Rabu, 13 Mei 2015

Masjid Dipakai Silaturahmi Ulama, Mahasiswa Kebingungan Dirikan Shalat

Unswagati-Setaranews.com, Diadakanya acara silaturahmi ulama Palestina siang tadi (13/5) di kampus utama Universitas Swadaya Gunung Jati (Unswagati) banyak membuat beberapa mahasiswa kebingungan untuk melakukan Shalat Dzuhur, hal ini disebabkan acara di helat dalam masjid Nurul Ilmi Unswagati.

Rizal salah satu mahasiswa menuturkan kepada setaranews.com akan kebingunganya untuk mendirikan shalat dzuhur, lantaran ketika dirinya hendak shalat, acara yang mendatangkan ulama dari Palestina langsung itu baru saja dibuka.

"Iya, saya ga tau ada acara ini, makanya tadi pas mau shalat ternyata didepan itu lagi ada acara ini" tuturnya.

Terkait hal tersebut, Ahsanul Habibi ketua Ikatan Mahasiswa Masjid Nurul Ilmi (IMMNI) ikut berkomentar, dirinya menyebut jika jamaah yang hendak shalat bisa melaksanakanya di masjid bagian samping atau di masjid dekat Kodim.

"Untuk yang mau shalat dzuhur bisa di samping situ, atau kalau engga barangkali bisa shalat di masjid yang dekat kodim itu ya, kan ini juga acara sebentar" ucap mahasiswa tingkat dua teknik sipil itu.

Acara yang dilangsungkan mulai pukul 13.00 sampai 14.30 itu mendatangkan Syekh Al Muqbil salah seorang ulama dari Palestina dengan mengangkat tema "kembalikan Al-Aqsa kepada kami" menjadi destinasi kedua dari Komite Nasional untuk Rakyat Palestina (KNRP) mengadakan acara silaturahmi ulama Palestina di Kota Cirebon.

 

Minggu, 10 Mei 2015

KLISE Rayakan Hari Jadi ke-8

Unswagati, Setaranews.com- Sabtu malam (9/5) Klise merayakan anniversary ke delapan di kampus tiga Unswagati pukul 18.00 WIB, tepatnya di fakultas Fisip.

Acara ini berisikan pameran foto hasil karya klise berupa Analog, Digital, Kolase montase dan Digital Imaging. Selain pameran ada Live music acoustic dan barbeque party.

“Acara ini bertema Home, kita kasih tema home agar mengingatkan kepada alumni dan anggota-anggota Klise yang lain juga mahasiswa-mahasiswa fisip bahwa Klise bukan hanya organisasi tapi juga rumah, dari sini kita berasal ,dari sini kita bermula.” Ujar Panji selaku ketua umum Klise.

Beliau juga berharap bisa semakin akrab dengan organisasi lainnya di kampus Unswagati “ Untuk saat ini saya harap klise bersama  UKM-UKM dan organisasi mahasiswa kampus dapat lebih akrab lagi menjalin tali silaturahmi dan untuk kedepannya agar Klise lebih berjaya juga dapat melebarkan sayapnya lebih lebar lagi" Tambahnya .

Klise sudah berdiri selama delapan tahun terhitung sejak tanggal 5 Mei 2007.

Sabtu, 09 Mei 2015

FKIP Bahasa Inggris Seleksi Tim Untuk NUDC

Unswagati, Setaranews.com- Mahasiswa FKIP Bahasa Inggris mengadakan opening ceremony seleksi debat universitas untuk NUDC (National University Debate Campionship)  yang dihadiri oleh Kepala Biro Kemahasiswaan Unswagati. Seleksi ini diadakan Jumat dan Sabtu, 8-9 Mei 2015 dan bertujuan untuk menyeleksi peserta untuk kemudian dikirimkan ke Bandung sebagai perwakilan universitas di tingkat nasional.

NUDC merupakan acara yang diadakan oleh DIKTI bekerja sama dengan kopertis. Unswagati sendiri selama empat tahun sebelumnya selalu mengirimkan perwakilannya. “Sebenarnya ini agenda dari wakil rektor III, namun sejak tahun kemarin pihak universitas meminta ESA untuk menjadi panitia seleksi untuk NUDC ini”, ujar Agus Umar Akmad, ketua HMJ FKIP Unswagati (ESA/English Student Association) periode 2014-2015.

Adapun peserta lomba seleksi debat universitas ini berjumlah 4 tim. Tiga dari FKIP Bahasa Inggris dan satu tim dari Fakultas Kedokteran. “Fakultas lain tidak mengikuti acara ini dikarenakan sedang UTS dan tidak ada kesiapan untuk mengikuti lomba debat Bahasa Inggris ini”, pungkas mahasiswa Bahasa Inggris semester enam ini. (Dla)

Minggu, 03 Mei 2015

Unswagati Butuh Lahan Parkir

Pada dasarnya sebuah universitas harus mempunyai sarana dan prasarana yang harus memadai, contohnya harus tersedianya ruang kelas, ruang dosen, ruang praktikum, toilet, masjid, kantin, perpustakaan, dan lahan parkir.

Perguruan tinggi Unswagati Cirebon setiap tahun mengalami peningkatan jumlah mahasiswa secara signifikan, sehingga secara otomatis pengguna kendaraan semakin bertambah. maka meningkat pula kebutuhan lahan parkir khususnya sepeda motor. Dari fakta yang bisa kita lihat saat ini, bahwa lahan parkir begitu padat dan Kepadatan jumlah pengendara menyebabkan penuhnya lahan parkir dikampus. Kondisi lahan parkir di kampus unswagati  diakui sudah tidak mampu untuk menampung kendaraan para mahasiswa maupun dosen.  Lahan parkir di kampus 1, kampus 2 dan kampus 3 semuanya penuh, contohnya di kampus 1 karena kepenuhan pihak kampus memberi warning “maaf parkiran motor pindah  di lapangan volly lahan kodim”, walaupun pihak kampus sudah menyediakan tempat parkir di lapangan volly lahan kodim, namun masih ada pengendara motor maupun mobil yang parkir di pinggiran jalan pemuda. Kemudian di kampus 2 pun karena tempat parkir penuh, maka pihak kampus menyediakan tempat parkir di halaman kampus baru atau bisa dikatakan kampus 4. Walapun pihak kampus sudah menyediakan lahan parkir dikampus 4, namun lagi-lagi masih ada pengendara motor yang masih memarkirkan dipinggir jalan perjuangan. Serta di kampus 3 pun kejadiannya sama karena lahan parkir penuh, maka pihak kampus mengantisipasi dengan menyediakan lahan parkir di halaman kampus 4.

Kendaraan dalam hal ini kendaraan sepeda motor sebagai alat transportasi, akan bergerak atas kehendak dan kemauan pengendara sehubungan dengan kegiatan yang hendak dilakukan oleh pengendara tersebut. Pergerakan yang dilakukan dari suatu tempat akan berhenti setelah sampai tempat tujuannya dan pengendara memarkir kendaraannya untuk kemudian melakukan kegiatan sehari – harinya. Setiap perjalanan yang menggunakan kendaraan diawali dan diakhiri ditempat parkir, oleh karena itu ketersediaan ruang parkir diperlukan bagi pengguna kendaraan. ketersediaan ruang parkir tidak terlepas dari pengaturan tata letak ruang parkir yang efektif dan kapasitas ruang parkir yang baik sehingga dapat mengoptimalkan fasilitas parkir kendaraan.

 

Unswagati Butuh Lahan Parkir

Unswagati butuh lahan parkir, karena melihat dari peningkatan jumlah mahasiswa tiap tahunnya selalu ada meningkat, maka dari itu secara otomatis pengguna pengguna kendaraan bermotor akan semakin meningkat juga. dan saya pikir penambahan lahan parkir di nilai perlu dilakukan karena kapasitas lahan parkir yang tersedia diberbagai kampus baik kampus 1, 2 ataupun 3 saya rasa tidak lagi mencukupi untuk parkir kendaraan dosen, pegawai, dan mahasiswa.

Pihak kampus mesti memperhatikan kuota pengguna pengendara bermotor yang semakin bertambah dimana secara otomatis akan mengakibatkan penuhnya tempat parkir. Maka dari itu mau tidak mau pihak kampus mesti secepatnya membangun tempat parkir tambahan agar mahasiswa tidak kesulitan untuk memarkirkan sepeda motornya supaya mahasiswa tidak kembali disuruh memparkirkan sepeda motornya di luar halaman kampus unswagati, contohnya di kampus 1 karena parkir sudah penuh petugas satpam menyuruh mahasiswa untuk parkir di luar halaman kampus, misalnya saja di kampus 1 mahasiswa di suruh parkir di pelataran kodim. Di kampus 2 dan 3 pun pihak kampus menyuruh parkir di halaman kampus 4. Artinya tiap kampus membutuhkan lahan parkir yang memadai dan membutuhkan tempat parkir yang tidak jauh dari kampus.

Pihak pengelola kampus untuk mampu memberikan pelayanan dan fasilitas yang memadai, salah satu fasilitas yang dimaksud adalah lahan parkir. Fasilitas parkir menjadi salah satu hal yang perlu perhatian. pengaturan maupun manajemen yang diterapkan harus dapat mengantisipasi permintaan parkir untuk saat ini maupun di masa yang akan datang.

Salah satu solusi yang saya tawarkan dari permasalahan lahan parkir adalah membuat basement khusus tempat parkir atau bisadikatakan membangun parkiran bawah tanah dan juga parkiran bertingkat, di mana pembangunan ini tidak terlalu banyak memakan tempat.

 

Oleh : Muhamad Ali Sodikin


Mahasiswa Fakultas Pertanian Jurusan agroteknologi

Sabtu, 02 Mei 2015

Pendudukan Untuk Hari Pendidikan

Setaranews - “Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa  Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.”

Sepenggal kalimat dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia yang menjadi cita-cita berdirinya bangsa ini untuk rakyatnya bahkan umat manusia di dunia ini. Bangga, menjadi Indonesia itu sudah mendarah dan menjadi kebanggan bagi generasi yang terlahir di Bumi Pertiwi yang kaya alamnya, sukunya, budayanya, dan agamanya. Ya, kami bangga.

Namun, jika kita berkaca dan mengamati kembali yang tertulis di dalam Pembukaan UUD 1945 tersebut, kiranya menjadi semakin menjauh dari apa yang dicita-citakan Negeri ini untuk rakyatnya. Dari biaya untuk kebutuhan dasar sebagai manusia, kesehatan, hingga pendidikan yang layaknya mencerdaskan generasi bangsa ini. Kini telah bergeser orientasinya pada keuntungan semata. Ya, dan hanya mereka yang memiliki uang, mereka bisa masuk gerbang pendidikan. Mereka yang tak punya uang, akan hilang.

Hari pendidikan menjadi basi dan hanya di isi dengan acara seremonial. Guru dan murid berbaris, pimpinan daerah atau mungkin pusat dan berpidato seakan persoalan pendidikan enteng di matanya. Keinginan mengoreksi kembali tujuan pendidikan dianggap akan menimbulkan  debat kusir.

Pendidikan yang semakin di-komersial-isasi kan di negeri ini terjadi dari tingkatan paling rendah hingga perguruan tinggi. Tak mau ikut ketinggalan, salah satu kampus yang ada di kota udang, Cirebon. Tepatnya jalan pemuda no. 32, yang juga semakin meningkatkan biaya pendidikan dan pembangunannya. Meningkatnya biaya itu tak sejajar dengan meningkatnya sarana prasarana untuk mahasiswa agar menjadi insan bangsa yang berani mengungkapkan benar sebagai  kebenaran, salah sebagai kesalahan. Cenderung untuk bungkam pada kebenaran menjadi hal yang tabu bagi sebagian besar mahasiswanya dan sebagian kecil mempertanyakan haknya sebagai warga Negara Indonesia agar cerdas dan mampu menyelesaikan persoalan bangsa ini. Artinya, persoalan bencana alam yang terjadi, korupsi, PSK, bencoleng, tukang becak, nelayan, petani, pengangguran, rektorat, dosen, karyawan, guru dan semua warga Negara Indonesia yang juga warga Negara dunia akan menjadi tanggungjawab kaum cendekiawan.

Pada batang tubuh UUD 1945 Pasal 31 Ayat 1 berbunyi “Tiap-tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran”. Pada kenyataannya masih banyak warga Negara baik dari kelompok masyarakat miskin, daerah tertinggal dan sebagainya yang  belum mendapatkan pengajaran seperti yang dimaksud dalam Undang-Undang tersebut.

Pada UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 4 ayat 2 berbunyi “Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultur, dan kemajemukan bangsa.” namun dalam kenyataannya sebagian penyelenggaraan pendidikan belum sesuai dengan peraturan tersebut. Penyelenggaraan pendidikan masih saja bersifat diskriminatif dan tidak menunjung hak asasi manusia. Misalnya dalam penyelenggaraan pendidikan mahasiswa yang tak mampu dalam financial terjebak tidak diijinkan untuk mengikuti ujian.

Maka seharusnya :

-          Kembalikan orientasi pendidikan untuk mencerdaskan dan memberi  kebebasan dalam berfikir bukan berorientasi pada keuntungan.

-          Selenggarakan pendidikan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai cultural, dan kemajemukan bangsa.

-          Meningkatkan sarana dan prasarana demi menunjang pendidiakan.

-          Transparansikan keuangan kampus.

 

Kualitas Pendidikan di Indonesia Masih Jauh dari Kata Ideal

Dilihat dari kuantitasnya, dari tahun ke tahun pendidikan di Indonesia selalu meningkat. Namun meningkatnya kuantitas tersebut belum diiringi dengan kualitasnya. Penulis menilai kualitas pendidikan di Indonesia, terutama yang penulis lihat dan alami sampai saat ini masih jauh dari tujuan pendidikan yang diharapkan. Seperti yang kita ketahui, tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Dalam kenyataannya tujuan pendidikan tersebut masih belum tercapai.

Banyak ditemui disekitar kita orang-orang yang notabene-nya berpendidikan atau memiliki ijazah di Perguruan Tinggi, namun tidak berbudi pekerti luhur, bahkan menyimpang. Banyak juga orang yang berpendidikan tinggi tapi tidak memiliki ketrampilan sehingga tidak mendapat pekerjaan alias menganggur. Hal-hal semacam ini membuktikan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia masih sangat rendah. Orang yang berpendidikan tinggi saja kualitasnya masih diragukan, bagaimana dengan orang yang berpendidikan rendah? Memang pendidikan tidak menjamin seseorang untuk sukses, banyak orang-orang sukses yang berasal dari non-pendidikan. Namun, bukan berarti pendidikan di negara kita tidak perlu diprioritaskan. Bukankah pemerintah telah mengatur tujuan pendidikan yang begitu ideal?

Dalam praktiknya banyakditemui anak-anak yang putus sekolah di usia dini, karena faktor ekonomi. Memang pihak pemerintah sendiri telah menyiapkan program-program yang membantu anak-anak yang lemah ekonomi, seperti beasiswa, BSM, BOS, dan lain sebagainya. Namun dalam pelaksanaannya masih belum merata dan belum tepat sasaran. Hal ini terlihat dari banyaknya anak-anak yang tidak mampu tapi tidak mendapat bantuan dari pemerintah sehingga ia terpaksa putus sekolah. Belum lagi dengan jutaan anak jalanan di negara kita yang tidak mengampu pendidikan dasar.Bagaimana anak bangsa berkualitas jika mereka tidak mengenal tulisan? Ketika membahas hal ini penulis jadi teringat perkataan Presiden Jokowi yang mempertanyakan “Bagaimana jika obat kanker ada pada otak anak-anak jalanan yang tidak dapat melanjutkan sekolah?”. Entahlah dengan cara apa pemerintah mengurus anak-anak dibawah umur yang bertebaran dijalanan itu. Yang pasti dari sekian banyaknya anak jalanan, pasti ada anak cerdas yang bermimpi untuk bersekolah setinggi mungkin yang dapat memberi kemajuan terhadap negara Indonesia.

Tidak hanya faktor ekonomi yang membuat anak putus sekolah, banyak juga anak yang putus sekolah karena pernikahan dini. Disini peran orangtua sangat penting dalam mendidik anak. Banyak orangtua yang beranggapan bahwa anak perempuan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi, yang penting bisa membaca dan menulis. Padahal mau jadi apapun nanti, selagi kita mampu tuntutlah ilmu setinggi mungkin. Walaupun anak perempuan banyak yang berujung menjadi Ibu rumahtangga, tapi tetap saja memerlukan arahan dalam hal pendidikan. Seperti yang telah dijelaskan diatas, pendidikan bukan hanya teoritis, tapi juga berperan dalam membentuk kepribadian. Bukankah perempuan yang cerdas akan berpeluang melahirkan anak yang cerdas?

Selain itu, kualitas pendidikan juga dipengaruhi oleh proses pembelajaran yang tidak efektif dan efesien. Proses pembelajaran di negara kita masih berorientasi pada teoritis, hal ini mungkin disebabkan dari padatnya kurikulum dalam pembelajaran. Anak dipaksa mengetahui dan menghafal dengan segudang materi yang dipelajarinya, dan guru hanya sekedar memenuhi kewajibannya dengan memberi pengetahuan, tanpa ingin tahu pemahaman anak dalam mengaplikasikan materi yang diajarkan oleh guru tersebut. Sehingga pengetahuan yang ditransfer dari guru tidak dapat berkembang dan ketika anak lulus dari sekolah, banyak yang tidak mempunyai ketrampilan khusus yang pada akhirnya menyebabkan mereka mengalami kesulitan di dunia kerja.

Proses pembelajaran juga dipengaruhi oleh sarana dan prasarana yang memadai.  Di Indonesia sendiri pembangunan sarana dan prasarana di bidang pendidikan masih belum merata, terutama untuk masyarakat yang berada di luar Pulau Jawa. Banyak anak-anak yang harus melalui berbagai hambatan dan rintangan untuk sampai di sekolahnya karna tidak adanya akses yang memudahkan mereka menuju ke sekolah.Kebanyakan masyarakat yang tinggal di daerah terpencil harus merantau ke kota-kota besar untuk mendapatkan fasilitas pendidikan yang memadai. Kalau sudah demikian, pertumbuhan penduduk dan perkembangan pembangunan di Indonesia semakin timpang karna semakin kompleksnya permasalahan yang disebabkan dari ketidakmerataan pembangunan ini.

Kemudian, jika disorot dari aspek tenaga pendidik, kesejahteraan tenaga pendidik di Indonesia masih terbilang rendah dibandingkan negara lainnya, terutama guru honor. Miris rasanya ketika melihat nasib guru honorer di Indonesia yang begitu memprihatinkan. Dilihat dari segi penghasilan, masih banyak guru honorer yang berpenghasilan kurang dari Rp 500.000,00. Apalagi untuk melangkah dari guru honorer ke guru PNS adalah hal yang sangat sulit. Media massa seperti koran dan televisi pun sering mempublikasikan nasib guru honor yang belum diangkat menjadi PNS dengan jangka waktu yang lama. Belum lagi, banyaknya kasus suap menyuap, baik untuk menjadi guru honorer maupun guru PNS yang sudah menjadi rahasia publik. Jika sudah demikian orang yang berkualitas bisa dikalahkan dengan orang yang mempunyai banyak uang, dan bagaimana kualitas generasi penerus bangsa di negara kita? Apakah akan semakin maju?Kalau memang pemerintah sendiri harus menyediakan kuota Guru PNS yang sangat sedikit setiap tahunnya, seharusnya pemerintah menetapkan UMR untuk guru honorer. Setidaknya dengan adanya UMR untuk guru honorer, nasib guru honorer  yang ada di Indonesia tidak lebih memprihatinkan dibanding seorang buruh.

Namun disisi lain, jika melihat kualitasnya,kemampuan tenaga pendidik di Indonesia juga belum maksimal. Seperti yang telah dibahas diatas, banyak guru yang hanya sekedar memenuhi kewajiban tanpa ingin mengetahui respon atau umpan balik dari anak didiknya. Padahal tugas guru yang sebenarnya tidak sesederhana itu. Pemerintah telah mengatur melalui Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 yang mengemukakan bahwa guru harus memiliki 4 kompetensi, yaitu kompetensi profesional, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial. Dengan penguasaan kompetensi tersebut guru dituntut dapat membentuk generasi penerus bangsa yang cerdas dan berkarakter, tidak hanya cerdas teori tapi dalam aplikasi juga. Pemerintah sendiri perlu menyadarkan guru akan pentingnya peran serta tanggungjawab guru dalam mempengaruhi kemajuan suatu bangsa. Tidak hanya menggunakan rewards, tapi juga bisa dengan memberikan pelatihan atau sanksi yang diberikan terhadap guru yang belum menjalankan tugasnya dengan benar.

Penulis berharap, kedepannya kualitas pendidikan di Indonesia semakin membaik. Dalam hal ini tidak hanya peran pemerintah yang diperlukan, namun juga peran orang tua, guru dan anak bangsa dalam memasuki dunia pendidikan. Dengan adanya kerjasama yang baik antara pihak-pihak tersebut, walaupun sulit, cepat atau lambat tujuan pendidikan akan tercapai. Maka dari itu dimulai dari kesadaran diri sendiri, jika ada niatan untuk memajukan generasi bangsa, kita semua pasti bisa.

Oleh : Iffah Syarifah

mahasiswa Pendidikan Ekonomi Unswagati

HMJ Pendidikan Bahasa Inggris Tingkatkan loyalitas Dengan BTO



Unswagati, Setaranews.com- Sejumlah 34 anggota HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan) Pendidikan Bahasa Inggris melaksanakan BTO (Basic Training Organization) ke-2. Acara yang bertajuk, "to Unity the diversity of characteristic to Establish and Maximize the Loyalty in Organization", ini adalah sebagai salah satu syarat untuk menjadi pengurus HMJ Himadikbaris yang biasa disebut ESA ini.

"Tujuan acara itu sendiri yaitu untuk memperkuat tali silaturahim antar peserta dan pengurus, juga memperkuat rasa memiliki di dalamnya termasuk pengembangan diri dan leadership", ujar M. Bisyri Mustofa, ketua pelaksana BTO ketika ditanya mengenai tujuan diselenggarakannya acara ini.

Acara yang berlangsung dari Jumat - Minggu, 1-3 Mei ini terselenggara di dua tempat, yakni Gedung FKIP Kampus 3 Unswagati Cirebon dan bumi perkemahan Balong Dalem, desa Babakan Mulya, kecamatan Jalaksana, Kuningan.

"Sesuai dengan temanya, yaitu menyatukan karakteristik, skill, talent, knowledge setiap peserta yang memiliki keunikan berbeda untuk disatukan di ESA, meskipun ada ketimpangan jumlah peserta antara BTO 1 dan 2, ini membuktikan loyalitas itu seperti apa", pungkas mahasiswa semester empat ini.