuan Trauma Healing Bagi Korban Bencana

Pentingnya Bantuan Trauma Healing Bagi Korban Bencana

Cirebon, Setaranews.com - Hujan deras yang menguyur Kabupaten Cirebon, Brebes dan Kuningan akhir-akhir ini mengakibatkan banyak terjadi becana alam seperti banjir dan tanah longsor, terhitung sejak 23 Februari 2017, 3 Kabupaten tersebut sudah tergenang air setinggi pinggang orang dewasa, banyak warga yang kehilangan harta benda dan tatkala tragis kehilangan anggota keluarganya. selain harta benda dan anggota keluarga , mental korban bencana juga tentu sangat terguncang. Akibatnya banyak masyarakat, ormas, relawan kemanusiaan dan mahasiswa yang simpati serta kompak menggalang dana untuk membantu memenuhi kebutuhan finansial korban bencana alam, namun pada dasarnya para korban juga membutuhkan bantuan kesehatan mental karena trauma yang timbul dari bencana alam berskala besar.

Trauma healing sangatlah penting, melihat banyak dari korban bencana alam mengalami trauma dan ketakutan yang berlebih ketika mendengar suara-suara yang menyerupai gaung, getaran, atau semacamnya. Trauma healing sendiri diutamakan pada anak-anak : usia 0 – 12 tahun, remaja : usia 13 – 18 tahun, dewasa : usia 19 – 60 tahun dan lansia : usia 60 tahun keatas, yang biasanya mengalami trauma paling kuat, baik stres maupun depresi.

Trauma healing seharusnya dilakukan secara teratur agar dapat membangun kembali mental para korban. Terhadap anak-anak, misalnya, program trauma healing dapat dilakukan dengan membangun kelompok bermain yang diikutkan ke dalam kelas, atau kegiatan-kegiatan bermain, belajar, membaca buku, kegiatan kesenian seperti tari, musik, dan melukis bahkan kegiatan beragama. Trauma healing yang diberikan pada anak-anak bertujuan agar mereka mampu melupakan kejadian-kejadian yang terjadi pada masa lampau, sehingga membuat mereka lebih siap apabila bencana datang kembali.

Kegiatan-kegiatan trauma healing yang diberikan pada anak-anak berbeda dengan orang dewasa. Pada orang dewasa, program yang lebih tepat berupa konseling. Dalam tugas kemanusian seperti menghadapi bencana alam, peran relawan kemanusian sangatlah penting. Fase penanganan bencana biasanya dibagi dalam beberapa fase.

Fase pertama adalah fase emergensi, dimana fase ini membutuhkan sifat cepat karena berurusan dengan penyelamatan korban dari reruntuhan, timbunan hingga tugas mengevakuasi korban luka hingga korban meninggal. Relawan emergensi dibekali kemampuan first aid, evakuasi korban, hingga kemampuan lain yang mendukung. Maka, relawan emergensi biasanya berasal dari para pencinta alam atau orang yang telah dididik dalam pendidikan khusus.

Fase emergensi biasanya disesuaikan dengan kebutuhan penanganan wilayah terdampak. Waktunya biasanya ditentukan petugas berwenang seperti BNPB, BPBD, Pemda atau otoritas kebencanaan lainnya. Fase emergensi dinyatakan selesai bila korban sudah ditemukan dan dievakuasi, atau dianggap telah lewat waktu dimana korban kemungkinan tak lagi bisa diselamatkan dalam keadaan hidup atau selamat. Dalam fase emergensi, juga dilakukan fase relief dan fase medis. Fase relief atau fase bantuan dan juga pendirian posko.

Dalam fase medis, di perlukan upaya pemulihan trauma pasca bencana. Disinilah peran relawan trauma healing unuk mengurangi dampak truma para korban bencana. Sebagian besar memang dilakukan untuk anak--anak.

TAT (Tapas Acupressure Technique) adalah proses yang mudah untuk mengakhiri stres, trauma, rasa takut (fobia), rasa menderita untuk menciptakan rasa bahagia. TAT adalah teknik yang baru, sederhana dan efektif untuk menciptakan rasa damai, rileks, dan sehat dalam waktu yang singkat. TAT merupakan salah satu bentuk terapi dalam kelompok ilmu Energy Psychology yang sedang berkembang pesat. Teknik ini dilakukan dengan menyentuh ringan beberapa titik akupunktur di kepala (Posisi TAT), sambil mengarahkan perhatian anda pada masalah yang ingin diatasi (7 Langkah Penyembuhan TAT). Menyentuh titik-titik ini dengan ringan akan memberikan efek pudarnya trauma, sehingga pikiran dan perasaan hati yang negatif pun berkurang, terutama setelah mengalami peristiwa yang traumatis.

Selain itu, yang tidak kalah pentingnya adalah pembangunan kembali wilayah, atau penempatan korban di wilayah baru. Dengan hal tersebut, ingatan tentang bencana di benak mereka bisa terhapus, dan kehidupan baru bisa dimulai.

Berita lainnya: Komunitas Pemuda Panguragan Bersatu Gelar Aksi Solidaritas Banjir Cirebon Timur

Komunitas Pemuda Panguragan Bersatu Gelar Aksi Solidaritas Banjir Cirebon Timur

Cirebon, SetaraNews.com - Beberapa komunitas Kecamatan Panguragan, Cirebon yang mengatas namakan Aliansi Pemuda Kecamatan Panguragan Menggalang Aksi Peduli Korban Bencana Banjir yang melanda Kabupaten Cirebon Bagian Timur (Cirtim), beberapa komunitas tersebut yaitu berasal dari  Moonraker, MSSC, BPKel Oi Kaum Urbanis, IPNU IPPNU PR Kroya Karanganyar dan Viking Panguragan Cirebon,Kamis (01/03) .

Abdul, Koordinator Aliansi Pemuda Kecamatan Panguragan mengatakan bahwasannya aksi tersebut sebagai bentuk edukasi dan hiburan, “Kami yang lahir dari komunitas memang seharusnya bersatu dan menumbuhkan rasa solidaritas kita terhadap teman-teman yang sedang dilanda bencana banjir, Selain sebagai bentuk kepedulian, bukan hanya sebatas sembako yang kami berikan, melainkan kami juga memberikan bantuan berupa edukasi dan hiburan terhadap masyarakat sekitar. Karena yang kami lihat di lapangan bantuan berupa edukasi dan hiburan juga sangatlah relevan untuk disalurkan,"katanya, Kamis (01/03).

Aksi Solidaritas tersebut merupakan bentuk dari kesatuan kalangan pemuda Kecamatan Panguragan, dimana berbagai komunitas Kecamatan Panguragan dari mulai komunitas penggemar musik sampai kepada penggemar sepak bola turut ikut serta dalam menumbuhkan rasa solidaritas terhadap kemanusiaan.

“Ini merupakan bentuk dari kepedulian, kami semua sadar kalau harus saling peduli terhadap sesama manusia, apalagi terhadap bencana banjir yang menimpa kawan-kawan kita, mereka jelas sekali sangat membutuhkan bantuan, dan semoga saja apa yang telah kami lakukan saat ini minimalnya dapat meringankan beban mereka yang mengalami trauma akibat banjir tersebut, kemudian selanjutnya semoga masih tetap dapat menjaga lingkungan,"lanjut Abdul sembari menyampaikan harapannya saat ditemui setaranews.com.

Aksi peduli banjir tersebut dialokasikan secara langsung ke rumah-rumah warga tepatnya di sekitaran Desa Cilengkrang, Kecamatan Pasaleman sekaligus mengadakan edukasi dan hiburan kepada korban banjir khususnya anak-anak.

Berita lainny : Mapala Ciayumajakuning Kerahkan Tim Membantu Korban Pasca Longsor Di Kuningan

Kamis, 01 Maret 2018

Mapala Ciayumajakuning Kerahkan Tim Membantu Korban Pasca Longsor Di Kuningan

Kuningan, setaranews.com - Berdasarkan hasil Rapat Pusat Kordinasi Wilayah III (PKW III) Ciayumajakuning memutuskan untuk membentuk siaga bencana guna membantu Kejadian Bencana di sekitar Wilayah III Cirebon khusunya. Mapala Ciayumajakuning yang terdiri dari Mapala Cirebon, Mapala Indramayu, Mapala Kuningan, Mapala Majalengka. Sejak Rabu 28 Februari 2018, Mapala Ciayumajakuning mengerahkan tim untuk membantu khususnya di Desa Cijemit Kecamatan Ciniru Kabupaten Kuningan dan Desa Cipakem Kecamatan Maleber Kabupaten Kuningan. "Kita sebagai Mahasiswa Pecinta Alam harus membuktikan bahwa Mapala tidak hanya kegiatan adrenaline saja tapi juga mengaplikasikan nilai kemanusiaan dan sosial sesuai kode etik pecinta alam Indonesia" Tutur Adi Barokah selaku Ketua Koordinator PKW Mapala Ciayumajakuning.

Kedua Desa tersebut mengalami longsor tanah sejak 22 Februari 2018, disertai longsoran susulan pada 25 dan 26 Februari 2018. Kondisi warga saat ini sudah dievakuasi ke Posko terdekat, dikarenakan beresiko terjadinya longsor susulan. Maka setelah warga dievakuasi di Posko setempat saat ini yang masih dalam upaya evakuasi adalah sejumlah barang berharga diantaranya surat dokumen, motor, mobil serta hewan ternak yang masih terjebak di lokasi kejadian.

Keadaan jalan yang mengalami kerusakan dan terhalang oleh timbunan tanah longsor membuat akses sulit untuk dilalui bahkan jarak tempuh dari kedua desa tersebut menuju posko setempat harus menempuh waktu 1 jam lebih dengan berjalan kaki karena jalan sudah tidak bisa diakses kendaraan. Medan terjal seperti naik turun perbukitan dan sedikit berlumpur membuat sulit jalur evakuasi.

Saat ini Relawan yang hadir di lapangan diantaranya Mapala Ciayumajakuning, BPBD Bandung, BNPB Bandung, Tagana, KRC, Mahasiswa Unswagati dan elemen lainnya untuk membantu dalam proses evakuasi, asesment data, serta distribusi barang.

Saat ini barang bantuan yang dibutuhkan oleh masyarakat diantaranya alat masak, alat makan, alat penerangan, alat shalat, alat kebersihan, alat tulis, dan seragam sekolah. "Untuk saat ini kedua Desa tersebut memang masih rawan terjadi longsor susulan, apalagi kalo hujan. Bahkan jam 3 sore aktivitas relawan menuju lokasi kejadian dihentikan karena terlalu beresiko" Ujar Nur Fikri Muhamad Relawan asal Mata Alam Stikom. (Nur Widowati)