Sabtu, 31 Januari 2015

Pesona Ambulu

Setaranews.com- Amis itu bau, dan sawah itu kotor. Mungkin, begitulah alam pikiran yang tertanam pada masyarakat modern. Bersamaan dengan itu berdalil bahwa melakukan semua pembangunan harus seperti kota-kota besar, yaitu membangun sistem transportasi dan produksi dengan beton dan baja besar. Tempat bermukim dengan gedung-gedung yang menjulang tinggi, dan jalan raya dihiasa deretan reklame perusahaan multinasional dan internasional dan berjejernya gemerlap lampu. Lalu dengan arogan, penguni kebudayaan modern itu memvonis bahwa, inilah hasil dari kebudayaan tertinggi umat manusia. Tesis inilah yang kemudian hendak diperiksa melalui suasana di Ambulu sesungguhnya.

Tulisan ini adalah pengalaman penulis ketika berkunjung ke Ambulu. Dimana sebagian masyarakatnya bekerja sebagai nelayan. Nelayan yang hanya menggunakan perahu kayu, dengan mesin kecil yang mengandalkan bahan bakar solar, dan  jala dianyam dengan tangannya sendiri. Sungguh terlihat mandiri dan sederhana.

Dipinggiran laut terdapat tanaman mangrove, dengan pandangan laut yang tak terbatas. Ada ratusan burung bangau terbang mencium air laut, lalu singgah di dataran pantai. Terkadang juga hinggap dipucuk batang pohon, seperti bercakap dengan daun mangrove. Tak hanya keindahan, tapi Ambulu juga menyimpan kekayaan ekosistem.

Dari sudut lain, ada hamparan tambak ikan dan garam yang luas,  dengan beberapa bangunan gubuk kayu dan rentetan kincir angin. Terlihat juga sekumpulan anak-anak bermain sepak bola di pinggiran tambak. Berlari kesana-kemari dengan telanjang dada dan tertawa lepas. Sangat ceria dan bebas.

Disore hari senja pun tiba , nampak memerah. Cahayanya memantul melalui air laut, dengan beratap birunya langit. Dibarengi suara gemuruh dari rentetan kincir angin yang tertiup angin.  Demikianlah  suasana Ambulu  yang  masyarkatnya hidup menyatu bersama alam.

Tapi, lihatlah suasana kota, sungguh kontras. Macetnya kendaran pagi dan sore hari. Barisan manusia berseragam menjalankan mesin produksi, manusia seperti sama, seragam, hanya nomor urut yang membedakannya .Waktu diisi hanya untuk berhadapan dengan mesin, pekerjaan dan rutinitas yang sama, manusia bekerja seperti mesin. Bosan, tak ada interaksi sosial, apa lagi dengan alam, yang ada melulu transaksi demi produksi.

Belum lagi deretan tembok yang berlapis baja dan kaca,  membuat suasana menjadi pengap. Jumlah  kendaran yang terus meningkat membuat kualitas udara memburuk. Ruang publik habis disulap menjadi mall dan deretan hotel. Dan lalu-lintas manusia seperti robot, yang keseharinya menjalani sistem yang dibuat. Jam berangkat dan pulang beraktifitas sudah ditentukan, bahkan tidur sekalipun. Tak lagi terihat keunikan dan kelucuan manusia, otentitas  manusia direduksi oleh sistem. Semua nampak seragam dan sama.

Apa iya begini pembangunan kota, yang kemajuan masyarakanyat dihitung hanya melalui statistik ekonomi. Yaitu, seberapa besar jumlah produksi, bagaimana memperbesar  akumulasi modal, dan seberapa besar surplusnya untuk pemodal. Seolah menegaskan bahwa uang adalah tujuan, sah saja walau kita mengeksplotasi manusia. Betul, inikah arah pembangunan kita?

Karena ada rencana, Ambulu akan dibangun daerah perindustrian. Dan berita ini membua kegilisahan bagi masyarakat Ambulu. Sosialisasi perencanan itu sudah dilakukan setahun yang lalu. Tersiar juga kabar, bahwa  pembebasaan lahan itu mengakibatkan masyarakat Ambulu terpecah. Ada  yang setuju lahannya dijual dan ada yang tidak, terjadi pro dan kontra.

Tapi, menurut salah satu warga sekitar, sosialisasi pembangunan industri sudah sampai dengan janji-janji. Dan salah satu janjinnya adalah,  masyarakat sekitar akan diberikan pekerjaan hingga anak dan cucu. Resah itu semakin membara, ketika orang asing datang ke Ambulu untuk memberi informasi bahwa pembebasaan lahan akan segera dieksekusi. oleh karenanya, bagi yang memiliki lahan agar segera mempersiapkan surat-suratnya. Karena harga permeter tanah sudah ditentukan, ini jelas membuat masyarakat panik.

Semestinya, varibel rencana  pembangunan tak cukup hanya dilihat dari segi potensi ekonomi. Aspek antropologis, sosilogis, dan kebudayaan sekitar perlu menjadi tinjuan utama. Dan presfektif  merawat kelestarian- kebudayaan sekitar adalah prosedur pertama yang harus dilewati. Mengapa,  karena dalam sejarah  eksistensi kebudayaan dan kelestarian setempat tak bisa disuntik dengan statistik ekonomi. Malah sebaliknya, dalam sejarah peradaban  manusia pembangunan yang berpondasi ekonomi itu rapuh, cepat  runtuh dan membawa bencana. Presfektif itulah yang mesti membuat pemangku kebijakan berpikir ulang soal rencana pembangunan, yang kini sudah menuai protes maha dasyat dari masyrakat sekitar.

Oleh sebab itu harus ada presfektif baru untuk melakukan pembangunan di era moderen. Karena sebetunya pembangunan di era moderen tak ditentukan oleh  kumpulan besi-besi yang nampak seperti rumah besar (pabrik) dan juga hasil produksinya. Dengan barisan manusia berseragam bekerja dengan rutinitas, setiap pagi berangkat dan sore hari pulang ke rumah. Dan hanya memiliki libur dihari minggu, jika ingin pengasilan tambahan disediakan lembur dihari libur.

Jika konsep pembangunan demikian,  manusia hidup seperti mesin, dan tercerabut dari kehidupan sosial dan alamnya. Waktu terisi hanya untuk berhadapan dengan mesin, bukan dengan manusia. Tak  lagi mengenal alam sebagai bagian dari hidupnya. Alam dilihat hanya entitas produsen konsumsi, bukan sebagai relasi.  Dan yang terjadi, manusia menjadi terasing dari ruang sosial dan alamnya.

Pembangunan mestinya berefek pada kebudayaan yang beradab. Manusia mampu hidup bersama dengan alamnya. Yang artinya, membiarkan masyarakat Ambulu hidup bersama kebudayaan otentikanya. Mampu hidup dan menghidupi alam yang memberikan kehidupan bagi  anak-cucunya nanti. Karena dengan merawat ekosistem  lingkungan sama halnya dengan memperpanjang masa peradaban manusia. Manusia ada karena lingkungan, yaitu alam.

Dengan harapan kelak, masih melihat burung berterbangan dan bukan asep pabrik. Masih merasakan jernihnya air laut, yang tak tercemari limbah pabrik. Masih ada tumbuhnya pohon mangruv, bukan beton-beton pabrik penyanggah pabrik.  Masih  memelihara tambak ikan dan garam, bukan gelondongan pipa dan besi karat. Karena kita spesies manusia masih perlu hidup dengan alam yang sesungguhnya. Untuk itu, jangan rusak ketentraman, kekayaan dan keindahan alam Ambulu.

 

Oleh : Kris Herwandi

Kamis, 29 Januari 2015

Tak Kunjung Dapat Penjelasan, Gemsos Datangi Kepolisian

Cirebon, Setaranews.com- Kasus Mobil dinas (mobdin) yang hingga kini masih belum terselesaikan tidak membuat para mahasiswa dari Gerakan Mahasiswa Sosialis (Gemsos) Cirebon berhenti untuk mengkaji permasalahan tersebut.

Pagi tadi Gemsos mendatang kantor polisi kota cirebon untuk meminta penjelasan proses hukum dugaan penyalahgunaan wewenang mengenai mobdin, karena sebelumnya gemsos sudah memberikan laporan baik lisan maupun tertulis.

Unjuk rasa dilakukan karena mereka merasa instansi pemerintah berjalan lamban, baik keterangan kejaksaan maupun dari pihak kepolisisan setelah lebih dari tiga bulan mereka diberikan laporan.

"Seharusnya ada tindak lanjut, tapi kami sama sekali tidak mendapat kejelasan informasi mengenai proggres penyelidikan sampai dimana "seru salah satu anggota Gemsos dalam orasinya.

Dari pihak kepolisian sendiri menanggapi unjuk rasa ini setelah para mahasiswa berorasi. Pihak kepolisian melalui Kasat Reskrim Polres Cirebon Kota AKP Hidayatullah menjelaskan bahwa tahap penyelidikan masih berjalan dan sudah memeriksa lima orang, namun masih belum memiliki alat bukti yang kuat.

"Sejauh ini masih dalam tahap penyelidikan dan sudah lima saksi kami panggil, dan kemungkinan kami akan kembali memriksa pak walikota namun setelah beliau sehat" Tutur Hidayat.

Setelah berdiskusi dengan para mahasiswa akhirnya kedua pihak pun sepakat agar bersama- sama berkomitmen mengawal kasus mobdin ini hingga menemui titik terang.

"

 

Minggu, 25 Januari 2015

Tanpa Menjadi Negeri, Unswagati Tetap Bisa Menjadi Universitas Sehat

UNSWAGATI, SETARANEWS.COM – Dalam orasi ilmiahnya Prof. Dr. Ir. Djoko Santoso membahas mengenai standarisasi dalam sebuah perguruan tinggi. Standar kualifikasi nasional serta UU No.12/2012 oleh Dikti merupakan sebuah acuan dalam standar perguruan tinggi yang digunakan. Perguruan tinggi harus memiliki statuta, apabila ingin menambah fakultas atau program studi sebaiknya ada distatuta. Statuta PTS ditetapkan oleh Badan Penyelenggara, dan harus memenuhi standar sehingga mendapat pengakuan. Pokok – pokok yang harus dipenuhi yakni sebuah keharmonisan dalam universitas misalnya tidak ada rektor tandingan (lebih dari satu) dan tidak ada konflik internal, modal insani yang memadadai, infrastruktur memadai, program berkualitas serta terkelola dalam akuntabel.

Akreditasi juga termasuk elemen penting, karena apabila universitas tidak memiliki akreditas yang jelas maka tidak mempunyai hak mengeluarkan ijazah. Untuk mengecek nama mahasiswa dapat diakses di PDPT Dikti.

“Bisa juga dari APBD, jadi Pak Wali Kota bantu Unswagati boleh, Undang-undang yang berlaku bukan saya, Bila ingin membuat perguruan tinggi harus janji akan bermutu dengan standar minimum”. Ujar Djoko Santoso pada saat orasi ilmiahnya pada (24/01) di Hotel Apita.

Selain yang disebutkan diatas kriteria sebuah PTS (Perguruan Tinggi Swasta) yang sehat terdiri atas tidak melakukan pembelajaran diluar domisili, tidak ada yayasan tandingan, memeniuhi statuta, membuat PTS yang harmonis, memahami standar perguruan tinggi khususnya sumber daya, mencari keunggulan PTS dibanding dengan lainnya, dan menjadikan universitas sebagai tempat yang nyaman.

 

Ketua APTISI : “Jika Unswagati Tidak Negeri, Itu Takdir”

UNSWAGATI, SETARANEWS.COM – Membahas persoalan proses Unswagati menjadi PTN, dalam orasi ilmiah dengan mengusung tema “Kesiapan Perguruan Tinggi Memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dan Prospek Penegerian Unswagati” Dr. Ir. H. Budi Djatmiko, M.Sc. selaku Ketua APTISI (Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia) Jabar – Banten juga menyampaikan orasinya tentang usaha serta ikhtiar insan Unswagati dalam pemenuhan syarat PTN.

Ketua APTISI menilai Unswagati sudah berusaha merubah statusnya menjadi PTN walaupun sampai kini masih tertunda . “Ikhtiar sekuat tenaga bila tidak jadi negeri, itu takdir”. Ujar Budi Djatmiko dalam pidato sambutannya pada (24/01).

Perluasan lahan yang belum terpenuhi harus mencapai 30 hektar masih menjadi kendala, menjadi kesedihan bila Unswagati tidak jadi PTN. Namun kembali lagi beliau mengatakan itu semua merupakan takdir  yang tak bisa ditolak.

“Menjadi orang pintar tapi tidak bermanfaat itu percuma, sama seperti negeri atau tidak yang penting bermanfaat”. Tambah Budi Djatmiko.

Usaha penegerian universitas sudah maksimal namun kebijakan pemerintah baru mengatakan tidak ada proses penegerian itu juga merupakan sebuah takdir.

“Bila usaha penegerian sudah mati-matian namun Jokowi bilang tidak ada penegerian itu takdir”. Tandasnya.

 

Unswagati Negeri atau Tidak, Tantangan MEA Harus Dihadapi

UNSWAGATI, SETARANEWS.COM -  Masih dalam suasana Orasi Ilmiah yang diadakan Unswagati Cirebon pada (24/01) Prof. Dr. Ir. Djoko Santoso selaku Ketua Dewan Pertimbangan Badan Asosiasi Penyelenggara Perguruan Tinggi Swasta, juga sebagai pembicara menjelaskan tentang apa keterkaitan MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) dengan prospek penegerian Unswagati.

“Temanya menarik tentang kesiapan menghadapi MEA, tapi kok ujungnya penegerian Unswagati, saya sendiri juga bingung ini gimana nyambungnya”. Ujar Djoko Santoso pun tertawa saat memulai orasi ilmiahnya.

Direncanakan awal oktober 2014 lalu Unswagati sudah menjadi negeri namun nyatanya tidak. Kerjasama global ekonomi ASEAN bermula pada tahun 2010, dan tahun 2015 inilah MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) dimulai. Standar nasional perguruan tinggi dalam MEA harus memenuhi SOP (Standar Operasional Prosedur) yakni profesional dan tenaga terampil tanpa mempedulikan PTN atau PTS. Peta jalan perguruan tinggi bermula pada harmonisasi pada tahun 2008/2009 sampai perluasan penyiapan dan pelaksanaan bidang profesi sampai 2014. Bidang profesi yang berdasarkan MRA seperti insinyur, arsitek, akuntan, survei pertahanan, dokter, dokter gigi, ners dan pariwisata. MEA dalam penerapannya semua yang terkait dalam keprofesian harus berstandar.

Standar nasional Dikti dimasing-masing negara sebagai acuan dalam membuat standar Perguruan Tinggi yang digunakan. Serta berlandaskan pada UU No. 12/2012 oleh Dikti yaitu otonomi, perluasan dan jaminan akses, juga perkembangan Tridharma perguruan tinggi secara menyeluruh. Selain berkompetisi di Indonesia Unswagati juga harus bekerjasama dengan perguruan tinggi dinegara lain.

“Bagaimana bila nanti ada dari Myanmar datang ke Indonesia untuk melamar kerja, dan sudah memenuhi standar mau apa kita? Nah ini adalah tantangan kita. Tidak melihat lagi PTN atau PTS. Kita harus meningkatkan mutu”. Tambah Djoko Santoso.

Indonesia sudah terlebih dahulu memiliki kualifikasi nasional dibanding negara Malaysia, untuk penjaminan mutu internal dan eksternal. Perguruan tinggi dituntut membentuk mahasiwa mempunyai pemikiran baru, inovasi baru, budaya baru, ilmu pengetahuan baru sehingga terciptalah pakar bidang tertentu.

”Bila ada yang kuliah di Unswagati tidak ingin menjadi pakar tertentu, Pak Rektor keluarkan saja. Cuma dapat selembar kertas, mending Bapak kasihnya sekarang saja tapi bukan pakai tandatangan tapi pakai cap jempol”. Cetus Djoko Santoso dalam orasinya.

Kesimpulan pada acara tersebut menyebutkan bahwa ikhtiar Unswagati Cirebon dalam memenuhi syarat PTN sudah maksimal, namun PTN atau PTS yang penting kita bisa berkarya. Orasi ilmiah pun selesai pada pukul 13.00 WIB di Hotel Apita Tower Lantai 6.

Unswagati Siapkan Diri Menghadapi MEA 2015

Cirebon, setaranews.com – Memasuki tahun 2015 Unswagati (Universitas Swadaya Gunung Jati) tengah siapkan upaya untuk menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) yang akan dimulai pada tahun ini. Melalui misi Unswagati yang menjadikan Unswagati sebagai Perguruan tinggi yang bereputasi nasional dan berjejaring global, maka akan mampu untuk menghadapi persaingan global terutama dalam sektor pendidikan.

“Misi ini diharapkan dapat mengakomodasi kebijakan pemerintah Jawa Barat melalui bapak gubernur yang meminta Unswagati untuk alih status menjadi PTN dan dengan mulai diberlakukannnya forum masyarakat ekonomi ASEAN” ujar Rektor Unswagati dalam sambutan acara orasi ilmiah yang diadakan di Hotel Apita kemarin (24/1). Upaya yang dilakukan untuk menghadapi MEA kali ini seperti peningkatan komponen pendidikan dan pembelajaran, melakukan perencanaan  akreditasi institusi Unswagati, menjalin kerjasama dengan universitas ternama baik di dalam negeri maupun di luar negeri, meningkatkan komponen sistem perkuliahan, dan meningkatkan rasio tenaga pengajar yang berkompeten dalam bidangnya.

“Kompetisi pada peguruan tinggi tidak lagi hanya dengan perguruan tinggi yang ada di Indonesia namun sudah meliputi perguruan tinggi sekurang-kurangnya di wilayah regional ASEAN, maka dari itu kami menyadari bahwa Unswagati perlu melakukan banyak upaya agar bisa tetap eksis” tutur Rochanda Wiradinata selaku Rektor Unswagati Cirebon.

MEA menjadi cita-cita bagi negara yang bergabung dalam organisasi regional ASEAN guna membentuk masyarakat yang damai, harmonis, makmur, sejahtera dan terintegrasi di  wilayah ASEAN. Konsep dari Masyarakat Economic Community dalam menciptakan ASEAN sebagai sebuah pasar tunggal diharapkan mampu untuk mengurangi kemiskinan yang terjadi diantara negara-negara anggotanya  melalui kerjasama antar negara.

Proses Penegerian Unswagati Temui Kendala Baru

Cirebon, setaranews.com – Proses penegerian Universitas Swadaya Gunung Jati (Unswagati) kini diperkirakan akan semakin lama. Kendala dalam penegerian ini dari awal yaitu kurangnya lahan 9 hektar, tetapi saat ini muncul kendala baru lagi yaitu dengan adanya pergantian pimpinan negara. Pergantian presiden ini maka secara pasti akan berganti pula susunan kabinetnya. “Dengan adanya pergantian pimpinan negeri, apakah kebijakan terkait penegerian Unswagati masih tetap akan dilanjutkan atau tidak” ujar Rochanda Wiradinata dalam sambutannya di Hotel Apita dalam rangka orasi ilmiah yang mengusung tema ‘Kesiapan Perguran Tinggi Memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN dan Prospek Penegerian Unswagati’.

Dimulai pada tanggal 9 agustus 2009 pemerintah Jawa Barat meminta kepada Rektor Unswagati yang saat itu masih dipegang oleh  Djakaria Machmud agar Unswagati beralih status menjadi Perguruan Tinggi Negeri (PTN), supaya mampu mengurangi beban kota Bandung. Alih status inilah yang akhirnya menjadi keputusan final bagi yayasan beserta civitas akademi Unswagati.

“Dari sudut pandang Unswagati sendiri bahwa ketidakpastian proses penegerian ini akan menjadi penghambat Unswagati  sendiri terutama dalam upaya mengembangkan lembaga, baik akademik maupun non akademik lainnya, tentunya untuk menambah program studi baik di program sarjana maupun di magister” tutur Rektor Unswagati saat memberikan sambutannya kemarin (24/1)

Penegerian Unswagati Terhambat, Ajukan Hibah Jadi Alternatif

UNSWAGATI, SETARANEWS.COM – Pada orasi ilmiah bertema “Kesiapan Perguruan Tinggi Memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dan Prospek Penegerian Unswagati” di Hotel Apita Tower, Rektor Unswagati membahas mengenai prospek Unswagati mendatang. Beliau menjelaskan proses perkembangan terakhir Unswagati dengan Dirjen PTN (Perguruan Tinggi Negeri).

Sejak tahun 2009 Unswagati mulai berusaha melakukan persyaratan menuju PTN, pada tanggal 5 Januari 2013 proses PTN pun masih berlanjut. Kemudian pada 10-14 Juni 2013 mengadakan auditorium, Dirjen Dikti telah mendatangi Unswagati Cirebon sebagai entri status PTN agar terwujud, tentunya melihat bagaimana kualitas serta prasarana kampus ini.

Terkait masalah penggandaan lahan harus mencapai 30 hektar sebagai syarat sebuah PTN, sementara Unswagati masih terhambat sembilan hektar lagi. Sebagai alternatif Djoko Santoso selaku Dirjen Dikti pada saat itu mengusulkan agar Unswagati mengajukan hibah ke pemerintah kabupaten Kota Cirebon. Tim penegerian pun telah menemui Bupati dan DPRD Kota Cirebon. Namun surat rekomendasi tersebut menjadi dilema.

“Rekomendasi ke DPRD dan Bupati tidak jelas kelanjutannya, suratnya juga ngga puguh”. Ujar Rektor Unswagati atau akrab disapa Prof. Johan ini pada pidato sambutannya.

Selain terhambat kurangnya lahan serta surat rekomendasi, ketidakpastian penegerian Unswagati juga terkait kebijakan pemerintah pusat yang baru pada kabinet kerja Jokowi apakah proses PTN dilanjutkan atau tidak.

“Target prospek penegerian tentu akan sangat bergantung pada kebijakan pemerintah provinsi, konsistensi penggandaan lahan, kebijakan pemerintah pusat dalam hal ini kementerian ristek dan Dikti”. Tambah Rektor Unswagati saat ditemui SetaraNews pada (24/01).

Sementara itu saat Unswagati akan mengajukan program studi baru yaitu PGSD dan Magister Manajemen, Dirjen Dikti juga menundanya. “Jawaban dari Dirjen Dikti nanti kalau proses Unswagati jadi negeri”. Tutupnya.

 

Lahan 9 Hektar Gagalkan Penegerian Unswagati

Cirebon, setaranews.com – Pemerintah Kabupaten Cirebon gagal melakukan sertifikasi lahan sembilan hektar yang akan digunakan oleh Unswagati (Universitas Swadaya Gunung Jati) sebagai pemenuhan syarat untuk menuju PTN (Perguruan Tinggi Negeri).  Unswagati meminta program hibah kepada Pemkab Cirebon atas arahan dari Ir. Djoko Santoso selaku Direktur Jendral Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) saat bertemu pada awal bulan Maret 2014 lalu. Dari 11 persyaratan yang diajukan untuk menjadi PTN hanya satu yang belum terpenuhi yaitu kekurangan sembilan hektar tanah, yang sejatinya persoalan tanah ini merupakan kewenangan Pemprov dan Pemkot.

Atas saran dari Dirjen Dikti, maka Unswagati menemui Bupati, Wakil Bupati, dan ketua DPRD Kabupaten Cirebon. Ketua DPRD memberikan surat rekomendasi tentang persetujuan hibah kepada Bupati dengan tembusannya kepada Kemendikbud (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan).  Dengan begitu maka setidaknya proses sertifikasi harus selesai sebelum bulan Oktober tahun lalu.

“Dalam perkembangannya, kami terus menerus mempertanyakan bagaimana proses sertifikasi itu dilakukan dan pada akhirnya Pemkab Cirebon tidak berhasil mensertifikasikan tanah itu, bahkan surat rekomendasi dari DPRD itu pun tidak jelas kelanjutannya sampai sekarang” tutur Rochanda Wiradinata dalam sambutannya kemarin (24/1) di Hotel Apita dalam rangka orasi ilmiah, yang mengusung tema ‘Kesiapan Perguran Tinggi Memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN dan Prospek Penegerian Unswagati’.

Sabtu, 24 Januari 2015

Rektor : "Unswagati Yang Penting Sebagai Perguruan Tinggi Bermutu"

UNSWAGATI, SETARANEWS.COM – Masih dalam rangka memperingati Dies Natalies (Ulang Tahun) ke-54, Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon usai menyelenggarakan acara Orasi Ilmiah bertema “Kesiapan Perguruan Tinggi Memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dan Prospek Penegerian Unswagati”. Bertempat di Hotel Apita Tower Lantai 6. Acara tersebut dimulai pukul 09.00 WIB hingga 13.00 WIB. Dengan mendatangkan Prof. Dr. Ir. Djoko Santoso selaku Ketua Dewan Pertimbangan Badan Asosiasi Penyelenggara PTS sebagai pembicara/narasumber. Selain itu dalam kegiatan orasi ilmiah pagi tadi dihadiri oleh Ketua APTISI (Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia) Jabar – Banten, Wali Kota Cirebon (Perwakilan), DPRD Kota Cirebon, Ketua Yayasan Unswagati, serta mahasiswa Unswagati. Orasi Ilmiah ini dibagi menjadi dua sesi acara yakni Diskusi Monolog dan Diskusi Panel. Dengan Dr. Ir. Alfandi M.Si sebagai Ketua Penyelenggara.

Dalam orasi ilmiah membahas bagaimana persiapan Unswagati Cirebon sebagai Universitas yang digadang-gadang akan menjadi PTN dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Konsep dari ASEAN Komoditi sendiri yaitu Free and Flow diharap dapat mengurangi kemiskinan. Akibat dari adanya pasar bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN sangat berpengaruh bagi sektor pendidikan teruatama pada bidang SDM (Sumebr Daya Manusia).

“Standar nasional dan internasional menjadi alat seleksi menentukan eksistensi Unswagati. Menjadikan Unswagati sebagai PTN bereputasi nasional, berkontribusi serta bermartabat.” Ujar Rektor Unswagati Cirebon dalam pidato sambutannya.

Kompetisi perguruan tinggi pun tidak hanya di Indonesia. Untuk itu Unswagati dituntut agar terus meningkatkan kualitas dari berbagai aspek, termasuk juga berusaha memenuhi tuntutan rasio melalui Dirjen Dikti. Jumlah mahasiswa aktif saat ini sekitar 14.200 mahasiswa.

Orasi ilmiah tadi juga membahas persoalan ketidakpastian Unswagati Cirebon akan menjadi PTN terkait kurangnya lahan, kebijakan pemerintah pusat serta kementerian. “Unswagati tidak harus memikirkan negeri atau swasta yang penting sebagai perguruan tinggi bermutu”. Tambah Rektor Unswagati saat ditemui SetaraNews pada (24/01) tadi.

Setelah diselenggarakannya acara tersebut diharapkan mahasiswa Unswagati Cirebon dapat membuka wawasan serta bersaing didunia global. “Jelas, mahasiswa itu harus membuka wawasan fenomena cakrawala berpikir tidak hanya di Unswagati tetapi juga menghadapi tantangan global”. Tandasnya.

 

Adakan Orasi Ilmiah, Namun MEA atau PTN?

Cirebon, SetaraNews.com – Dalam rangkaian acara Dies natalis ke-54 Universitas Swadaya Gunung jati (Unswagati) Cirebon, mengadakan Orasi Ilmiah dengan tema “Kesiapan Perguruan Tinggi memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN dan Prospek Penegerian Unswagati” dengan pembicara Prof.Dr.Ir.Djoko Santosa M,sc selaku Ketua Dewan Pertimbangan Badan Asosiasi Penyelenggaraan Perguruan Tinggi swasta.
Acara yang dimulai pukul 09:00 hingga selesai dan bertempat di hotel Apita. Serta dihadiri oleh koordinator aptisi, beberapa petinggi unswagati, para dosen dan para mahasiswa dari berbagai fakultas.

Dari sambutan yang disampaikan hanya sedikit yang menyinggung tentang MEA, begitu pun dengan pembicara.
“Hanya kejelasan masalah prospek penegerian unswagati, tetapi tentang tema itu sendiri hanya sedikit dan pemateri lebih membahas PTN” Ujar salah satu Mahasiswa Fakultas Pertanian yang hadir dalam acara tersebut

Sangat disayangkan karena pembahasan lebih ke arah proses penegerian unswagati dibandingkan dengan tema.
Saat diadakan Sesi Diskusi Panel oleh pihak panitia, serta dimoderatori oleh Dekan Fakultas Ekonomi, Kebanyakan dari peserta bertanya tentang status PTN.

Bisa tidak proses penegerian cuti dulu, dan lebih fokus ke penambahan prodi (program studi) serta tentang mutasi dosen, salah satu contoh pertanyaan dari peserta orasi ilmiah yang juga Dekan Teknik Sipil.

Meski begitu acara orasi ilmiah berjalan sesuai rencana dan lancar, acara ini diakhiri dengan makan siang bersama.

Rabu, 21 Januari 2015

Hipmagri Tekankan Loyalitas Bagi Pengurus Baru

Unswagati, setaranews.com- Setelah musyawarah umum yang diadakan oleh mahasiswa pertanian,Baik BEM dan HMJ melakukan perekrutan untuk mengisi kepengurusan mereka. Seperti Hipmagri yang akan melakukan interview penyeleksian pengrekrutan anggota dan pengurus yang baru, Interview ini berlangsung mulai hari Rabu tepatnya pada tanggal 21 Januari-22 Januari.

Himpunan ini cukup diminati oleh mahasiswa karena dapat mengembangkan diri dalam berorganisasi bagi yang mengikutinya, namun selain minat para mahasiswa juga harus memiliki loyalitas dalam berorganisasi nanti. “ Dalam penyeleksian ini yang Saya harapkan dari mahasiswa adalah kesungguhannya. Bukan Ia yang pintar atau kreatif dan sebagainya, Melainkan seberapa besar loyalitas yang akan ia berikan untuk organisasi ini”, ucap Muhamad Syahru selaku ketua Hipmagri saat ini.

Dalam organisasi ini para pengurus yang sudah terbentuk akan berusaha untuk membuat para pemula merasa senyaman mungkin agar mereka akan merasa bahwa mereka membutuhkan organisasi ini sebagai wadah untuk berekspresi.

Di Hipmagri pun memiliki banyak keuntungan, seperti dapat berinteraksi dengan banyak orang, belajar berbicara, mengetahui kepemimpinan yang baik, memiliki lebih banyak teman dan jaringan. "Harta yang palin indah itu sesungguhnya adalah jaringan”, seru mahasiswa yang akrab dipanggil Syahru itu.

Selasa, 20 Januari 2015

Tema di Samakan, Acara ADP Tetap Berlangsung Lancar

Unswagati, Setaranews.com- FKIP Bahasa Inggris mengadakan acara ADP (Annual Drama Performance) ke-7 dengan tema “ Live Your Love lnto Your Action”.  Acara ini diikuti khusus bagi mahasiswa tingkat 3 fakultas bahasa inggris. Acara ini berlangsung selama dua hari di kampus 3 FKIP, Hal ini merupakan bagian dari tugas UAS mata kuliah drama.

Dalam pelaksanaannya panitia tidak terlalu mengalami kesulitan karena semua bekerja sangat solid dan berkordinasi dengan mahasiswa tingkat tiga lainnya.

“Kami tidak mengalami kesulitan karena semua bekerja dengan solid, acara ini butuh persiapan selama satu bulan, untuk dana acara ini kita ambil dari swadaya mahasiswa tingkat tiga dan sebagian kita mengajukan proposal ke prodi, Saya sangat senang dipercaya sebagai ketua pelaksana karena ini pengalaman pertama saya.” Ujar Purwanto

Perbedaan ADP tahun ini dengan tahun sebelumnya yaitu terletak pada judul drama setiap kelasnya. Tahun lalu judulnya berbeda-beda setiap kelas. Untuk tahun ini judulnya disamakan yaitu cerita romeo juliet.

“ Dalam persiapan kita menemukan beberapa kendala seperti mengkordinasikan anak-anak untuk latihan dan pastinya merasa nervous sebelum tampil. Pembagian divisi mempermudah kita selama persiapan pelaksanaan drama ini, seperti divisi make up, divisi properti dan sebagainya. “  Ujar salah satu peserta ADP. Ia juga berharap acara ini dipersiapkan lebih matang lagi supaya tidak lagi terjadi kendala seperti tadi di backstage bagian lighting.

Unswagati Ingin Kembali Berjaya di Bidang Olahraga

Unswagati, SETARANEWS.COM – Setelah selesai diwawancarai mengenai pelaksanaan kegiatan turnamen olahraga bertajuk “Rektor Cup” yang usai digelar. Kini WR (Wakil Rektor) III memberikan tanggapan serta harapannya terhadap keolahragaan di Unswagati khususnya untuk mahasiswa. WR III sendiri menangani bidang kemahasiswaan sekaligus menjadi Ketua Bidang Olahraga, untuk bola voli fokus diinternal kampus sedangkan olahraga futsal selain ditingkat internal juga se-wilayah III Cirebon.

Mahasiswa Unswagati dianggap lebih berfokus pada bidang akademis dibanding aktivitas bidang olahraga. Target dari WR III sendiri ingin mengembangkan kegiatan mahasiswa terutama dibidang olahraga. Prestasi olahraga Voli di Unswagati saat ini sedang menurun, beliau berharap  agar Unswagati dapat mengulang prestasi seperti terdahulu, juga mencapai puncak kejayaan pada bidang olahraga.

“Dulu kita pernah menjadi raja voli, raja sepak bola” Ujar Dudung Hidayat sebagai WR III sekaligus Ketua Bidang Olahraga.

Dalam waktu dekat ini akan ada turnamen Liga Sepak Bola Mahasiswa, itu juga menjadi acuan target WR III Bidang Kemahasiswaan.

“Walaupun tidak dilombakan sepak bola, tetapi bibit-bibit dapat dikembangkan melalui futsal di Kampus. Setidaknya kita masuk didivisi utama Liga Sepak Bola Mahasiswa ini dalam waktu dekat, bulan Februari.” Tambah WR III saat ditemui SetaraNews (16/01) lalu di ruangannya.

Tidak hanya prestasi ditingkat daerah saja, namun harapannya Unswagati dapat lebih mengembangkan prestasinya pada tingkat nasional juga, serta selau diperhitungkan.

Sabtu, 17 Januari 2015

Ormawa Faperta Buka Open Recruitment, Faperta Diharapkan Semakin Solid

Unswagati – SetaraNews.com, Pasca Musyawarah Umum Mahasiswa Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon, ketua umum terpilih masing-masing Ormawa di Fakultas Pertanian, diantranya Hipmagro, Hipmagri, dan BEM-FP (Fakultas Pertanian) langsung mengadakan open recruitment guna penjaringan calon pengurus untuk masa bakti 2015/2016 ini.

Terlihat brosur open recruitment masing-masing ormawa terpampang di kaca-kaca ruang kelas Fakultas Pertanian, Hipmagro melaksanakan open recruitment tanggal 14-19 Januari 2015.

“Saya akan melaksanakan open recruitment, untuk pendaftaran dikasih waktu dari tanggal 14-17 Januari 2015” ujar Ketua hipmagro terpilih, Abi Sofyan Wiratanaya siang tadi (17/1).

“Kemudian akan dilanjut interview pada tanggal 19 Januari 2015” lanjut mahasiswa agroteknologi semester III itu.

Senada dengan Hipmagro, Ketua Hipmagri terpilih, Muhammad Syahru juga melakukan open recruitment pada tanggal 16-22 Januari 2015. Berbeda dengan ketua Hipmagro terpilih, ketua Hipmagri terpilih lebih memilih mengadakan interview dalam dua hari.

“Mengingat waktu mendekati hari tenang, jadi kalo cuma sehari saya kira tidak akan cukup” ujar Ketua Hipmagri terpilih, Muhammad Syahru pada siang tadi (17/1).

“Selain juga mengejar target, karena sebentar lagi kita akan menghadapi UAS” – lanjutnya.

Serupa dengan Hipmagro dan Hipmagri, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM-FP) pun baru melakukan open recruitment guna penjaringan dimulai pagi tadi (17/1).

“BEM akan melakukan open recruitment dimulai dari tanggal 17-23 Januari 2015, untuk pengisian formulir tanggal 17-21 Januari dilanjutkan interview pada tanggal 23 Januari” ujar wakil ketua BEM terpilih, Harun.

Dengan adanya jabatan baru di Ormawa Faperta ini diharapkan antar ormawa di Faperta bisa semakin solid lagi.

“Dengan open recruitment ini, semoga antar organisasi di Faperta bisa berjalan solid” tukas Uung Kamarujaman salah satu mahasiswa agribisnis.

Terpisah, presidium mahasiswa fakultas pertanian mengungkapkan, bahwa pelantikan akan dilakukan dalam waktu dekat ini.

“Pelantikan akan dilakukan dalam waktu dekat ini, insyaallah secepatnya karena tanggal 26 Januari 2015 juga kita sudah menghadapi UAS” ujar Presidium mahasiswa Fakultas Pertanian pada siang tadi (17/1).

Euforia Dies Natalis Tidak Sampai Mahasiswa, Ini Tanggapan Bidang Humas

Jum’at (16/1) Universitas Swadaya Gunung Jati (unswagati) Cirebon merayakan Miladnya yang ke-54, namun sangat di sayangkan,acara yang seharusnya dapat diramaikan dan dipartisipasi oleh seluruh masyarakat kampus hal ini justru terlihat hanya dinikmati beberapa dosen dan mahasiswa. Banyak mahasiswa yang tengah mengikuti kegiatan Ujian Akhir Semester (UAS) serta para dosen yang masih sibuk memberi perkuliahan dikelas dan mengawas di ruang ujian.

Banyak mahasiswa mengeluh atas ketidak sampaian informasi dies natalis unswagati, bahkan ada yang baru mengetahui unswagati mengadakan acara hiburan untuk dies natalis ke-54 ini “wah, saya baru tahu unswagati ada acara dies natalis, kalau enggak ke kampus satu pasti enggak tahu ada acara ini” ujar Nurul, mahasiswi fakultas pendidikan bahasa inggris.

Namun bidang Humas mengaku sudah melakukan publikasi namun setiap event terdapat bagian -bagiannya sendiri terkait publikasi acara dies natalis Unswagati “kalau publikasi tiap event - event selalu disampaikan agendanya, kemudian kalau perayaan dies natalis ada seksi-seksi itu sendiri, karena masing-masing seksi punya kebijakan sendiri” ujar siti Khumaya di ruang Wakil Rektor IV. Acara dies natalis unswagati tersebut dibawah tanggung jawab dari wakil rektor II.

Jumat, 16 Januari 2015

Tasyakuran Mengisi Puncak Acara Dies Natalis Unswagati

 

Unswagati, SetaraNews.com  - Dalam serangkaian acara Dies Natalis (Ulang Tahun) Universitas Swadaya Gunung Jati (Unswagati) Cirebon, beberapa peralatan acara pun diselenggarakan untuk memperingati hari lahirnya Unswagati ke-54. Acara puncak Dies Natalis Unswagati yang jatuh pada tanggal 16 Januari ini diisi dengan kegiatan Tasyakuran sekaligus memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW 1436h.

Acara tersebut dilaksanakan oleh Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Nurul Imni sebagai pelaksana. Tidak hanya para staf dan karyawan, mahasiswa juga ikut meramaikan kegiatan tersebut. Berdasarkan perkembangan zaman yang terus berjalan seiring dengan berputarnya waktu, acara ini mengambil tema "Melalui Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW Kita Bangun karakter Islami Bangsa Untuk Menghadapi Era Globalisasi" dengan narasumber Kh. Drs. Abdul Hasyi Imam, M.Ag yang merupakan pimpinan/pengasuh pondok pesantren gedong Kecamatan Pagenan.

"Selain untuk menjalin silaturahmi sesama civitas akademika Unswagati, kita juga mengundang warga dilingkungan sekitar kampus Unswagati.' Ujar Ahsanul Habibi selaku pengurus DKM dan Ketua Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Imni.

Selain itu, pendapat pun muncul dari keluarga besar Unswagati. Menurut salah satu anggota dari Ikatan Keluarga Unswagati (IKU), Endang yang juga sebagai salah seorang istri dari dosen Fakultas Kedokteran (FK) Unswagati ia sangat mengapresiasi dengan serangkaian acara kali ini. Apalagi, menurutnya acara puncak diisi dengan Tasyakuran. Lebih lanjut, ia pun menuturkan bawha memang acara tersebut merupakan serangkaian dari kegiatan Dies Natalis Unswagati ke 54.

"Semoga kedepannya Unswagati bisa lebih baik, dan kita selaku Individunya juga menjadi lebih baik." Tuturnya.

Usai Digelar, Berikut Daftar Pemenang Rektor Cup Unswagati

UNSWAGATI, SETARANEWS.COM – Dalam rangka Dies Natalis (Ulang Tahun) ke-54, Universitas Swadaya Gunung Jati (Unswagati) Cirebon menggelar turnamen olahraga yang bertajuk “Rektor Cup”. Acara tersebut bertempat di salah satu Sport Centre Jalan Pemuda dan  di Lapangan Kodim. Turnamen ini diselenggarakan pada tanggal 6-10 Januari 2014 lalu. Mulai pada pukul 08.00 WIB sampai 16.00 WIB. Untuk bidang olahraganya sendiri yaitu Bola Voli dan Futsal. Peserta turnamen Bola Voli untuk tingkat internal antar karyawan, dosen dan mahasiswa. Sedangkan turnamen Futsal berasal dari sejumlah 40 siswa SMA (Sekolah Menengah Atas) sederajat wilayah III Cirebon. Untuk tingkat SMA se-derajat sendiri tahun ini mengalami peningkatan. Kegiatan tersebut telah menjadi agenda rutin tiap tahunnya. Berikut daftar tim pemenang turnamen Rektor Cup :

TURNAMEN BOLA VOLI

  1. Turnamen Bola Voli antar Karyawan/Dosen (Putra)


-          Juara I Universitas

-          Juara II Fakultas Hukum

-          Juara III Fakultas Kedokteran

  1. Turnamen Bola Voli antar Karyawan/Dosen (Putri)


-          Juara I Ikatan Keluarga Unswagti (IKU)

-          Juara II Fakultas Teknik

-          Juara III Fakultas Kedokteran

  1. Turnamen Bola Voli antar Mahasiswa Putra


-          Juara I Fakultas Ekonomi

-          Juara II FKIP

-          Juara III FT

  1. Turnamen Bola Voli antar Mahasiswa Putri


-          Juara I FKIP

-          Juara II FT

-          Juara III FK

 

TURNAMEN FUTSAL

  1. Turnamen Futsal antar Karyawan/Dosen


-          Juara I Universitas

-          Juara II FKIP

-          Juara III FE

  1. Turnamen Futsal antar Mahasiswa


-          Juara I FE

-          Juara II FT

-          Juara III FISIP

  1. Turnamen Futsal antar SMA/SMK/MA Se-Wilayah III Cirebon


-          Juara I SMAN 1 CIWARINGIN

-          Juara II SMAN 1 PALIMANAN

-          Juara III SMA NU LEMAHABANG

“Untuk peserta futsal mengalami peningkatan karena futsal ini olahraga yang cukup digemari saat ini, kebetulan juara tingkat SMA semuanya berasal dari Kota Cirebon. Pesertanya ada dari Majalengka, Subang, Kuningan”. Ujar Dudung Hidayat M.Si sebagai WR III juga selaku Ketua Bidang Olahraga Dies Natalis Unswagati.

Tim yang berhasil menjadi pemenang pada bidang Futsal tingkat SMA se-derajat akan diberi piala serta uang pembinaan sebesar Rp2.000.000,- untuk juara I, sedangkan juara II sebesar Rp1.500.000,- dan juara III Rp1.000.000. Pada bidang Bola Voli tingkat internal kampus diberikan uang pembinaan sebesar Rp800.000,- untuk juara I, untuk juara II sebesar Rp600.000,- dan juara III Rp400.000.

“Antusias dari mahasiswa bagus, luar biasa. Tapi gesekan sesama mahasiswa itu wajar. Mereka saling memahami saling mengerti bahwa ini kompetisi olahraga, mengedepankan fairplay sportivitas”. Tambah Dudung saat ditemui SetaraNews pada (16/01) siang tadi di ruangannya.

Namun momentum Dies Natalis kali ini kurang tepat karena bentrok dengan jadwal UAS (Ujian Akhir Semester) mahasiswa juga sebagian telah libur.

“Harapan kedepan Unswagati menjadi raja voli, raja sepak bola”. Tandasnya.

 

Tahun Ini Unswagati Ulang Tahun Dua Kali

Unswagati-Setaranews.com Universitas swadaya gunung jati (Unswagati) di tahun 2015 ini akan melaksanakan dies natalis dua kali dalam setahun. Hal ini dikarenakan selama ini ada kesalahan pengambilan tanggal dies natalis yang setip tahun digelar tiap 16 Januari.

Koreksi ini dilakukan setelah Direktorat jendral pendidikan tinggi (Dikti) menilai dies natalis Unswagati semestinya diambil dari tanggal peresmian Universitas, bukan pendirian yayasan seperti yang sekarang dilaksanakan sebelumnya.

“Menurut analisa awal Unswagati lahir 16 Januari 1961. Tapi, ada revisi setelah dapat petuah dari dikti, Unswagati itu lahir pada 29 Desember 1962, jadi tahun ini kita dua kali mengadakan dies natalis ” Kata Rektor saat ditemui usai gelaran wisuda ke LXI kemarin.

Dengan begitu jika di hitung, jika dies natalis Januari ini adalah peringatan yang ke 54 tahun. Maka Desember nanti umur Unswagati berkurang menjadi 53 tahun.

Warek II : Unswagati Harus Tingkatkan Kualitas

Unswagati-Setaranews.com Unswagati yang menginjak tahun ke 54-nya ini, perbaikan dibanyak sektor masih menjadi pekerjaan rumah bagi Universitas yang memiliki tujuh fakultas tersebut. Salah satunya ialah kualitas dan kapabilitas. Setidaknya itu yang diucapkan Wakil Rektor Dua  H. Acep Komara, Drs. SE, MSi ketika eksklusif Setara temui sore tadi di ruang kerjanya. Selain itu, menurut Acep Unswagati juga perlu menciptakan atmosfir akademik yang baik.

“Unswagati kedepan harus lebih baik, karena itu harus ada usaha untuk meningkatkan kualitas dan kapabilitas. Dan sekarang ini di titik beratkan ke arah ilmiah supaya untuk menciptakan atsmosfir akademik yang lebih baik.” ujar Acep

Lebih lanjut, kepala bidang dua ini juga memaparkan harapan agar bidang-bidang yang ia komandoi bisa ditingkatkan kinerja dan kedisiplinanya.

“Bidang dua bidang yang paling banyak garapanya. Ada keuangan, umum, perlengkapan, kepegawaian. Ya saya ingin agar masing-masing bidang ini ada peningkatan kinerja. Misanyal seperti kepegawaian supaya mereka lebih baik lagi. disiplin lagi”. Tambahnya

Acep juga menambahkan untuk menambah kualitas Universitas. Sarana prasarana kampus mesti harus ditingkatkan

“Masalah sarana prasanan kita tingkatkan sesuai kemampuan lembaga ya dalam rangka meningkatkan kualitas lembaga yang lebih baik lagi.” Tandasnya.

 

Dies Natalis Ganggu Kegiatan UAS

Cirebon-Setaranews.com - Jumat pagi Unswagati memperingati ulang tahun ke-54 yang diadakan di kampus 1. Acara ini dimeriahkan dengan berbagai pertunjukan dan unjuk bakat. Beberapa pengisi acara adalah merpati putih yang menunjukan bakat dari mahasiswa berprestasi . Lalu ada juga pertunjukan telepati, selebihnya adalah penampilan dari pihak dosen sendiri yang melakukan senam berkelompok.

Tetapi acara tersebut bertepatan dengan Ujian Akhir Semester (UAS) fakultas ekonomi dimana mahasiswa mengeluh tidak konsentrasi dalam mengerjakan UAS “Sangat tidak konsentrasi, karena biasanya saya mengerjakan UAS dengan teliti tetapi saya tidak bisa berfikir sama sekali. Seharusnya acara Dies Natalis tidak bertepatan dengan UAS” Ujar Tika salah satu mahasiswa fakultas ekonomi.

Ditengah acara juga diumumkan para pemenang dari lomba yang diadakan,  acara ini ditutup dengan penampilan dari rektor dan para dosen juga ikut berjoget.

Kamis, 15 Januari 2015

Gelar Wisuda di Apita,Warga Keluhkan Kemacetan

Cirebon, Setaranews.com- Digelarnya wisuda XLI Universitas swadaya gunung jati di hotel Apita ternyata membuat jalan Tuparev Kabupaten Cirebon tersendat. Dari pantauan setaranews.com salah satu penyebab kemacetan adalah tidak teraturnya parkir kendaraan yang dipakai oleh pengunjung wisudawan.

Salah seorang pengemudi sepeda motor, Saman menuturkan kemacetan membuatnya harus mencari jalan alternatif untuk sampai ketujuan.
"Iya saya mau cari jalan tikus saja, panjang soalnya" ujar Saman.

Masih menurut beliau kemacetan ini mengular cukup panjang bahkan sampai sampai bunderan Kedawung. "Acaranya disini tapi macetnya sampe bunderan kedawung" tambahnya.

Macetnya jalan tersebut menjadi perhatian agar tidak terulang lagi untuk kedepannya, selain itu Wisuda Unswagati kali ini meloloskan 1317 mahasiswa strata satu dari tujuh fakultas dan Pascasarjana.

Para Wisudawan Unswagati Diharapkan Lebih Mandiri dan Kreatif

Cirebon.SetaraNews.com(14/01) – Dalam rangka memperingati Diesnatalis ke 54 Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon (Unswagati) mengadakan Sidang Terbuka Senat dengan acara pokok Wisuda Sarjana dan Magister XLI. Acara ini berlangsung selama dua hari, dari tanggal 14 sampai 15 Januari 2015 dan bertempat di hotel Apita Cirebon.

Dalam sambutannya Irianto selaku ketua yayasan pembina pendidikan Swadaya Gunung Jati mengharapkan bahwa lulusan Unswagati bisa menjaga nama baik almamater dimanapun mereka berada, serta yang menjadi lulusan terbaik bisa memberikan kontribusi yang baik pula terhadap masyarakat bukan aktor korupsi, tuturnya saat memberikan sambutan,

"lulusan hari ini harus bisa menjadi agen perubahan bagi bangsa dan bisa lebih mandiri, lebih kreatif, bertanggung jawab dan berahlak baik", tuturnya.

Seiring berjalannya waktu kini Unswagati mengalami berubahan kearah yang lebih baik karena saat ini Unswagati menjadi pelopor budaya Cirebon dan menjadi kampus favorit sewilayah tiga,

Selasa, 13 Januari 2015

Ribuan Mahasiswa Unswagati Siap Dilepas

Cirebon, setaranews.com – Unswagati (Universitas Swadaya Gunung Jati) Cirebon akan mengadakan Wisuda yang ke XLI esok hari (14/01). Wisuda dilaksanakan selama dua hari beturut-turut, yang bertempat di Hotel Apita Cirebon. Wisuda XLI Tahun Akademik 2014/2015 meluluskan  sebanyak 1317 mahasiswa dari berbagai program studi dan program pascasarjana


Wisuda akan dilaksanakan selama dua hari. Pada hari pertama (14/1) jumlah mahasiswa yang akan diwisuda sebanyak 665 mahasiswa, sedangkan pada hari kedua (15/1) ada sebanyak 652 mahasiswa.


Berdasarkan data yang didapat dari Bagian Akademik Unswagati, jumlah mahasiswa yang akan diwisuda dari setiap fakultas yaitu Program Pascasarjana ada 91 mahasiswa, Fakultas Hukum 36 mahasiswa, Fakultas Ekonomi 201 mahasiswa, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) 871 mahasiswa, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) 20 mahasiswa, Fakultas Pertanian 43 mahasiswa, Fakultas Teknik 27 mahasiswa, dan Fakultas Kedokteran 28 mahasiswa.

Dekan Pertanian : Sarjana Unswagati Harus Menangkan MEA

Unswagati-Setaranews.com Universitas Swadaya Gunung Jati (Unswagati) yang akan merayakan hari ulang tahunnya yang ke 56 pada 16 Januari, Banyak kalangan yang berharap ada perbaikan dalam banyak hal di Unswagati seperti yang diutarakan Dekan Fakultas Pertanian I Ketut Sukanata, Ir., MM.

Beliau berharap agar Universitas dapat melaksanakan budaya mutu untuk mengantisipasi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).

“Semoga Unswagati dapat melaksanakan budaya mutu secara konsekuen, transparan dan bisa dipertanggung jawabkan. Juga, harus siap melahirkan sarjana yang mampu memenangi MEA” Ujar beliau saat ditemui diruang kerjanya

Dekan Pertanian ini berharap, Unswagati dapat membenahi sarana dan prasarana yang ada di kampus. Seperti ruang kuliah, ruang parkiran, ruang dosen dan ruang seminar.

“Sarana dan pra sarana harus bagus, representatif serta memenuhi standar.” Tandasnya

Kurang Informasi, Dies natalis Unswagati Terdengar Asing

Unswagati-Setaranews(13/01) Menjelang perayaan diesnatalis Universitas Swadaya Gunung Jati (Unswagati) yang ke 54, beberapa mahasiswa Unswagati mengaku tidak tahu mengenai kapan perayaan dies natalis digelar. Kurangnya pengumuman dari pihak Universitas dan nihilnya kabar yang beredar serta tidak adanya pemberitaan di majalah dinding maupun pamflet serta baliho menjadi alasan ketidaktahuan mahasiswa.

“Saya tidak tahu kalau Unswagati akan mengadakan ulang tahun, tidak ada info yang memberitahukan bahwa Unswagati akan ulang tahun.” Kata Dini mahasiswi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP).

Diantara mereka hanya tahu perlombaan futsal dan voli tanpa mengetahui tanggal spesifik ulang tahun Unswagati itu sendiri.

“Aduh saya gak tau, setahu saya dies natalis sekarang sudah ada lomba futsal tapi kalau tanggal spesifiknya gak tahu.” Ujar Adhi mahasiswa Fakultas Hukum.

Walaupun banyak mahasiswa yang tidak tahu ulang tahun Unswagati, mereka tetap berharap Unswagati dapat menjadi negeri.

“Tahu kalau Unswagati akan ulang tahun, harapannya semoga Unswagati menjadi PTN.” Ucap Tuniah mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Acara ini akan dirayakan dies natalis ke 54-nya pada Jumat 16 Januari 2015. Dalam dies natalis kali ini selain perayaan digelar juga berbagai kompetisi untuk memeriahkan ulang tahun tersebut.

Rabu, 07 Januari 2015

Ayah, Belikan Aku Boneka Baru

Namaku Tri Putri Hutami Sugiharti. Aku lahir di Cirebon tepatnya pada tanggal 22 bulan Desember tahun 1996. Aku tinggal di jalan blok bale desa Bandengan RT 03/Rw 03 No.283. Kecamatan Mundu. Kabupaten Cirebon.


Saat itu Aku duduk di kelas 4 SD, kira-kira umurku 10 tahun. Aku hanyalah seorang anak kecil saat itu. Yang hanya bisa menangis saat semua teman-temanku menggendong boneka barunya.

“Ayah, aku ingin boneka” , ucapku dengan suara tersedu-sedu.

Namun, Sang Ayah hanya menjawabnya dengan sebuah senyuman. Kemudian Ia menggandengku pergi. Aku pun mengulang kata-kataku barusan dengan sedikit merengek dengan tetap berjalan mengikuti langkahnya.

“ Ayah, Aku ingin boneka baru.”

Tapi jawabannya masih sama, Ia menjawabnya sekali lagi dengan senyuman. Aku tak mengerti dengan semua jawaban yang Ia maksud. Akhirnya Aku pun mengalah dan terdiam.

Sesampainya di rumah, sekali lagi ayah tersenyum dan pergi meninggalkanku. Aku semakin tak mengerti akan maksud dari senyuman itu. Hingga Ibu pun datang membuyarkan lamunanku.

“Kamu lagi apa? Sudah cepat ganti bajumu dan pergi makan!”

“Ia Bu. Ayah mana?”

“Ayah sedang di kamar mandi. Ada apa?”

Aku hanya menggeleng dan beranjak untuk pergi mengganti bajuku. Setelah itu aku tengok ke kanan dan ke kiri menghampiri kamar mandi mencari Ayah. Ku dengar suara seseorang yang sedang mencuci sesuatu. Aku semakin penasaran akan Ayah yang sudah terlalu lama berada di dalam kamar mandi . Saat ku mulai mengintip sedikit ke dalam. Aku melihat sesosok lelaki separuh baya yang sedang mencuci boneka beruang yang berukuran besar. Itu Ayah!

Tanpa terasa air mata ini menetes, mengapa Ia mencuci boneka yang telah usang itu? Itu boneka yang telah memiliki umur, itu boneka yang sudah ketinggalan zaman, itu boneka yang sudah tak ingin aku mainkan lagi, itu boneka tua yang sudah tidak ada orang lagi yang memainkan boneka itu. Aku tidak ingin boneka itu. Tapi tiba-tiba ayah menghampiriku dengan senyumnya. Aku pun dengan cepat mengusap air mataku.

“ Ini ada boneka. Kamu ingin bonekakan untuk bermain dengan teman-temanmu itu”.

Hanya sebuah senyum yang bisa Aku lakukan untuk menjawab pertanyaannya itu. Entah, akankah Aku ingin menangis karna terharu ataukah karna aku tak menginginkan boneka yang Ayah beri itu. Ayah maafkan aku. Aku senang akan sesuatu yang ayah lakukan itu, tapi aku ingin boneka baru. Bukan boneka tua itu.

Ku terus pandangi punggung lelaki separuh baya itu dengan air mata yang selalu ingin menetes karena merasa tak enak hati padanya. Tiba-tiba seseorang menepuk pundakku.

“ Sayang, ada masalah apa?”

Aku hanya menggeleng dengan tetap memandang punggung ayah dari kejahuan.

“Oh, itu masalahnya?”

Ibu kemudian tersenyum sambil mengusap rambutku dengan lembut.

“ Sini deh duduk samping Ibu.”

Aku hanya bisa mengikuti perintah Ibu dan duduk disampingnya.

“ Sayang, kamu tau kan sekarang Ayah lagi di rumah? Kamu tau kan Ia belum ada pekerjaan saat ini. Kamu sayang nggak sama ayah?”

Aku mengangguk pelan.

“ Kamu tau? Ayah selalu tidak ingin melihat putri kecilnya sedih atau pun menangis. Ia sayang dengan semua anak-anaknya. Ia ingin mengatakan kalau nanti akan Ayah belikan boneka baru, tapi untuk saat ini Ia belum tau kapan boneka itu bisa Ia beli. Kamu tau kan bagaimana sifat ayah?”

Aku pun mengangguk lagi.

“ Bagus kalau begitu, Ayah tidak ingin hanya memberi sebuah janji yang tidak dapat Ia tepati karena Ia ingin putri kecilnya itu menjadi anak yang tidak ingkar janji, dan tidak mengumbar janji dengan mudah. Kamu tau nggak sayang?”

Untuk kali ini aku menggeleng.

“ Ada satu hal lagi yang Ayahmu itu inginkan.”

Aku terdiam sejenak dan mulai berfikir. Untuk beberapa waktu yang cukup lama akhirnya aku pun menggeleng lagi.

“ Ayahmu itu tidak ingin putri kecilnya ini menjadi seseorang yang manja dengan semua tuntutan yang selalu dipenuhinya itu. Sekarang kamu mengerti?”

“Hm, ia Bu.”

“ Sekarang kamu tau apa yang harus kamu lakukan?”

Aku tersenyum lebar dan mengangguk. Memeluk tubuh Ibu dengan erat dan beranjak untuk pergi dan berlari menghampiri Ayah yang sedang menjemur boneka disamping rumah. Aku menangis.

Terlihat wajah ayah yang terheran-heran melihatku yang tiba-tiba memeluknya erat.

“ Putri ayah kenapa?”

Aku menggeleng.

“Ayah nanti kita bermain bersama ya?”

“Iaia, nanti kita bermain bersama ya.”

Senyum Ayah terukir sangat indah saat ini. Saat ku mulai mengerti akan semua senyum yang Ia beri saat sepulang sekolah waktu itu. Senyum untuk menjawab jawabanku yang ia sendiri tak tahu cara untuk menjawabnya agar bukan kekecewaan yang aku rasakan, karena Ia tidak ingin putri kecilnya ini menangis kecewa. Senyum yang memiliki sejuta makna.

Kini ku rasakan duduk berdua di teras rumah. Seperti seorang Ayah dengan putrinya. Itu memang benar. Tapi, entah sudah berapa lama Aku tidak merasakan hal seperti ini. Mungkin karena Aku yang terlalu sibuk bermain dengan teman-temanku dan mencari benda apa lagi yang belum Aku miliki. Aku yang terlalu sibuk dengan duniaku. Tanpa Aku sadari, disampingku ada seseorang yang ingin bercanda dan tertawa bersamaku. Harusnya Aku dapat memanfaatkan waktuku dengan baik bersamanya. Saat Ia tinggal dalam waktu yang cukup lama di rumah. Ayahku memang jarang berada dirumah karena sebuah tuntutan pekerjaannya yang mengharuskannya meninggalkan aku dan keluargaku.

“Sayang, nanti kita beli boneka baru ya.”

“ Nggak mau, mau boneka yang itu aja” seruku dengan menunjuk boneka beruang yang sedang berjemur di tengah teriknya mentari.

Ia hanya bisa tersenyum melihat tingkah putrinya itu. Ia pun mengusap-usap kepalaku dengan lembut. Tanpa terasa aku merasakan air menetes di tanganku. Apakah ini air mata bahagia? Karena kini Ia tau bahwa putri kecilnya bukan lagi seorang anak kecil yang harus Ia tuntun dalam setiap langkahnya. Sekarang putri kecilnya mulai beranjak dewasa.

Ayah, sungguh maafkan Aku atas semua tuntutan yang selalu Aku berikan padamu. Maafkan Aku yang terkadang marah saat Kau katakan tidak pada permintaanku. Maafkan Aku yang bahkan membanting pintu saat itu. Maafkan atas ketidak mengertianku Ayah.

 

Oleh : Tri Putri Hutami Sugiharti

Mahasiswa Fakultas Pertanian Unswagati

Cerita Anak Muda Memasung Cita


Cita - cita anak muda
Mimpi - mimpi anak remaja, dikata
Mereka enggan bertegur sapa
Lain keluarga
Lain adab, suku, bahasa

Cita - cita anak muda
Mimpi - mimpi yang terkekang harta benda
Apa mau dikata, coba
Apa dan mengapa

Cita - cita anak muda
Terpasung dalam pola pikir penuh reka, dusta
Hidup tanpa rencana, menerka
Hedonis
Hedonis
Seolah terdengar manis, miris

Cita - cita anak muda
Seolah ingin tampil penuh bisa
Namun takdir sulit dikira
Beradu nasib dengan rasa gengsi, cerita bunda

Wahai cerita
Ceritaku, kamu, dan mereka yang ada
Bagaimana hidup aku di masa depan yang kumau?
Bagaimana hidup kamu di masa depan yang kau tuju?
Bagaimana hidup mereka di masa depan yang belum menentu?

Cita - cita anak muda
Sekarang jaman serba bisa, bunda
Kau tahu mungkin, anak muda
Hidup ini tak lama
Hitungan tahun kita di dunia
Bukan belasan dasawarsa
Seperti yang kau kira.

Oleh: Luqyana Dahlia

Mahasiswa FKIP B.Inggris

Selasa, 06 Januari 2015

Ibu, Apa Ini Salahmu?

Ibu, aku tak biasa seperti ini
Suasana di mana aku dihina
Suasana di mana aku terabaikan
Suasana di mana aku terkucilkan
Suasana di mana aku sendirian
Dan suasana di mana aku menerima kegagalan

Ibu, kau tak pernah membiarkanku bertarung
Kau terlalu khawatir, bukan?
Tapi, lihatlah
Kini aku tumbuh menjadi anak yang penakut
Takut menghadapi semua kehidupan yang pahit

Ibu, apa ini salahmu?
Tapi aku tak menyalahkanmu
Sebab aku tak pernah menyesal
Telah terlahir dari rahimmu
Dan, kini aku takut mengahadapi kehidupan yang nyata
Tapi, ibu harus janji menemani setiap detikku
Meski tidak selalu disampingku.

 

Oleh : Dinda Ayu Lestari

Mahasiswa Fisip Unswagati

Senin, 05 Januari 2015

Akses Keadilan Pada Sektor Pendidikan

 

Setaranews.com- Pendidikan kerap dipandang sebagai upaya menyiapkan generasi muda untuk memegang peranan-peranan tertentu dalam masyarakat di masa mendatang. Secara singkat, fungsi pendidikan adalah menstransfer pengetahuan sesuai dengan peranan yang diharapkan, dan nilai-nilai pengetahuan itu dalam rangka merawat peradabaan.

Lembaga pendidikan seperti Universitas adalah instrumen penting untuk setiap warga negara untuk dapat memperoleh proses pendidikan. Namun saat ini, Tidak menutup mata bahwa akses pendidikan hanya diperoleh oleh kelas-kelas sosial tertentu. lembaga pendidikan seperti Universitas tidak bisa dijangkau oleh sebagian besar masyarakat miskin yang terpinggirkan. Padahal secara hak warga negara seharusnya medapatkan hak yang sama. Karena itu bagian dari kontrak terciptanya Republik Indonesia.

Masih terjadi jurang antara cita-cita dan realitas pendidikan. Kerana hari ini lembaga pendidikan dijadikan ajang bisnis. Lembaga pendidikan seakan menjadi mesin penindas, karena menyelenggarakan ketidakadilan. Tak menutup kemungkinan yang akan dihasilkan adalah dehumansasi pada sektor pendidikan. oleh karenanya ada problem yang mesti diurai agar cita-cita  bernegara selalu menempuh harapan.

Akses Perguruan Tinggi

Kegiatan pendidikan adalah sebuah sistem. Sebagai sebuah sistem, pendidikan memuat beberapa komponen-komponen tertentu yang saling mempengaruhi dan menentukan sistem pendidikan, yang tampak pada sistem pendidikan di  Universitas sekarang adalah adanya rancang peraturan yang mementingankan kelas tertentu atau pemilik modal yang mencari keuntungan melalui  pendidikan. Analisa ini muncul melalui Berbagai model penerimaan mahasiswa baru di beberapa Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Indonesia, terutama yang dulu berstatus badan hukum milik negara (BHMN), berubah menjadi BLU (Badan Layanan Umum). Dengan BLU ini tetap biaya mahal, beragam nama pun muncul, mulai dari jalur umum, jalur khusus, jalur prestasi, jalur alih jenjang, dan sejumlah nama lainnya. Pada jalur umum saja dikabarkan biaya masuk bisa mencapai Rp 100 juta. Jumlah itu belum termasuk biaya operasional pendidikan (BOP) yang bervariasi. Bahkan tarif yang cukup mahal juga berlaku bagi calon mahasiswa yang menempuh jalur penelusuran minat dan kemampuan (PMDK). Apalagi jalur khusus, yang biasa disebut “jalur tol”, yang rentan akan penyelewengan dan nepotisme, kursi mahasiswa di perjual-belikan, mungkin biaya itu bisa lebih mahal lagi.

Tidak bisa dinamfikan bahwa biaya pendidikan di perguruan tinggi negeri memang mahal. Institut Teknologi Bandung memperkirakan pembiayaan sekitar Rp 27 juta per mahasiswa setiap tahun atau sebesar Rp 108 juta apabila mahasiswa mampu menyelesaikan pendidikan dalam 4 tahun. Jumlah tersebut sudah termasuk BPPM (Biaya Penyelenggaraan Pendidikan yang dibayar diMuka) sebesar Rp 55 juta dan Rp 80 juta khusus SBM (Sekolah Bisnis dan Manajemen).

Terjadi  diskriminasi dalam sektor pendidikan. Mahalnya biaya pendidikan pada Perguruan Tinggi menyebabkan sulitnya rakyat miskin, rakyat yang terpinggirkan, seperti anak buruh pabrik, buruh tani, dan pedagang tradisional yang mungkin rata-rata hanya memperoleh pengasilan hanya 4 sampai denga 5 juta perbulan. Belum lagi untuk biaya makan dan kehidupan sehari-hari. Mana mungkin anak-anak dari mereka dapat memperoleh akses pendidikan sampai dengan Perguruan tinggi.

Artinya, tidak ada  akses yang adil untuk memperoleh pendidikan bagi setiap warga negara. Karena pendidikan hanya bisa melayani warga negara yang memiliki daya beli. Ini menanadakan bahwa sistem pendidikan menjadi komoditi ekonomis. Ini justru bertentangan dengan ide, gagasan dan cita-cita Republik Indonesia yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila.

Pancasila Sebagai nilai dasar Regulasi

Perumusan Pancasila sebagai nilai dasar negara mengalami perdebatan yang panjang. Namun dari perdebatan itulah filosofi dan kualitas dari cita-cita negara  dapat di imajinasikan sebagai ide dan gagasan yang  terus diupayakan. Pancasila  terdiri dari lima asas  yang kesemuanya melekat dengan setiap warga negara, tanpa kecuali.

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah sila kelima dari Pancasila. Para pendiri Republik Bangsa Indonesia. Soekarno khususnya berpendapat bahwa Sila Keadilan Sosial adalah “protes kita yang maha hebat kepada dasar individualisme”. Keadilan yang kita kehendaki adalah keadilan bersama yang didasarkan atas kemakmuran dan kebahagian”. Dan komitmen keadilan menurut alam pikiran Pancasila adalah  Pengembangan struktur yang menyediakan kesetaraan, kesempatan, termasuk soal pendidikan sebagi hak dasar.

Melalui analisa Gramsci seorang filsuf kiri kontemporer dengan teori hegemoninya menjelaskan bahwa, hegemoni merupakan sebuah proses penguasaan kelas dominan kepada kelas bawah, dan kelas bawah juga aktif mendukung ide-ide kelas dominan. Di sini penguasaan dilakukan tidak dengan kekerasan, melainkan melalui bentuk-bentuk persetujuan masyarakat. Begitu juga dengan sistem pendidikan di Indonesia hanya memihak kelas-kelas sosial tertentu, pendidikan tidak diperoleh secara setara. masyarakat secara tidak sadar dipaksa menjalankan sisitem pendidikan yang diatur melalui undang-undang atau peraturan. Padahal  kebijakan tersebut jelas berlawanan dengan cita-cita dasar Republik Indonesia.

Sistem pendidikan yang dikuasi oleh pihak dominan akan mengakibatkan terjadinya dehumanisasi. Jelas sekali tidak ada proses humanisasi dalam sistem pendidikan yang dijadikan sebagai komoditi ekonomis. Karena  ada kelompok yang diuntungkan melalui pendidikan yang dibisniskan. Motifnya adalah memperkaya diri. Dan ini adalah proses pemindahan mengatasnamakan pendidikan. Ada dominasi dalam ruang ini, ruang ilmu pengetahuan.

Regulasi yang Berkeadilan

Peneyelenggara negara diberikan kekuasaan untuk mengeluarkan regulasi dan kebijakan. Ini maksudkan agar lembaga pendidikan dapat menjalankanya sesuai aturan. Dengan maksud menecegah kelompok dominan dalam mengekspolitasi sektor Pendidikan. Untuk itu regulasi dan kebijakan harus  berpedoman pada ide dan gagasan yang lebih tinggi, yaitu nilai-nilai Pancasila. Bahwa upaya negara dalam menjalankan fungsinya dapat secara adil. Dan melalui regualsi itulah hak pendidikan tersebut dapat terjamin.

Ketidakadilan pada pendidikan sama saja menciptakan penindasan. Oleh karena nya negara harus membuka dan menjamin akses pendidikan melalui kesempatan yang adil dan berpihak bagi masyarakat terpinggirkan. Karena ialah keutamaan keadilan dalam hak dasar bernegara, yaitu hak pendidikan demi kecerdasan bangsa. Hak setiap warga negara.

Karena Pendidikan adalah upaya manusia untuk terus memperbaiki hidup dan kehidupan. Mampu menciptakan peradaban manusia secara bersama dan damai. Untuk menemukan esensi dan makna hidup yang lebih berarti. Dan generasi muda adalah pundak untuk menyangah bangkrutnya peradabaan. Dan pada generasi muda yang cerdaslah harapan Indonesia bisa lebih baik. Untuk itu, memberikan akses pendidikan dari dasar hingga Universitas dengan jaminan regulasi merupakan keharusan.

Oleh: Kris Herwandi

Mahasiswa Fisip Unswagati

Aktivis BASIS & Ketua komunitas Dialog