Dikala petang menantang
Kau selalu taburkan pucuk kerinduhan
Mengemas tangis dalam gelora mu
Dan alunan doamu selalu terkubur sebelum kau teteskan air mata
Dalam kelamnya sujudmu
Petiklah deru cinta abadi untukku
Karena dimuka tak tampak sosok kelopakmu
Dan tak mungkin aku bergegas memberi kabar kepada mimpi
Berlahan usiamu mulai kusam termakan langit
Mengiringi kerapuhan waktu
Tapi, disini aku bagaikan gemintang yang menerangi mu meski dalam rindu
Maka kudekap sukmamu sembari berharap matahari memekarkan mimpi-mimpimu
Penulis: Haerul Anwar, Mahasiswa Fakultas Ekonomi-Manajemen, Semester 6
Tidak ada komentar:
Posting Komentar