Kamis, 30 Januari 2014

Proyek Chevron Diduga Sudah 'Disetting'

Kuningan - SetaraNews.com, Perpindahan pengelolaan hutan yang tadinya dikelola oleh pihak Perhutani, menjadi Taman Nasional Gunung Ciremai, disinyalir adalah bagian dari rencana masuknya Chevron corporation ke desa Palutungan.




"Kami berpikir, bahwa itu semua sudah di setting. Toh buktinya, pihak pemerintah daerah Kuningan saja baru tahu, sedangkan ini semua berjalan dari tahun 2011." ujar Zaki seorang warga setempat kepada SetaraNews Kamis (30/1).

Pada awal tahun 2013, pihak Chevron melaksanakan sosialisasi bersama pihak masyarakat dan didampingi oleh pihak Pemprov Jawa Barat. Soasialisasi dilakukan sebanyak dua kali pada tahun lalu. Sosialisasi itu sendiri berujung dengan tolakan dari pihak masyarakat.

"Peraturan yang pemerintah buat itu tidak menguntungkan kami, tapi malah menguntungkan mereka. Seolah-olah pemerintah membuat jalur yang mulus bagi mereka. Jalur mulus itu akan kami rusak dan hambat." ujar Oki.




Pemprov Jabar berasumsi bahwa pembuatan proyek gheotermal oleh Chevron corporation menguntungkan pemerintah. Adanya Chevron corporation juga membantu masyarakat, dengan alasan menambah lahan untuk bekerja.

"Jika semua itu menguntungkan, kenapa tidak di kelola oleh Pertamina?" tambah Oki.

Oki menuturkan, pemerintah menjawab itu semua dengan jawaban yang kurang masuk akal. Pemerintah tidak melimpahkan ini semua kepada Pertamina, karena pemerintah tidak memiliki dana yang cukup besar. Itu semua mereka ucapkan pada saat sosialisai Pemprov Jabar kepada masyarakat secara langsung.

"Pertamina itu banyak duit, bohong kalau mereka tidak punya duit." pungkas Oki.

 

Warga Kesal Tidak Boleh Mengelola Lahan Sekitar Proyek Chevron

Kuningan - SetaraNews.com, Warga desa Palutungan, dan desa Cisantana Kecamatan Cigugur Kuningan  Jawa Barat kesal tidak diperbolehkan untuk mengelola lahan pertanian di area kaki gunung Ciremai yang selama ini menjadi sumber mata pencaharian mereka.

"Mereka (pihak TNGC Taman Nasional Gunung Cirebon) tidak mengizinkan kami masuk untuk mengelola, tapi babi yang merusak di izinkan. Sungguh ironis." ujar Oki kepada SetaraNews (30/1).

Menurut Oki, pada zaman kolonial Belanda hingga ke orde lama warga masih bisa mengelola. Namun pada zaman orba semua diambil alih oleh pihak perhutani dan kami warga harus membayar, namun warga masih bisa mengelola.

"Kenapa sejak tahun 2004, pada saat beralih menjadi taman nasional gunung ciremai (TNGC) kami tidak diperbolehkan sama sekali. Ada warga yang mengambil ranting saja dihukum 8 bulan." tambah Oki.

Pemerintah provinsi Jawa Barat sendiri telah menyepakati kerja sama dengan Chevron Corporation pada tahun 2006 lalu untuk pembangunan Gheotermal (tenaga listrik dari panas bumi) di wilayah Jawa Barat.

Menurut Oki, Pemerintah Propinsi beralasan semua itu demi masyarakat setempat. Karena masyarakat setempat yang ekonominya kurang bisa di atasi, dan sangat menguntungkan.

"Ini semua pembohongan. Masyarakat di desa kami hidup lebih dari berkecukupan. Bahkan pada zaman moneter pun kami tidak merasa kesulitan. Jika harus beli motor tanpa mengangsur. Tapi secara tunai." pungkas Oki.

Masyarakat Khawatir dengan Proyek Chevron di Kuningan

Kuningan - SetaraNews.com,  Masyarakat di sekitar lokasi mega proyek Chevron yang berada di desa Palutungan dan Cisanta, mengkhawatirkan tentang dampak lingkungan di wilayahnya.

Menurut Oki, jika Chevron Corporation telah menguasai gunung Ciremai, maka dampaknya bukan hanya dirasakan oleh masyarakat desa Cisantana saja. Namun dampaknya akan menyebar luas di wilayah lain.

"Permasalahan ini harus dihadapi bersama. Sembilan kecamatan akan lenyap, bila chevron ada di desa kami" ujar Oki kepada SetaraNews (30/1).

Lebih lanjut Oki menuturkan, selain lenyapnya tempat tinggal masyarakat, dampak yang lainnya pasti akan menyusul. Seperti kerusakan alam dan kegiatan perekonomian masyarakat sekitar.

Kerusakan yang paling vital, yakni ditariknya fluida (cairan) dari bumi yang akan membawa campuran gas, diantaranya; karbon dioksida (CO2), hidrogen sulfida (H2S), metana (CH4) dan amonia (NH3). Pencemaran-pencemara­n ini jika dilepas yang akan ikut memiliki andil pada pemanasan global.

Pembangunan gheotermal ini juga dapat merusak stabilitas tanah. Tanah untuk bercocok tanam masyarakat setempat pun akan amblas.

Kekhawatiran akan akibat dari mega proyek Chevron bukan hanya dari Oki, warga lain seperti Leo juga ikut mengkhawatirkan tentang dampak lingkungan tersebut.

"Jika tanah amblas, di mana kami akan bercocok tanam? Lalu jika air dan udara tercemari racun, maka kami berternak di mana? Bertanggung jawabkah mereka?" Ujar bapak Leo saat ditemui di rumahnya (29/1).

"Kami tidak tinggal diam, kami mencari informasi. Berkaca dari Freeport, untuk meminta 1,5% saja sangat sulit. Dan jangan lupa, gunung Ciremai adalah sumber air bersih di wil III Cirebon. Jadi kami tidak akan tinggal diam." pungkas Oki.

Chevron Ingin Kuasai Ciremai, Warga Menolak


Kuningan - SetaraNews.com, Chevron corporation yang merupakan perusahaan terbesar yang bergerak dalam bidang minyak dan gas di Indonesia [dari data SKK Migas, Kamis (10/10/2013)] ini, ingin kuasai sektor bisnis hulu minyak, dan gas di provinsi Jawa Barat.


Terbukti dengan sudah dikuasainya lima gunung, untuk menjalankan rencana mereka. Lima gunung tersebut diantaranya; Gunung Patuha, Gunung Gede, Gunung Salak, Gunung Pangrango, dan Gunung Halimun. Kelima gunung tersebut berhasil dikuasai oleh Chevron hanya dalam kurun waktu lima tahun sejak 2009 silam, dan rencananya perusahaan yang berasal dari Amerika Serikat ini akan ada tujuh gunung lagi yang akan dikuasai wilayah Jawa Barat.


Dari tujuh gunung yang mereka targetkan, tinggal beberapa gunung yang belum mereka kuasai. Yaitu Gunung Ciremai dan Gunung Papandayan. Rencananya di tahun 2014 ini, tepatnya pada bulan Juni gunung tertinggi di Jawa Barat (Ciremai) akan mereka tundukan.

Terkait dari rencana tersebut, masyarakat  di sekitar area rencana pembangunan proyek Chevron menolak.

"Mereka menjanjikan kami segala hal, apa lagi dalam bentuk listrik. Tapi jika listrik dipenuhi, lalu kita masyarakat mau di buang kemana?" Ujar Oki saat ditemui SetaraNews, hari ini Kamis (30/1) di dusun Pajambon desa Cisantana, kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan.

Masyarakat menolak bukan tanpa alasan. Datangnya Chevron Corporation yang membutuhkan lahan begitu luas, serta dikhawatirkan akan adanya dampak yang tidak baik bagi lingkungan tempat tinggal mereka.

"Kami sangat menolak jika perusahaan itu ada disini, dan ini bukan permasalahan desa kami saja, tetapi juga akan berimbas di wilayah tiga Cirebon pasti terkena dampaknya." pungkas Oki.

Rabu, 29 Januari 2014

Jelang Semester Genap, Belum Ada Info Beasiswa

Unswagati - SetaraNews.com, Bagi mahasiswa yang tengah menunggu kabar tentang beasiswa nampaknya harus bersabar terlebih dahulu. Pasalnya di awal tahun 2014 dan juga menatap semester genap mendatang ini belum ada beasiswa yang bisa diajukan.

Menurut staf Wakil Rektor III Unswagati, Sofyan saat di temui SetaraNews kemarin, mengutarakan bahwa hingga saat ini belum ada informasi beasiswa dari instansi mana pun, menurutnya tawaran beasiswa biasanya hadir saat bulan Maret atau April.

“Kalau sekarang belum ada informasi tentang beasiswa, biasanya beasiswa tuh mulai banyak sekitar bulan Maret atau April”. Ujarnya pada Selasa (28/1) kemarin.

Beasiswa dari pihak Kampus Unswagati sendiri juga belum bisa didapat informasinya, padahal beberapa fakultas sebentar lagi akan memasuki semester genap.

“Sama, dari kampus juga belum ada informasi apa-apa mengenai beasiswa.” tutup Sofyan

 

Dana Bantuan Pengembangan Situ Pajaten Sering Dipotong

Cirebon – SetaraNews.com, Bantuan yang ditujukan kepada para pengelola Situ Pajaten sering dipotong oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab disesalkan warga.

Seperti bantuan dari gubernur dan dinas-dinas yang terkait, dan PNPM, di desa Cikalahang ini. Karena dari dana bantuan tersebutlah yang dijadikan sumber utama dalam memanfaatkan dan mengembangkan wisata Situ Pajaten.

Dari dana 1 milyar yang diberikan oleh gubernur, yang mereka terima hanya sebesar Rp900.000.000,- ditambah lagi dengan dana dari PNPM yang harusnya mereka terima Rp40.000.000 namun yang mereka terima hanya sebesar Rp28.000.000.

Mereka berharap agar pemerintah dapat secara tulus membantu pengembangan wisata lokal di desa Cikalahang, Kabupaten Cirebon yang memiliki banyak potensi tanpa melakukan potongan apapun.

“Saya berharap dana yang kami ajukan kepada pihak terkait, atau pihak-pihak yang ingin memberikan kami bantuan, tidak dipotong oleh pihak-pihak yang tidak bertangung jawab. Hal seperti itu jangan dijadikan budaya." keluh salah satu sumber SetaraNews (28/1) yang juga merupakan warga sekitar.

Terlepas dari adanya potongan (dugaan korupsi) tersebut, mereka optimis di tahun 2015 atau 2016 Situ Pajaten bakal menjadi tempat wisata yang sangat terpandang, dan menarik untuk dikunjungi oleh banyak wisatawan.

"Dengan adanya tujuan penyempurnaan tempat wisata ini, kami harap dengan banyaknya hal yang seperti itu, kesadaran dalam membangun tetap menjadi tujuan karang taruna dan masyarakat setempat." pungkasnya.

27 Tahun Perjalanan Pembangunan Situ Pejaten

Cirebon – SetaraNews.com, Sisa galian golongan C (galian pasir, batu kapur, batu padas) yang dikelola oleh karang taruna setempat ini, memiliki beberapa keluhan. namun itu bukan menjadi hambatan bagi mereka.


"Kami memulai ini semua dari tahun 1987, tanpa bantuan pemerintah. Baru pada tahun 2010 kami mendapat dana dari program desa peradaban yang diadakan oleh gubernur Jawa Barat, dan kami mengajukan beberapa bantuan ke dinas yang terkait yang berada di kabupaten Cirebon." ujar salah satu sumber SetaraNews (28/01).

Tidak adanya penghargaan dari kepala desa, sama sekali tidak membuat karang taruna dan masyarakat setempat menjadi putus asa. Itu semua dilakukan hanya untuk tujuan memperlihatkan kepada pemerintah tentang daya kreativitas masyarakat di desa Cikalahang.

"Sudah empat kali kepala desa berganti pun tidak ada sama sekali penghargaan bagi kami. Tapi anehnya, kepala desa malah meminta bagian dari hasil pengelolaan Situ Pajaten." sesalnya.