Selasa, 31 Oktober 2017

Mukarto Siswoyo: Unswagati Bisa Jadi Harvard-nya Cirebon

Unswagati, Setaranews.com – Ruang pertemuan yang bisa memuat 500 orang itu hanya dipenuhi kisaran seperempat dari muatan. Situasi di sekitar tampak formal dan sakral. Sidang Senat Terbuka dengan agenda khusus Pemilihan Rektor tengah berlangsung. Panitia telah menetapkan tanggal pelaksanaan, tepat dipenghujung bulan Oktober.

Di tengah-tengah tersedia podium bicara. Para hadirin yang duduk dan menyimak datang dari kalangan petinggi kampus dan segelintir mahasiswa. Di podium itu, telah berdiri tegap satu-satunya calon Rektor yang ada, Dr. H. Mukarto Siswoyo Drs., M.Si., yang menjabat sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Ia tampak cakap menyampaikan visi dan misinya. Segala program kerja (proker) yang ia canangkan tertera pula di proyektor. Secara garis besar proker itu antara lain meningkatkan mutu segala aspek di Unswagati, membangun kerjasama dengan pihak internal dan eksternal, serta revitalisasi local wisdom dalam kehidupan kampus.

Seusai pemaparan visi dan misi, acara dilanjut dengan sesi tanya jawab. Yang menarik yakni tatkala Rektor lama Prof. Dr. H. Rochanda Wiradinata mempertanyakan sikap Mukarto kelak terkait moratorium Unswagati dari PTS ke PTN yang akan dicabut.

Kemudian Mukarto berkata bahwasanya setelah disepakati dan dilantik sebagai Rektor ia akan berunding dengan pihak Yayasan dan bertanya pada pihak-pihak terkait. “Tentu saya harus bertanya juga pada Bapak dan Ibu sekalian, apakah kita masih menyepakati penegerian Unswagati? Kalau iya, iya, kalau tidak, tidak.”

Lebih lanjut, menurutnya kalaupun Unswagati tidak menjadi negeri, bukan menjadi satu masalah besar. “Mengapa Unswagati harus menjadi negeri, mengapa tidak menjadi Harvard-nya Cirebon? Menjadi negeri bukanlah satu-satunya pilihan. Tapi yang paling terpenting menjadi negeri atau tidak negeri, Unswagati harus maju,” tutupnya yang disambut gemuruh tepuk tangan para audience.

Dengan ini, sebagai satu-satunya calon Rektor yang ada, maka Mukarto telah terpilih secara aklamasi dan disahkan oleh Senat. Ia akan mulai memimpin Unswagati untuk 4 tahun mendatang. Terhitung sejak periode 2018-2022. Tentu 4 tahun bukan waktu yang sebentar, ya? Ia masih punya banyak waktu untuk membawa Unswagati ke arah yang lebih baik.

Senin, 30 Oktober 2017

Unswagati Bakal Sambut Rektor Baru

Unswagati, Setaranews.com – Memasuki penghujung tahun 2017 artinya pagelaran akbar Pemilihan Rektor di Unswagati segera terlaksana. Mengapa Pemilihan Rektor disebut-sebut sebagai pagelaran akbar? Sebab Rektor ialah pimpinan utama dalam ranah perguruan tinggi. Tentu ia akan menjadi nahkoda untuk 4 tahun mendatang.

Lantas siapakah calon yang akan dan berhak memimpin Unswagati dalam kurun waktu tersebut? Ternyata menurut Dr. H. Ida Rosnidah selaku Ketua Panitia yang dijumpai pada Senin, (30/10). Bahwasanya calon yang mendaftar ke panitia hanya ada satu orang yakni Dr. H Mukarto Siswoyo Drs., M.Si yang sempat menjabat sebagai Dekan FISIP (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik) Unswagati.

Meski hanya ada satu orang yang mendaftar. Tentu hal tersebut tidak menghambat alur acara. Sebab sesuai Tata Tertib Pemilihan Rektor pada Pasal 11 Ayat 8 apabila hanya ada satu calon, maka pemilihan dilakukan secara aklamasi.

Jika terjadi aklamasi, maka sudah jelas tidak ada pemungutan suara. Tinggal menunggu pernyataan setuju secara lisan dari seluruh peserta dalam Sidang Senat Terbuka esok hari, Selasa (31/10) di Aula Kampus Utama Unswagati.

Di gelarnya esok Pemilihan Rektor artinya hanya dalam hitungan jam Unswagati akan mempunyai pemimpin baru. Harapan-harapan tentang pelaksanaan acara dan akan adanya Rektor baru pun tidak luput terlontar dari mulut Dr. H. Ida Rosnidah selaku Ketua Panitia.

“Acara Pemilihan Rektor bisa berjalan lancar, sehingga tugas panitia dengan demikian selesai. Untuk Rektor baru nanti, bisa membawa Unswagati lebih maju, bisa mencapai visi dan misi yang telah disusun.” Ujarnya.

Sidang Senat Terbuka esok pun selain dihadiri oleh anggota senat, akan dihadiri pula oleh pembina yayasan, pengurus yayasan, perwakilan dosen, perwakilan mahasiswa yakni BEM dan DPM Universitas. Sekedar informasi, dalam Pemilihan Rektor sebelumnya aklamasi pun terjadi. Maka dengan ini, akan segera tuntaslah masa jabatan Rektor Unswagati lama, Prof. DR. H. Rochanda Wiradinata, MP.

Rabu, 18 Oktober 2017

Universitas VS Yayasan, Siapa yang Menang?

Sekapur Sirih

Akhir – akhir ini, dinamika di Universitas Swadaya Gunung Djati (Unswagati) dan Yayasan Pendidikan Sunan Gunung Djati (YPSG) mulai memanas. Terlebih setelah aksi unjuk rasa (Demonstrasi) yang dilakukan para pegawai, staf dan karyawan Unswagati. Tiga tuntutan pun dilemparkan kepada pihak Yayasan; Copot Suheri, Juju, Ayu, revisi Statuta terbaru kembali ke tahun 2015 – 2016, dan kembalikan tata kelola keuangan kepada Universitas. Memang setelah keuangan dikeola Yayasan berdasarkan Statuta terbaru, polemik bermunculan yang berimbas pada civitas akademik, terutama mahasiswa yang paling dikorbankan atas berlakunya peraturan tersebut.

Bagaimana tidak, dengan semakin melesatnya biaya perkuliahan di Unswagati, sayangnya kenaikan tersebut tidak dibarengi dengan pelayanan yang optimal kepada mahasiswa. Organisasi kesulitan mengadakan kegiatan, lantaran sokongan dana dari kampus sulit sekali didapatkan, dengan alasan minim anggaran. Kedua, sarana – prasarana juga sama, minim. Belum lagi soal kesejahteraan civitas akademik, ini pun sama, memprihatinkan. Siapa yang patut bertanggung jawab dalam persoalan ini? Mari kita bedah, dengan sudut pandang objektif yang dilihat dari keadaan ril – atau dengan kata lain berdasarkan fakta – fakta yang ada -.

Sebelum masuk ke pembahasan lebih jauh, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu berbagai hal prinsipil ketika berbicara soal Universitas sebagai lembaga pendidikan tinggi dan Yayasan sebagai lembaga nirlaba. Persoalan pendidikan sudah jelas tercatat dalam konstitusi merupakan hak semua warga Negara untuk mencapai cita – cita bersama yaitu mercerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karenanya tidak hanya Negara yang memikul bebannya, lembaga pendidikan pun – sebagai salah satu komponennya - harus turut serta memikul tanggung jawab tersebut. Disiniah peranan regulasi sebagai sebuah sistem mutlak diperlukan.

Undang – Undang Pendidikan Tinggi, Peraturan Pemerintah tentang Sistem Pendidikan Tinggi, dan Undang – Undang Yayasan dan beberapa regulasi lainnya menjadi payung utama untuk menjalankan sebuah lembaga pendidikan. Dalam peraturan tersebut diatas disebutkan pokok pikiran (prinsip) bahwa biaya perkuliahan di setiap universitas harus terjangkau (hal ini diatur juga mengenai standar biaya kuliah di Indonesia) transparan dan akuntabel. Kemudian Yayasan sebagai payungnya secara prinsip tegas disebutkan sebagai organisasi nirlaba. Artinya bukan organisasi profit yang memperjual – belikan pendidikan. Bukan bicara soal untung atau rugi! Harusnya mengedepankan pelayanan terhadap masyarakat. Itulah prinsip – prinsip yang harus kita jadikan pedoman, pondasi dasar.

Akar Persoalan Konflik di Unswagati

Baiklah kita kembali kepada persoalan,. Kali ini mari kita kaji bersama akar – akar persoalan yang membelit sehingga timbul berbagai konflik. Menurut penulis ada tiga aspek yang perlu dicermati bersama yaitu aspek hukum (regulasi), aspek politis , dan aspek ekonomi. Pertama, jika kita lihat dari sisi regulasi atau aturan, sumber persoalan utamanya terdapat di Statuta sebagai payung hukum utama dalam hal menjalankan dan pengeloaan. Statuta tersebut di susun oleh Senat Universitas yang diantaranya terdiri dari jajaran Rektorat, Dekanat dan Yayasan. Dalam Statuta terbaru muncul pasal yang menyebutkan bahwa setiap uang yang ditarik dari mahasiswa harus masuk kedalam rekening Yayasan. Pasal tersebut yang kemudian dijadikan dasar oleh Yayasan untuk mengeola Keuangan.

Dampak dari regulasi tersebut jangan ditanya lagi, intinya mahasiswa yang paling dirugikan! Kedua, yaitu aspek politis. Menurut penulis wajar saja jika ada anggapan persoalan yang muncul ada hubungannya dengan perhelatan pemilihan rektor yang akan dilaksanakan Januari mendatang. Menurut informasi yang beredar, beberapa orang yang memiliki pengaruh di Yayasan dan Universitas bakal bertarung di Pilrek tersebut. Seperti pertarungan digelanggang dunia perpolitikan dengan berbagai celah yang ada akan digunakan sebagai senjata utama dalam berperang. Kemudian saling jegal – menjegal!
Terakhir dari aspek ekonomi, tidak dipungkiri dari peraturan yang ada berimbas kepada kesejahteraan civitas akademik. Hal ini penulis sepakat, selama tidak dalam memperkaya diri sendiri ataupun golongan. Cilakanya, siapa yang berkuasa, maka dia yang akan menguasai sumber daya ekonomi. Tidak dipungkiri pula bahwa hal ini bakal terjadi, pertarungan ini pun bisa dimanfaatkan untuk menguasai sumber daya dan kekayaan aset Unswagati itu sendiri. Ini pun yang harus dikawal, kekayaan yang ada harus dioptimakan untuk kemasahatan bersama!

Sikap Sebagai Mahasswa Unswagati

Mahasiswa sebagai Stakeholder utama dalam persoaan ini pun harus ambil sikap dan ambil peran. Tentunya, jangan sampai terjebak dalam pertarungan (konflik interes) dua kelompok yang sedang baku hantam. Kita semua harus cakap dalam mengambil keputusan, berbagai kemungkinan, kondisi, data dan fakta harus tetap di cermati. Dalam hal ini pula independensi mahasiswa diperlukan, sebagai jawaban atas persoalan yang ada, intinya sebagai solusi. Independensi tersebut bukan dalam artian netral atau tidak berpihak. Mahasiswapun punya kepentingan dan keberpihakan yang nyata, yaitu kesejahteraan umum seluruh civitas akademik, tanpa terkecuali.

Siapapun yang berkuasa, siapapun yang menduduki jabatan strategis, mahasiswa tidak ada urusan. Apakah ada yang bisa menjamin jika mereka yang bakal berkuasa bisa amanah dan memperjuangkan kepentingan mahasiswa? Tidak! Maka dari itu yang dilawan oleh mahasiswa yaitu mereka – mereka yang tiran, haus jabatan dan rakus dalam menimbun kekayaan, dan tidak berpihak tehadap kepentingan umum, kemudian menciderai nilai – niai kemanusiaan dan keadilan. Disinilah mahasiswa ambil bagian dalam berjuang. Yang mengaku atau merasa bagian dari almamater Unswagati, mari kita bersama mengembalikan Unswagati kepada fitrahnya, back to basic; pengabdian terhadap masyarakat! Bukannya begitu, wahai saudaraku?

Epri Fahmi Al- Aziz Penulis adalah Mahasiswa Fakutas Ekonomi Sekaligus Anggota Luar Biasa Lembaga Pers Mahasiswa Semua Tentang Rakyat (Alubi LPM SETARA).

Senin, 16 Oktober 2017

Green Building solusi untuk Kota Cirebon

Unswagati, Setaranews.com – Himpunan Mahasiswa Sipil (HMS)  Fakultas Teknik Universitas Swadaya Gunung Jati (Unswagati) Cirebon mengadakan acara Seminar Nasional di Aula Kampus Utama Unswagati Cirebon. Senin (16/10).

Kegiatan yang bertemakan “Save The Earth By Green Building” yang merupakan rangkaian acara dari Civil Festival 2017 HMS Unswagati berjalan dengan lancar dan banyak di hadiri dari berbagai civitas akademika, dan peserta dari berbagai kalangan. Pembicara dalam seminar tersebut terdiri dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kota Cirebon yaitu Ir. Budi Raharjo,MBA. dan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Cirebon yaitu Drs. H. RM., Abdullah Syukur. Ms.i .

Hal yang menarik dalam Seminar tersebut membahas tentang Green Building yang dirasa menjadi solusi bagi masyarakat universal sebagai keseimbangan menyikapi permasalahan lingkungan. Kemudian keselarasan pemerintah Kota Cirebon dengan gagasan green building, hal tersebut kata Budi pemerintah harus mengawalinya dimana sudah di gambarkan dalam visi Kota Cirebon yaitu RAMAH (Religi, Aman, Maju, aspiratif, Hijau).

“Untuk mencapai hal ini kita sudah ada beberapa hal yang untuk mengarah ke situ salah satunya adalah green building itu tidak hanya bangunan, green building merupakan konsep bangunan yang ada unsur hijaunya.” Kata Budi dalam pidatonya

Lebih lanjut budi menjelaskan, di Kota Cirebon berdasarkan regulasi yang ada dimana Ruang Terbuka Hijau (RTH) yaitu 20% dari luas lahan kota dan 10 % dari partisipasi swasta. Dengan keterbatasan lahan, menurut Abdullah Syukur green building bisa menjadi solusi dimana di Kota Cirebon sendiri lahannnya sangat terbatas untuk pengembangan taman.

Salah satu peserta menanyakan, selama ia menjadi warga Kota Cirebon ada perubahan yang sangat jauh berbeda jika di bandingkan dengan kondisi pada masa dulu, seperti jalan Ciptomangunkusumo Kota Cirebon yang dulu rindang dan banyak pepohonan menjadi tergantikan dengan di tumbuhi bangunan-bangunan. “Untuk membangun green building sepertinya kebijakannya juga harus green. Apakah kebijakan-kebijakan pembangunan di cirebon itu sudah green atau belum, diharapkan perda untuk green building?” kemudian dijawab dengan pemaparan arah DPUPR dan DLH kota Cirebon.

“Peruntukan RT/RW, perencanaan tataruang  wilayah kota itu dulu masuk dalam somasi dalam perumahan dan pemukiman di 2017 berubah menjadi perdagangan dan jasa, karna itu termasuk dalam KSK (kawasan strateis kota) dimana perkembangannya harus kita dorong, akibatnya seperti ini ( cipto sekarang) tapi kami akan tetap menjaga kaidah-kaidah dari yang ada di situ.”

Budi menambahkan, bahkan pihaknya sudah mengimbau juga melakukan pembangunan yang ramah lingkungan tetapi sampai saat ini yang sudah mereka laksanakan adalah baru Gapura Candi Petak dimana itu juga masih terbatas pada bangunan berpetak / perkantoran tapi untuk swasta kami belum mempunyai dasar yang kuat.

Selain itu, menurut budi, impian DLH sebagai Dinas terkait juga sebenarnya merencankan bangunan hijau yang horizontal tetapi juga vertikal untuk mengejar penghijauan 20% , untuk Perda akan melibatkan semua unsur untuk meminta masukan dan sarannya. (Obi Robiansyah)

Senin, 09 Oktober 2017

BEM-FT Gelar KPM Sebagai Bentuk Implementasi Tri Darma Perguruan Tinggi

Unswagati, Setaranews.com – Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Teknik (BEM-FT) Universitas Swadaya Gunung Jati (Unswagati) Cirebon menggelar Kemah Pengabdian Masyarakat (KPM) pada tanggal 5-7 Otober 2017 di Bumi Perkemahan (Buper) Cipaniis, Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Kuningan.

Kegiatan tersebut merupakan salah satu agenda rutin tahunan yang kerap diselenggarakan oleh BEM-FT sebagai program khusus untuk mahasiswa baru Fakultas Teknik (FT) guna untuk membangun kesadaran sebagai mahasiswa dalam kerangka Tri Dharma Perguruan Tinggi.

"Selain sebagai bentuk implementasi terhadap penelitian, pendidikan, dan pengabdian masyarakat, sya juga mengarapkan pasca program KPM ini mahasiswa fakultas teknik dapat terbangun emosional nya dan menjadi solid,"ungkap Haris Darmawan, Ketua Pelaksana kegiatan, saat ditemui setaranews.com, Minggu (08/10).

Dalam kegiatannya (KPM) terdapat salah satu rangkaian acara yang menjadi keunggulan kegiatan tersebut yaitu Pengabdian Pada Masyarakat (P2M) dengan kegiatan berupa penanaman pohon, pengadaan tempat sampah untuk masyarakat sekitar, dan pembersihan sumber mata air di desa Cipaniis.

Kegiatan KPM diikuti oleh sebanyak 126 Mahasiswa baru Fakultas Teknik Unswagati Cirebon.

(Ramadhan/LPM Setara).

 

 

Apa Menariknya Piala Dunia Tanpa Belanda dan Argentina?

SetaraNews.com - Kualifikasi Piala Dunia sudah memasuki babak-babak penentuan, gelaran akbar empat tahunan yang bakal di helat di Rusia itu sebentar lagi akan mengumumkan kontestan-kontestan resminya. Hanya saja, beberapa tim kuat justru masih berkutik di papan tengah dan memunculkan kemungkinan tak dapat tampil pada kompetisi sepakbola paling diminati di dunia itu. Dua tim itu adalah Argentina dan Belanda.

Belanda dan Argentina tentu masih harap - harap cemas. Bagaimana tidak, Dua tim langanan piala dunia itu sekarang malah sedang menanti keputusan tuhan untuk dapat membawa mereka setidaknya berada di posisi play off, iya play off.Pertandingan menentukan lain yang dimainkan oleh tim-tim kurang beruntung dengan peringkat yang tak bagus-bagus amat.

Belanda saat ini masih berada di posisi ke tiga grup A. tertinggal dari Perancis di posisi pertama dan Swedia di posisi ke dua. Harapan Timnas oranye untuk lolos ini benar-benar tergantung izin tuhan. jika direstui maka Swedia bisa terjungkal di laga-laga terakhir sedang Belanda, bisa superior mengalahkan pesaingnya. Jika skenario itu berjalan, maka warna oranye masih bisa kita lihat di Rusia. Tapi, kalau tidak, Ya sudah sampai bertemu lagi di Piala Eropa 2020 (jika lolos).

Nasib Argentina juga tak jauh berbeda, Di huni penyerang-penyerang super tajam. Argentina justru memble di kualifikasi. Sampai ketika pertandingan tinggal menyisakan satu laga lagi. Argentina justru anteng di posisi ke enam. Kalau sampai kalah di laga terakhir, Maka di Rusia kita tak akan lihat aksi Messi, Dybala, Icardi, Higuain, Aguero, Di Maria, Sampai Maradona. (Nama terakhir memang sudah pensiun).

Dua tim ini adalah juara kedua dan ketiga piala dunia edisi sebelumnya. Jadi, apa menariknya kalau-kalau piala dunia tanpa Argentina dan Belanda? Orang jauh bakal lebih mengingat ketika Messi gagal pinalti di putaran Final Piala dunia. Coba kalau yang gagal pinalti Ki Sung-Yueng, siapa yang peduli? Bagaimana juga nasib Robben. Jika tak tampil di piala dunia, otomatis kesempatan dia untuk melakukan diving juga tertutup.

Kasihan Rusia bisa jadi jumlah penonton bakal menurun, kemungkinan pertandingan seru bakal lebih sedikit, dan siapa tahu bisa jadi ekspektasi keuntungan Rusia di gelaran ini tak kesampaian karena Belanda dan Argentina yang absen.

Jumat, 06 Oktober 2017

Amanat Jendral TNI Gatot Nurmantyo dalam HUT TNI ke-72

Cirebon, Setaranews.com – Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang pada tahun ini merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-72 tahun dengan menggelar upacara seremonial di Alun-alun Kejaksan Kota Cirebon, Kamis 5 Oktober 2017 dengan mengusung tema “Bersama Rakyat TNI Kuat”.

Upacara yang dipimpin oleh Kepala Staf Korem 063/SGJ, Letnan Kolonel (Letkol) Wahyu Widodo, menyampaikan amanat dari Jendral TNI Gatot Nurmantyo dalam pidatonya kepada seluruh anggota TNI. Pertama, tingkatkan keimanan dan ketakwaan kepada tuhan yang maha Esa sebagai landasan moral dan etika dalam pelaksanaan tugas.

“Kedua, tugas prajurit TNI sangat berkaitan langsung dengan tegak atau runtuhnya negara bersatu atau bercerainya bangsa, oleh karena itu tempatkan tugas diatas segala-galanya. Ketiga, junjung tinggi nilai dan semangat kebangsaan demi tetap kokohnya persatuan dan kesatuan bangsa, serta tetap tegaknya kedaulatan NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945,” katanya dalam pidato tersebut.

Keempat, lanjut Letkol Wahyu, pegang teguh disiplin keprajuritan dengan berpedoman Sapta Marga, Sumpah Prajurit, 8 Wajib TNI, taati hukum dan hormati hak asasi manusia. Kelima, bina solidita satuan, tegakkan rantai komando dan mantapkan satuan komando di setiap strata kepemimpinan satuan TNI, sehingga terwujud loyalitas tegak lurus yang jelas dan tegas.

“Keenam, selalu hadir di tengah-tengah masyarakat dengan aktif berperan menyelesaikan masalah dan memberikan kontribusi positif demi kemajuan satuan dan lingkungan di mana pun berada. Selalu berinovasi dan berkreasi terhadap perkembangan IPTEK, sehingga mampu mengatasi segala bentuk ancaman terhadap negara ini. Ketujuh, laksanakan semua tugas dengan niat berbuat baik, berani, tulus dan ikhlas hanya untuk negara Indonesia,” ujarnya.

Letkol Wahyu Widodo pun mengatakan, bersama-sama dengan rakyat ke depannya untuk membuat situasi yang lebih kondusif, khususnya di Cirebon dan juga Indonesia.( Hashbi isma rabbani )

Rabu, 04 Oktober 2017

HMJ Akuntansi Gelar Seminar Karya Tulis Ilmiah

Unswagati, Setaranews.com - Himpunan Mahasiswa Jurusan Akuntansi (HMJ-AKA) Fakultas Ekonomi Unswagati mengadakan Seminar Karya Tulis Ilmiah yang bertemakan “Peran Penting Karya Tulis Imiah Dalam Pembentukan Karakter Mahasiswa yang Kreatif Inovatif Serta Berwawasan Luas Dalam Menulis” pada hari Rabu tanggal 4 Oktober 2017 bertempat di Auditorium Unswagati Kampus I.

Acara ini diselenggarakan guna meningkatkan pengetahuan mahasiswa yang akan menghadapi skripsi, tugas laporan makalah atuapun karya tulis dalam keseharian kegiatan belajar mengajar, serta dapat berkarya dalam perlombaan karya tulis essay dan sejenisnya. "Harapannya sih tiap tahun bisa diadakan acara seperti ini karena kebetulan Program HMJA ini baru diadakan dan telah mendapatkan dukungan dari dekannya langsung,” ujar Marlina Ulfa Suryadi selaku Ketua Pelaksana Seminar.

Maka dengan acara tersebut peserta akan mendapatkan pengetahuan yang langsung dialami oleh pengalaman para pemateri langsung yaitu Isna Silvia, mahasiswa berprestasi Unswagati dan Dekan Fakultas Ekonomi Dr. Hj. Ida Rosnidah, S.E, Ak, MM, CA.

Peserta yang mulanya dibatasi hanya 100 orang namun ternyata bisa mencapai 200 orang meskipun dikenakan tarif sebesar Rp. 15.000 tetapi banyak antusiasme mahasiswa yang ingin ikut serta terutama mayoritas Mahasiswa Tingkat Akhir. Salah satu peserta Seminar mengungkapkan, “Menurut saya acara ini sangat edukatif tereutama Mahasiswa Tingkat akhir karena bermanfaat untuk pembuatan Skripsi,” Ungkap Rizki Eko Gustaman, Mahasiswa Fakultas Ekonomi.

Selasa, 03 Oktober 2017

Diamku Adalah Suara

Aku yang menanti kepulangan sisa-sisa letihmu

Berharap bisa  menghirup nafas yang lagi lagi tersengal oleh waktu

Demi menuntaskan sebuah karsa

Sekurang dalam apa

Meski menjadi yang kesekian kali

Aku hampa pada  cemburu

Dan dicampakkan oleh rindu

Lalu kau tetap kokoh bertapa dengan membisu

 

Diamku adalah suara

Menahan hujatan  atas pertanyaan mereka

Menahan hasrat merontah rontah keletihan

Entah aku kan beri kata apa

Entah kan pada batas apa

Aku tak lagi kenal amarah

Aku tak peduli lagi dengan apa itu pasrah

Sebab lelahku menapaki janji janji yang tak jelas arah

 

Ini sangat tak baik

Sangat tak berlogika