Rabu, 28 Februari 2018

Aliansi Mahasiswa Unswagati Gelar Bakti Sosial Banjir Cirebon Timur

Cirebon, setaranews.com - Beberapa elemen organisasi mahasiswa Universitas Swadaya Gunung Jati (Unswagati) Cirebon yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Unswagati menggelar Bakti Sosial (Baksos) terhadap korban bencana banjir yang menimpa Daerah Cirebon Bagian Timur (Cirtim). Selasa (27/02).

Baksos tersebut selain bertujuan sebagai bentuk rasa solidaritas kemanusiaan juga sebagai bentuk bantuan untuk meringankan beban mereka yang dilanda bencana banjir, terlihat jelas dimana ketika mereka (Mahasiswa.Red) sampai di lokasi bencana mendengar celotehan warga merengek kelaparan. "Mendengarnya saja saya mewakili teman-teman mahasiswa unswagati merasa sangat prihatin, mungkin saja mereka saat ini bisa tertawa karena mendapat bantuan yang kami salurkan dan juga para relawan lainnya, tapi kita tidak tahu kabar mereka malam nanti seperti apa, mungkin saja pertaruhannya dengan nyawa" ungkap Suharto, Koordinator Aliansi Mahasiswa Unswagati sembari menunjukan rasa prihatinnya, Selasa (27/02).

Bakti Sosial yang disalurkan berupa Sembako, obat-obatan, pakaian layak pakai usia dini dan dewasa serta bantuan bentuk materil yang dialokasikan di tiga posko yaitu Posko MWC-NU, Losari, kemudian dilanjut di Posko Bojong Sari dan Desa Karangsambung sembari mengadakan Trauma Healing, "Awalnya kami datangi Posko Ciledug, tapi karena Ciledug sudah mendapatkan bantuan dan sudah Over Load, akhirnya kami mendatangi Desa terpencil, Bojong Sari, dimana desa tersebut dapat dibilang masih minim bantuan karena masih terlihat jelas lumpur dan sisa-sisa barang yang rusak akibat banjir sehingga bus kampus yang kami naiki sempat mogok" jelas Mahasiswa Fakultas Teknik Unswagati tersebut.

Lebih lanjut, Suharto menyampaikan harapannya, "Untuk masyarakat sekitar yang terkena musibah cepat diangkat kesedihannya, dan untuk Aliansi Mahasiswa sendiri semoga tetap ada dan terbentuk serta terkoordinir secara organisasi. karena dengan Aliansi ini semua sistematis akan terorganisir, walaupun kita disini berasal dari organisasi yang berbeda-beda tapi kita tetap satu Unswagati. Didalam tetap Unswagati, diluarpun tetap Unswagati" harapnya saat ditemui setaranews.com.

Baca Berita Lainnya : Tumbuhkan Nilai Kemanusiaan, DPM-FE Gelar Aksi Solidaritas Peduli Bencana Banjir Cirebon Timur

Selasa, 27 Februari 2018

Tumbuhkan Nilai Kemanusiaan, DPM-FE Gelar Aksi Solidaritas Peduli Bencana Banjir Cirebon Timur

Cirebon, Setaranews.com - Bencana banjir yang melanda Kabupaten Cirebon bagian timur yang meredam ribuan rumah warga sekitar banyak menyita simpati dari para relawan yang berbondong-bondong melakukan aksi solidaritas berupa penyaluran berbagai bantuan kepada para korban bencana. Bermacam-macam bantuan yang datang baik berupa sembako, obat-obatan, pakaian layak pakai, alat kebersihan serta berbagai bantuan yang bersifat moril.

Hal tersebut salah satunya dilakukan oleh segenap anggota Dewan Perwakitan Mahasiswa Fakultas Ekonomi (DPM-FE) Universitas Swadaya Gunung Jati (Unswagati) Cirebon memberikan bantuan moril kepada korban bencana banjir yang menimpa Wilayah Cirebon bagian timur, Senin (26/2) lalu.

"Bentuk kepedulian kami diberikan bukan hanya berupa materi saja, melainkan kami juga memberikan bantuan berupa moril seperti Trauma Healing dan Mitigasi bencana alam terhadap masyarakat yang terkena banjir. Karena yang kami lihat di lapangan bantuan berupa moril tidak kalah pentingnya dengan bantuan berupa materi” ungkap Ginanjar, Ketua Umum DPM-FE Unswagati Cirebon.

Lebih lanjut, Ginanjar mengatakan tujuan utamanya melaksanakan aksi solidaritas terhadap bencana banjir Cirebon Timur (Cirtim) yaitu sebagai bentuk dari rasa kemanusiaan. "ini merupakan bentuk dari kepedulian kami terhadap kawan-kawan  kita yang sedang dilanda bencana dan tentunya mereka sangat membutuhkan banyak bantuan. Semoga dengan adanya bantuan yang kami berikan ini dapat meminimalissir trauma korban terhadap banjir dan tetap menjaga lingkungan,” lanjutnya sembari memberikan harapan, Senin (26/2).

Aksi solidaritas peduli banjir tersebut dialokasikan kepada beberapa posko dimana tempat pengumpulan berbagai bentuk bantuan dari para relawan yang ingin menyumbangkan bantuan terhadap korban banjir, diantaranya Posko depan Tugu Topeng Kecamatan Losari, Kabupaten Brebes, Posko SMK Muhammadiyah Kecamatan Ciledug yang kemudian dibagikan ke rumah-rumah warga tepatnya di Desa Cilengkrang, Kecamatan Pasaleman sekaligus mengadakan Trauma Healing kepada korban banjir di Desa Cilengkrang. (Haerul Anwar)

Baca berita lainnya: Datang Banjir, Warga Cirebon Timur Berduka

Senin, 26 Februari 2018

Melalui Makrab, Himakom Tanamkan Nilai kepada Pengurus Baru

Unswagati, Setaranews.com – Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi (Himakom) Unswagati mengadakan kegiatan Malam Keakraban (Makrab) yang diikuti oleh seluruh pengurus, baik pengurus lama maupun pengurus baru. Kegiatan Makrab ini bertempat di Buper Leles Majalengka pada Sabtu-Minggu, 24-25 Februari 2018.

Teuku Ryan selaku Ketua Pelaksana menjelaskan Makrab tahun ini bertemakan “One Night With a New Family", ini dikhususkan pada pengenalan diri anggota baik yang lama maupun yang baru secara mendalam agar dapat lebih loyal terhadap organisasi.
“Berangkat dari pribahasa tak kenal maka tak sayang, saya harapkan temen-temen diperiode baru ini harus lebih mengenal sesama anggotanya, lebih loyalitas lagi dalam organisasi khususnya Himakom untuk mengahadapi permasalahan yang semoga tak ada, agar bisa melewati dan maju bersama Himakom kabinet Arga Astra ini,” jelasnya.
Untuk lebih menjalin ikatan, lanjut Ryan, Makrab diisi dengan kegitan-kegiatan antaralain Sharing Session antara pengurus dengan demisioner, kemudian juga ada games-games. “Dan terakhir ada kegiatan mencap telapak tangan di kain putih dengan warna-warna yang isinya merupakan kesan terhadap Himakom itu sendiri,” ucapnya yang masuk dalam divisi Penelitian dan Pengembangan.

Dilain kesempatan, Royhan Haidar Ketua Umum Himakom, menuturkan bahwa kegiatan Makrab ini adalah untuk menanamkan esensi-esensi organisasi Himakom kepada pengurus-pengurus baru khususnya.
“Menanamkan esensi bahwa kita itu harus bersikap berani, bahwa kita sudah tau apa yang harus kita bela. Kita sekarang punya rumah dan kita harus menjaga dan melawannya ketika ada yang mengusiknya,” tegas Royhan.
Makrab sendiri, kata Royhan, merupakan suatu prosedur bagi anggota baru yang sebelumnya telah melewati proses open recruitment, wawancara dan yang terakhir adalah Makrab.
Ia berharap pada kabinet tahun ini, semua anggota diharapkan cakap dalam berbicara dan punya nilai lebih dari mahasiswa lainnya. “Lebih ke upgrading sebenernya. Kita berkaca pada kabinet sebelumnya, jika sebelumnya kiat diajarkan berjalan maka pada kabinet ini kita harus udah bisa berlari,” tutup mahasiswa tingkat tiga tersebut. (Hashbi/Fatimah)

Minggu, 25 Februari 2018

Datang Banjir, Warga Cirebon Timur Berduka

Regional, Cirebon, Setaranews.com – Mulai pada hari Kamis, 22 Februari 2018 lalu Kabupaten Cirebon, tepatnya di Cirebon bagian Timur (Cirtim) dilanda bencana banjir bandang, sehingga mengakibatkan ribuan rumah warga sekitar, Sekolah dan fasilitas-fasilitas lainnya teredam banjir setinggi 3 meter. Banjir tersebut dipicu karena intensitas hujan yang tinggi dan meluapnya volume Sungai Cisanggarung yang kemudian mengakibatkan jebolnya tanggul sungai.

Beberapa wilayah yang teredam banjir yaitu Kecamatan Ciledug, diantaranya Desa Bojongnegara, Ciledug Wetan, Ciledug Lor, Ciledug Kulon, Ciledug Tengah, Jatiseeng, Jatiseeng Kidul. Tak hanya sebatas wilayah-wilayah tersebut yang teredam banjir, melainkan banjir juga merambah hingga perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Barat yaitu Kabupaten Brebes.

Bencana banjir tersebut menjadi suatu duka bagi masyarakat Cirebon dan Sekitarnya, dimana selain banjir meredam rumah, tentunya hal tersebut membuat akes jalanan susah dilalui dan ditambah lagi dengan adanya pemadaman listrik sehingga membuat warga Cirebon Timur (Cirtim) menjadi semakin berduka. Namun pada hari Minggu, 25 Febuari 2018 banjir mulai surut meski masih ada turun hujan, ”Air sudah mulai surut tinggal membersihkan sisa lumpur-lumpur bekas banjir dan pengiriman bahan bantuan ke setiap desa” Ujar Abu Nashor salah satu relawan bencana banjir Cirebon Timur.

Pasca kejadian, berbagai bantuan dari para relawan berdatangan dari mulai Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala Ciayumajakuning), Backpacker Cirebon timur, Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas), Komunitas Relawan hingga elemen lainnya turut ikut serta membatu dalam proses evakuasi korban banjir yang melanda Kawasan Cirebon timur. “Sampai hari ini kita dari Mapala Ciayumajakuning akan kembali pulang mengingat 3 hari sudah kami disini. dan akkan bergantian dengan relawan lainnya untuk bantu-bantu di lokasi posko banjir dan kondisi disini pun sudah cukup kondusif”, tutup Adi Barokah Ketua Kordinator Mapala Ciayumajakuning. (Nur Widowati).

Rabu, 21 Februari 2018

Opini : Sebuah Refleksi

Opini, setaranews.com - Masa jabatan menjadi dekan belum habis, tapi sudah dilantik menjadi rektor. Luar biasa, hal inilah yang banyak orang bicarakan. Bahkan ada yang menganalogikan prestasi ini seperti layaknya seorang Jokowi, belum kelar jadi Gubernur Jakarta sudah langsung jadi Presiden.

Konsekuensinya, asumsipun menjadi liar. Karir jebatan yang sedimikian kilat menimbulkan banyak presepsi, dari pribadi yang memang memilki ambisi, pribadi yang memiliki kompetensi, sampai pada pribadi yang hanya sebatas titipin dari yang paling berkuasa di universitas.

Tak berhenti di situ, perjalanan menuju kursi nomor satupun sama sekali tanpa hambatan. Beliau adalah calon satu-satunya pada Pemilihan Rektor tahun 2017. Tak ada yang berani menantangnya. Semua manut pada pilihan tunggal.

Mungkin proses pemilihan ini dianggap lebih buruk dibanding masa orde baru. Karena dulu Soeharto selalu memiliki lawan meski cuma bohong-bohongan. Tapi di sini, tidak sama sekali. Menang tanpa ada kotak suara.

Hal ini penting dibahas karena kepemimpinan tidak sembarang orang bisa raih dengan mudah. Jalannya terjal, harus melalui ujian dan tempaan yang sedemikian keras. Apalagi menjadi orang nomor satu di lingkungan akademis. Dimana satu-satunya peralatan yang berlaku adalah pikiran. Ujiannya adalah karya ilmiah, visi, ide, gagasan, daya tahan terhadap argumentasi dan kekebalannya terhadap kritik.

Tapi, sangat disayangkan, momentum Pemilihan Rektor beberapa waktu lalu sungguh tanpa euporia. Tak ada persaingan. Tak ada konstetasi gagasan. Tak ada ujian dan hantaman yang berarti terhadap visi yang disodorkan. Tak ada ujian etik dan moral secara terbuka. Semua berjalan kondusif seperti layaknya jargon pada masa orde baru.

Akibatnya kita mengalami defisit pergulatan ide dan konsepsi. Tak ada ketajaman analisis karena minimnya perselisihan argumentasi. Semua berjalan searah, seiya dan sekata. Tak ada intrupsi atas apa yang ditawarkan dan diedarkan.

Sebaliknya, tak sedikit persoalan yang ada di dalam kampus itu sendiri. Dan persoalannya menjadi seperti begitu permanen dari tahun ke tahun. Seolah kita menghadapi tembok yang begitu kuat dan tinggi. Sulit untuk dijebol dan dilompati. Atau seperti terjebak pada labirin, sulit untuk mencari jalan keluar.

Seperti tak meningkatnya mimbar-mimbar ilmiah. Tak optimalnya kerja-kerja organisasi kemahasiswaan. Buruknya kualitas pengajar. Kurangnya rangsangan iklim inteleketual. Minimnya transparansi pengelolahan anggaran kampus. Menurunnya minat mahasiswa baru dalam beberapa tahun terakhir. Kejujuran kampus terhadap status menjadi PTN yang belum dijawab sampai saat ini. Dan banyak lagi hal-hal yang tak bisa diterangkan satu persatu.

Dan setidaknya suasana itu terpelihara sampai dengan saat ini. Tak ada yang berupaya untuk membuka kotak pandora dengan tujuan mengetahui sebanyak-banyaknya persoalan yang dihadapi. Bahkan tiba sampai pada momentum Pemilihan Rektor beberapa waktu lalu. Akibatnya secara diam-diam keadaan ini dinikmati atas nama kondusifitas bagi sebagian pihak.

Untuk itu, persoalan tersebut tak bisa dijawab dengan sebatas jargon. Dengan memasang puluhan sepanduk di mana-mana. Bagi-bagi brosur. Jualan retorika ke sana kemari sebagai panggung promosi tapi faktanya jauh panggang dari api.

Ruangan itu memerlukan energy. Untuk itu memerlukan gejolak demi menciptakan efek domino terhadap gairah sivitas akademik dengan tujuan mengubah zona nyaman menjadi zona yang penuh dengan kemungkinan terhadap perubahan yang lebih baik.

Dalam keadaaan semacam ini, kita tak bisa terus menerus alergi terhadap gejolak. Karena bagaimanapun pikiran membutuhkan rangsangan untuk memantik sebuah perselisihan demi terciptanya transaksi gagasan satu sama lain.

Selain ini sebuah kekayaan intelektual, hal demikian pun merupakan sebuah kemewahan dari apa yang disebut dengan kebebasaan akademis.

Penulis : Kris Herwandi
Alumni Unswagati

Sabtu, 10 Februari 2018

DPM-FE Wujudkan Stadium Goverment Lewat Training Legislatif



 
Unswagati, Setaranews.com - Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Ekonomi (DPM-FE) Universitas Swadaya Gunung Jati (Unswagati) Cirebon menggelar kegiatan Training Legislatif pada Kamis (08/02) kemarin di Ruang 207-208 Gedung Manajemen Fakultas Ekonomi Unswagati Cirebon.


Acara yang bertajuk "Menciptakan Integritas DPM-FE Dalam Upaya Mewujudkan Stadium Government" merupakan program awal untuk meningkatkan pemahaman anggota terkait peran fungsinya di DPM-FE.‎ Pemateri yang dihadirkan pada kegiatan tersebut berasal dari perwakilan Dosen FE Unswagati, Editya Nurdiana dan beberapa alumni Unswagati Cirebon. Tak sampai disitu, DPM-FE juga turut menghadirkan Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Cirebon, Yuningsih, dan Advokat serta salah satu aktivis era-98, Mondi Suherman.


Pada acara tersebut membahas tentang peran pokok organisasi legislatif yang berupa pembahasan tentang hukum dan legislatif, kemudian terdapat juga pambahasan tentang komunikasi dan organisasi. "Kami sengaja undang mereka karena selain sudah berpengalaman, mereka juga ahli dalam bidang tersebut," tegas Devi Ariyanti Lestari, Ketua Pelaksana Training Legislasi DPM-FE 2018 saat menyampaikan sambutannya pada saat pembukaan acara.‎


Lebih lanjut, Devi mengatakan melalui sambutan yang dia sampaikan kepada peserta, bahwasannya kegiatan tersebut (Training Legislatif.red) dilaksanakan secara khusus mengacu pada peran dan fungsi badan legislatif sebagai pembuat regulasi dan pengawasan baik terhadap kegiatan atau penganggaran keuangan, "Dengan Training Legislatif ini kita harus memiliki sifat Legislator agar bisa menerapkan Trias Politika yang sehat dalam ruang lingkup kampus" Lanjut mahasiswa Fakultas Ekonomi (FE) tersebut.


Disisi lain, Ginanjar Nitimiharjo, Ketua DPM-FE Unswagati periode 2018-2019 berharap pasca diselenggarakannya Training Legislatif dapat memberikan motivasi lebih terhadap anggota dan memiliki kemampuan yang cukup pada saat menjalankan kinerja-kinerjanya sebagai anggota legislatif, “Disini para peserta berkesempatan menerima ilmu untuk membangun jiwa kepemimpinan, jujur dan karakter kuat dalam diri DPM sebagai lembaga legislatif dalam rangka menghadapi tantangan proses pemerintahan Organisasi Mahasiswa (Ormawa). Semoga dengan diselenggarakannya acara ini anggota DPM-FE bisa menjadi Kritis, Solutif, Aspiratif dan bisa Memanusiakan Manusia.” tutupnya saat ditemui setaranews.com.


Training Legislasi DPM-FE berlangsung selama 4 hari, dibuka mulai hari kamis (08/02) kemarin yang kemudian dilanjutkan secara outdor tepatnya pada hari Senin-Rabu di Setu Pejaten, Cikalahang, Cirebon.

Jumat, 09 Februari 2018

Himakom Gelar Diskusi Publik Sebagai Alat Pendekatan Terhadap Mahasiswa Unswagati

Unswagati. setaranews.com - Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Swadaya Gunung Jati (Himakom Unswagati) adakan Diskusi Publik dengan memutar 2 film karya anak bangsa sebagai pemantik diskusi. Diskusi Publik kali ini bertajuk "Pesan Komunikasi Melalui Media Audio Visual" yang dibawakan oleh wakil ketua Himakom, Fiqri J. Pranoto diruang serbaguna Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi (FISIP), hari ini, Jumat (9/2).

Acara yang dimulai pada pukul 10.00 WIB itu dihadiri oleh kurang lebih 10 mahasiswa yang mayoritas dari prodi Ilmu Komunikasi. ketika ditanya kenapa memilih film sebagai pemantik diskusi Fiqri menyebutkan "Untuk menarik minat mahasiswa untuk berdiskusi, dan saya pikir dengan menggunakan film bisa menjadi daya tarik bagi mahasiswa untuk hadir dan berdiskusi bersama".

Senada dengan Fiqri, Ketua Himakom yang dilantik 5 Februari 2018 kemarin, Royhan Haidar Diskusi Publik ini akan dijadikan alat untuk melakukan pendekatan terhadap mahasiswa unswagati seluruhnya, "ini (diskusi publik.red) untuk melakukan pendekatan terhadap mahasiswa unswagati dan kita disini mau berbagi atas pencapaian yang telah kami mahasiswa ilmu komunikasi pelajari selama kuliah" tegasnya.

Meski belum menjadi program resmi Himakom, Diskusi Publik ini akan menjadi program rutin Himakom, melanjutkann program yang belum terealisasi ketika masa kepemimpinan sebelumnya, perlu diketahui diskusi kali ini adalah Diskusi Publik kedua yang dilaksanakan Himakom yang sebelumnya Diskusi Publik ini dibawakan oleh Ketua Umum Himakom dengan tema "Psikologi Komunikator" pada tempat yang sama.

Ketika disentil terkait kondisi mahasiswa yang sedang mengalami krisis moral, Royhan mengatakan prihatin dan berharap bisa berbagi serta mengetahui satu sama lain. "saya prihatin sih melihat kondisi mahasiswa sekarang, dan saya berharap setalah kita berdiskusi, kita bisa saling mengetahui satu sama lain, kita bisa berbagi karena menurut saya untuk melakukan perubahan yang besar itu dimulai dari satu atau dua orang cukup" tutupnya. (Felisa/Reporter LPM SETARA)

Rabu, 07 Februari 2018

DPM-U Dilantik, Jangan Pentingkan Kelompok

Unswagati, setaranews.com - Aula Kampus I Universitas Swadaya Gunung Jati (Unswagati) ditata sedemikian rupa dengan penataan kursi membentuk huruf U. Di jajaran kursi tengah, terdapat 23 mahasiswa yang menggunakan jas almamater universitas dengan rapih. Merekalah para anggota Dewan Perwakilan Mahasiswa tingkat Universitas (DPM-U) masa bakti 2018/2019 yang akan dilantik hari ini, Rabu (7/2).

Pada bagian kiri, berjejer para undangan dari Universitas dan Fakultas, terdapat di antaranya Dr. Ipik Permana, S.IP,.M.Si selaku Wakil Rektor III yang mewakili ketidakhadiran Rektor Unswagati, Dr. H. Mukarto Siswoyo, M.Si. Sementara di bagian kanan merupakan mahasiswa undangan dari Organisasi Mahasiswa (Ormawa) tingkat fakultas maupun universitas yang dapat terhitung dengan jari.

Tingkat partisipasi Ormawa yang dinilai kurang ini dikatakan Ipik, menjadi tantangan besar yang harus diurai oleh Badan Eksekutif Mahasiswa tingkat Universitas (BEM-U) dan DPM-U.

“Tugas BEM-U dan DPM-U lah untuk mengguyubkan kembali Ormawa di Unswagati ini.” Ujar Ipik dalam sambutannya mewakili Rektor Unswagati.

Selain merangkul Ormawa se-Unswagati, DPM-U sendiri memiliki kewajiban untuk menyatukan anggotanya yang datang dari berbagai partai. Seperti yang telah diketahui, anggota DPM-U merupakan kader partai yang sebelumnya bertarung di Pemilihan Raya (Pemira). Menyikapi hal tersebut, Suharto, ketua DPM-U secara gamblang menegaskan bahwa sudah ada komitmen sebelumnya terhadap anggota DPM-U agar melepaskan embel-embel partainya ketika sudah menjadi anggota DPM-U.

“Ini yang paling berat sebenarnya. Tapi sudah ada komitmen sebelumnya dari awal bahwa ketika kita sudah masuk DPM-U kita sudah melepas dan tidak membawa nama partai. Yang dibutuhkan hanya komitmen, silakan anggota dewan berjalan dengan perannya masing-masing.” Ujarnya yang ditemui setelah acara pelantikan DPM-U.

Ini sejalan dengan pesan yang disampaikan Ipik secara tegas kepada anggota DPM-U agar selalu mengedepankan kepentingan bersama.

“Jangan mementingkan diri sendiri maupun sekelompok orang saja. Hal itu dapat menghambat tujuan organisasi yang kedepannya akan tidak sejalan dengan Universitas.” Tutup Ipik.

Selasa, 06 Februari 2018

Ini Pesan Rektor Unswagati untuk Mahasiswa yang KKN di Tahun Politik

Unswagati, Setaranews.com - Pelepasan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Unswagati gelombang ke-2 telah dilaksanakan pada Selasa 6 Februari 2018 di Kampus Utama Unswagati.

KKN kali ini diikuti oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidkan, Fakultas Teknik, Fakultas Hukum dan Fakultas Kedokteran. Setelah sebelumnya di gelombang ke-1 pada tahun lalu diikuti oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Fakultas Ekonomi dan Fakultas Pertanian.

Dengan mengambil tema "Peningkatan Peran Serta Perguruan Tinggi dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa" mahasiswa peserta KKN yang berjumlah 1054 segera dikirim ke lima kecamatan dan 52 desa di Kabupaten Cirebon.

Menurut Mukarto Siswoyo selaku Rektor Unswagati, dipilihnya Kabupaten Cirebon sebagai lokasi KKN mahasiswa diharapkan mampu membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

"Karena begini kabupaten Cirebon ini wilayahnya luas, tergolong pedesaan ya, dan juga Indeks Pembangunan Manusia (IPM) masih rendah. Ingin membantu Pemerintah Kabupaten Cirebon untuk meningkatkan IPM, daya beli, tingkat kesehatan, dan pendidikannya kalau bisa. Setidaknya dalam rangka membangun motivasi dan membangkitkan potensi di desa, yang bahkan mungkin selama ini tidak disadari oleh masyarakat pedesaannya sendiri," ujarnya.

Menurutnya untuk kebijakan Unswagati di masa depan akan diupayakan adanya KKN yang berkelanjutan di satu daerah dalam kurun waktu lima periode. "Desanya akan kita jadikan desa binaan, seperti laboratorium, jadi tidak pindah-pindah tetap di desa itu. Nanti ada kontinuitas penanganan permasalahan di desa dan kontinuitas upaya-upaya peningkatan kesejahteraan oleh mahasiswa," ungkapnya.

Selain itu, ia berpesan kepada mahasiswa peserta KKN untuk tidak terjebak di tahun politik.

"Ini kan massa, artinya ribuan mahasiswa ini massa. Kalau ini ada pihak-pihak yang mengelola mereka, tanda petik ya, untuk menjadi mortir, corong, foot-gater ini kan luar biasa. Makanya saya tekankan jangan sampai terjebak kesana, karena nanti tidak akan murni lagi. Unswagati nanti menjadi sorotan bahwa lembaga afiliasi kesana, itu yang saya tidak mau. Murni pengabdian, itu yang harus dijaga mereka, itu juga yang saya tekankan ke DPL (Dosen Pembimbing Lapangan)," tutupnya. (Syahru/Fiqih)

Sabtu, 03 Februari 2018

Komunitas Cirebon adakan Roadshow Diskusi Anti Korupsi

Regional, Setaranews.com – Maraknya kasus korupsi di Indonesia mengundang keperihatinan sejumlah masyarakat, menimbang akan hal tersebut, Kota Cirebon lewat Rumah Inspirasi dan didukung oleh beberapa komunitas lokal mengadakan sebuah roadshow diskusi anti-korupsi yang diberi tajuk Kita Muda, Kita Anti-Korupsi.

Roadshow diskusi anti-korupsi tersebut meliputi sejumlah tempat di kawasan Cirebon yakni dimulai dari SD N 2 Karangmekar, SMK Bina Cendekia dan yang terakhir berlabuh di Mubtada Kopi pada Sabtu (03/02) lalu akan dilanjut pada Minggu (04/02) di CFD Jl. Siliwangi pukul 06.00-09.00 WIB dan Gedung Kesenian Rarasantang 13.00-selesai.

Diskusi kali ini diadakan di Mubtada Kopi pada sore hari, di tengah guyuran hujan diskusi berjalan kondusif. Kegiatannya ialah berupa bedah buku “Kata Tidak Sekedar Melawan” karya Nanang Farid Syam yang kemudian menjadi pembicara inti bersama Ide Bagus Arief Setiawan selaku Ketua Lakpesdam NU Kota Cirebon dan Sacandra Aji Rivaldi selaku Peneliti Analisis Wacana Kritis.

Dalam bedah bukunya pria yang kerap disapa Uda Nanang yang juga bagian dari Kerjasama Spesialis KPK tersebut memaparkan lahirnya buku “Kata Tidak Sekedar Melawan” bermula dari Konferensi Nasional Gerakan Puisi Menolak Korupsi.

Buku ini mencoba memberikan corak terhadap gerakan anti-korupsi yang dibungkus lewat sastra dan keuntungan penjualan buku pun akan disumbangkan untuk gerakan penyair anti-korupsi. “Buku ini membahas seluk-beluk korupsi dari segi literasi puisi, royalti pun akan diberikan untuk gerakan penyair anti korupsi,” ujarnya.

Kemudian, menimpali akan hal tersebut, Ide Bagus Arief Setiawan atau yang kerap disapa Kang Ibas berpendapat hadirnya puisi anti-korupsi di tengah-tengah masyarakat menjadi bukti kritisnya kondisi Indonesia tentang praktek-praktek korupsi yang terjadi.

“Adanya puisi melawan korupsi dianggap satu bentuk daruratnya keadaan, kita mengalami degradasi yang parah, artinya ketika puisi tidak lagi berbicara tentang romantisme, tapi justru berbicara tentang korupsi, sesuatu yang dianggap lebih darurat untuk dikemukakan.” ungkapnya.

Menurut Kang Ibas pun untuk memberantas korupsi tidak semena-mena berlangsung dalam waktu yang singkat, dibutuhkan proses, strategi dan sinergitas antar golongan.

“Karena untuk memberantas korupsi butuh waktu, sekali, dua kali, tiga kali aksi, tidak bakal membuat pelaku korupsi jera. Perlu adanya sinergitas antar golongan untuk beramai-ramai memikirkan strategi yang tepat dan cermat.” lanjutnya. (Fiqih)