Jumat, 02 Maret 2018

Pentingnya Bantuan Trauma Healing Bagi Korban Bencana

Cirebon, Setaranews.com - Hujan deras yang menguyur Kabupaten Cirebon, Brebes dan Kuningan akhir-akhir ini mengakibatkan banyak terjadi becana alam seperti banjir dan tanah longsor, terhitung sejak 23 Februari 2017, 3 Kabupaten tersebut sudah tergenang air setinggi pinggang orang dewasa, banyak warga yang kehilangan harta benda dan tatkala tragis kehilangan anggota keluarganya. selain harta benda dan anggota keluarga , mental korban bencana juga tentu sangat terguncang. Akibatnya banyak masyarakat, ormas, relawan kemanusiaan dan mahasiswa yang simpati serta kompak menggalang dana untuk membantu memenuhi kebutuhan finansial korban bencana alam, namun pada dasarnya para korban juga membutuhkan bantuan kesehatan mental karena trauma yang timbul dari bencana alam berskala besar.

Trauma healing sangatlah penting, melihat banyak dari korban bencana alam mengalami trauma dan ketakutan yang berlebih ketika mendengar suara-suara yang menyerupai gaung, getaran, atau semacamnya. Trauma healing sendiri diutamakan pada anak-anak : usia 0 – 12 tahun, remaja : usia 13 – 18 tahun, dewasa : usia 19 – 60 tahun dan lansia : usia 60 tahun keatas, yang biasanya mengalami trauma paling kuat, baik stres maupun depresi.

Trauma healing seharusnya dilakukan secara teratur agar dapat membangun kembali mental para korban. Terhadap anak-anak, misalnya, program trauma healing dapat dilakukan dengan membangun kelompok bermain yang diikutkan ke dalam kelas, atau kegiatan-kegiatan bermain, belajar, membaca buku, kegiatan kesenian seperti tari, musik, dan melukis bahkan kegiatan beragama. Trauma healing yang diberikan pada anak-anak bertujuan agar mereka mampu melupakan kejadian-kejadian yang terjadi pada masa lampau, sehingga membuat mereka lebih siap apabila bencana datang kembali.

Kegiatan-kegiatan trauma healing yang diberikan pada anak-anak berbeda dengan orang dewasa. Pada orang dewasa, program yang lebih tepat berupa konseling. Dalam tugas kemanusian seperti menghadapi bencana alam, peran relawan kemanusian sangatlah penting. Fase penanganan bencana biasanya dibagi dalam beberapa fase.

Fase pertama adalah fase emergensi, dimana fase ini membutuhkan sifat cepat karena berurusan dengan penyelamatan korban dari reruntuhan, timbunan hingga tugas mengevakuasi korban luka hingga korban meninggal. Relawan emergensi dibekali kemampuan first aid, evakuasi korban, hingga kemampuan lain yang mendukung. Maka, relawan emergensi biasanya berasal dari para pencinta alam atau orang yang telah dididik dalam pendidikan khusus.

Fase emergensi biasanya disesuaikan dengan kebutuhan penanganan wilayah terdampak. Waktunya biasanya ditentukan petugas berwenang seperti BNPB, BPBD, Pemda atau otoritas kebencanaan lainnya. Fase emergensi dinyatakan selesai bila korban sudah ditemukan dan dievakuasi, atau dianggap telah lewat waktu dimana korban kemungkinan tak lagi bisa diselamatkan dalam keadaan hidup atau selamat. Dalam fase emergensi, juga dilakukan fase relief dan fase medis. Fase relief atau fase bantuan dan juga pendirian posko.

Dalam fase medis, di perlukan upaya pemulihan trauma pasca bencana. Disinilah peran relawan trauma healing unuk mengurangi dampak truma para korban bencana. Sebagian besar memang dilakukan untuk anak--anak.

TAT (Tapas Acupressure Technique) adalah proses yang mudah untuk mengakhiri stres, trauma, rasa takut (fobia), rasa menderita untuk menciptakan rasa bahagia. TAT adalah teknik yang baru, sederhana dan efektif untuk menciptakan rasa damai, rileks, dan sehat dalam waktu yang singkat. TAT merupakan salah satu bentuk terapi dalam kelompok ilmu Energy Psychology yang sedang berkembang pesat. Teknik ini dilakukan dengan menyentuh ringan beberapa titik akupunktur di kepala (Posisi TAT), sambil mengarahkan perhatian anda pada masalah yang ingin diatasi (7 Langkah Penyembuhan TAT). Menyentuh titik-titik ini dengan ringan akan memberikan efek pudarnya trauma, sehingga pikiran dan perasaan hati yang negatif pun berkurang, terutama setelah mengalami peristiwa yang traumatis.

Selain itu, yang tidak kalah pentingnya adalah pembangunan kembali wilayah, atau penempatan korban di wilayah baru. Dengan hal tersebut, ingatan tentang bencana di benak mereka bisa terhapus, dan kehidupan baru bisa dimulai.

Berita lainnya: Komunitas Pemuda Panguragan Bersatu Gelar Aksi Solidaritas Banjir Cirebon Timur

1 komentar: