Jumat, 23 Maret 2018

Resensi Film: Peristiwa Sejarah Jangan Dilupakan, Moonrise Over Egypt

Judul Film     : Moonrise Over Egypt

Sutradara       : Pandu Adiputra

Naskah            : dari novel The Grand Old Man

Produser        : Amir Sambodo , Adie Marzuki

Pemeran         : Pritt Timothy (Agus Salim), Vikri Rahmat (AR. Baswedan), Satria Mulia (H.M. Rasjidi), drh. Ganda (Natsir Pamuntjak), Reza Anugrah (Zain Hasan), Bhisma Wijaya (Hisyam) dan Ina Marika (Zahra).

Tanggal Rilis : 22 Maret 2018 (Bioskop Seluruh Indonesia)

Durasi             : 114 menit

Resentator     : Mumu Sobar Muklis

Resensi Film, Setaranews.com – Sebuah film bergendre biography, sejarah yang akan mengingatkan kita pada kondisi perjuangan kemerdekaan Indonesia di masa lalu. Pada tahun 1947 Indonesia sedang mengalami tekanan bertubi-tubi setelah keluarnya dari jeratan fasisme Jepang dan kembali datang rongrongan Belanda untuk menguasai Indonesia. Walau Indonesia sudah mendeklarasikan kemerdekaanya pada tahun 1945 bukan tidak mungkin ketertarikan negara luar ingin menghisap kembali kekayaan alam Indonesia. sehingga pada usahanya Belanda mencoba kembali merebut kekuasaan atas Indonesia.

Tibalah pada bulan April 1945 Indonesia mengutus perwakilan untuk bekerjasama dengan Liga Arab yang waktu itu di pimpin oleh Mesir. Tidak semulus yang direncanakan dan tidak semudah yang di bayangkan, rintangan dan ancaman juga terjadi dalam misi diplomatik tersebut. Antek-antek Belanda mencoba menggagalkan usaha Indonesia. Misi tersebut di pimpin oleh Haji Agus Salim bersama AR. Baswedan, H.M. Rasjidi, Natsir Pamuntjak yang berkerjasama dengan Nokrashi sebagai orang penting di Liga Arab. Namun utusan Nederlandsch Indie Civil Administratie (NICA) yang di kirim khsus ke Kairo Mesir mencoba menggalkan usaha Agus Salim dan kawan-kawan. Nokrashi yang semula merespon positif tapi karena mendapat tekanan dari NICA melalui antek-anteknya tergoyahkan sehingga kesepakatan dengan Indonesia pun di tanguhkan. Namun dengan kersama mahasiswa yang ada di Kairo, kelompok diplomat tersebut terus bertahan dalam usahanya. Mengingat keadaan yang terjadi di Indonesia, dan segenap perjuangan kawan-kawannya di Indonesia mereka memutuhkan tetap melanjutkan misi tersebut walau nyawa menjadi taruhannya.

Setelah melewati berbagai hambatan, dengan di bumbui intimidasi Nica, penghianatan dari mata-mata pada kubu Indonesia, akhirnya mereka berhasil meyakinkan Nokrashi sebagai perwakian dari negara-negara Arab untuk mengakui kemerdekaan Indonesia.

Yang menarik: film ini mengingatkan penonton pada sejarah Indonesia, sehingga sangat menginpirasi dan mengedukasi, memberikan dorongan moral yang kuat setelah selesai menontonnya.

Walau film ini bercerita sejarah atau bigraphy, nyatanya di kemas dengan apik dan tidak membosankan. Dialog cerdas dan humorisnya membuat kita terhibur sekaligus belajar. Tokoh Agus Salim di perankan dengan sangat baik, banyak ilmu dan wawasan yang bisa di serap dari dialog-dialog yang di suguhkan.

Kekurangan: film ini berlatar tempat di Indonesia dan lebih bayak di Mesir, penggambaran kehidupan sosial masyarakat Mesir kurang hidup dan peristiwa latar belakang masalah dalam hal ini misi diplomatik kurang di perjelas sehingga agak berat untuk penonton yang jarang membaca sejarah.

Secara keseluruha film ini ibarat obat untuk generasi muda jaman sekarang “ Untuk mengalahkan bangsa yang besar tidak dengan mengirimkan pasukan perang, tetapi dengan cara menghapus pengetahuan mereka atas kejayaan para leluhurnya, maka mereka akan hancur dengan sendirinya.” Tsun-Tsu, The Art of War.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar