Jumat, 04 Mei 2018

Aliansi Pergerakan Mahasiswa Cirebon Tolak Keras Tindak Represifitas Aparat

Cirebon, Setaranews.com - Usai ba'da sholat Jumat, (4/5) Fordisma (Forum Diskusi Mahasiswa) Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Cirebon bergegas bahu-membahu mempersiapkan mimbar di depan gerbang Untag tepatnya di Jl. Perjuangan.

Mereka akan mengadakan Mimbar Bebas sebagai aksi solidaritas bersama pergerakan mahasiswa lainnya sebut saja Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Untag, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unswagati, FMD (Front Mahasiswa Demokrasi) dan Gerakan Mahasiswa Sosialis (Gemsos) Cirebon yang bersatu dalam payung Aliansi Pergerakan Mahasiswa Cirebon.

Aksi yang dijadwalkan akan mulai pada pukul 13.00 WIB tersebut terpaksa harus mundur ke pukul 14.00 WIB karena menunggu massa aksi berkumpul. Usut punya usut, aksi solidaritas yang digelar oleh Fordisma tersebut bertujuan untuk menyikapi tindakan represifitas aparat Kapolresta Cirebon kepada mereka beberapa waktu yang lalu. Saat tengah berdemonstrasi pada Hari Buruh Internasional (May Day) pada Selasa (1/5).

Gaungan nyanyian pergerakan mahasiswa terdengar seantero jalan. Kebetulan siang itu Kota Cirebon panas. Lalu lintas mendadak agak terganggu. Pihak satpam Untag dan Kapolresta Cirebon turut mengamankan jalannya aksi dan membantu memperlancar arus lalu lintas di sekitar kerumunan aksi.

Orasi demi orasi dimulai. Ada sekitar 30 orang dalam kerumunan aksi. Jelasnya mereka mengutuk dengan tegas segala bentuk represifitas dan anarkisme yang dilakukan aparat Kepolisian terhadap gerakan mahasiswa dan menolak dengan tegas upaya pelemahan dan pembungkaman gerakan mahasiswa.

"Kami mengutuk keras tindakan kriminalitas terhadap pergerakan kami, pergerakan mahasiswa yang ada di Kota Cirebon bahkan yang terjadi di seluruh Indonesia ini. Ketika mahasiswa dibungkam kami tidak akan diam. Karena kami telah dilindungi oleh undang-undang jelas tertera dalam UUD 1945 no. 9 tahun 1998. Ada dasar hukumnya, atas dasar apa aparat penegak hukum mencoba membungkam kita?" ujar Egi menggebu-gebu dalam orasinya yang menyampaikan aspirasinya di hadapan aparat, mahasiswa dan masyarakat yang menyaksikan aksi.

Di tengah-tengah aksi, massa aksi pun membakar ban sebagai bentuk rasa semangat mereka yang membara. Aksi yang dimulai usai ba'da sholat Jumat ini pun berakhir usai ba'da ashar atau berlangsung selama 2 jam. Di akhir, massa aksi pun berkumpul di depan Untag untuk duduk dan merenung sejenak mendengar suara adzan.

Setelah aksi ditutup tim Setaranews mencoba menemui Singgih Prasetya selaku Humas Fordisma untuk mengklarifikasi peristiwa tindak represifitas yang terjadi pada 1 Mei kemarin. Di sebuah warung yang tidak jauh dari tempat aksi, wawancara dengan Singgih pun terjadi.

"Saya luruskan kembali bahwasanya berita yang sudah bergulir di media itu sudah keterlaluan, bahwasanya dari kita (Fordisma) sendiri H-1 sebelum aksi May Day sudah mengirim surat pemberitahuan aksi kepada kapolresta. Dari mereka sendiri bilang silahkan saja kalau mau aksi asal jangan neko-neko." jelasnya.

Ia bertutur lagi, pada saat aksi berlangsung Kapolresta Cirebon sudah mengawal Fordisma sejak berada di dekat SMAN 4 Kota Cirebon yang terletak di Jl. By Pass. Tapi saat mulai memasuki perempatan lampu merah Jl. By Pass pihak Kapolresta Cirebon mulai menghampiri massa aksi.

"Mereka datang ke kami untuk tidak membakar ban, kami mencoba mempertahankan apa yang kami miliki, tapi mereka malah keras. Akhirnya, terjadi tarik-menarik ban antara mahasiswa dan aparat. Setelahnya, ada satu teman kami yang rambutnya ditarik oleh aparat dan digeret. Disitulah tindak kekerasan yang dilakukan aparat terjadi," ujarnya.

Sembari terus mengingat-ingat peristiwa tersebut, Singgih bertutur agak terburu-buru. Peluh bercucuran di dahinya, aksi di cuaca yang panas rupanya menguras tenaganya. "Lalu, beberapa teman kami tidak terima, dan akhirnya ikut digeret. Jumlahnya ada tiga orang. Jadi, kawan-kawan yang lain mencoba melindungi. Dan tetap saja diboyong ke Kantor Polisi," lanjutnya.

Singgih mempersingkat bahwa orasi yang baru berlangsung 15 menit tersebut langsung dibubarkan oleh aparat. Dengan alasan mengganggu ketertiban dan membakar ban. "Padahal kami belum membakar ban." tutup ceritanya.

Kembali ke aksi solidaritas, menurut Singgih aksi siang ini ialah buah hasil dari diskusi dengan kawan-kawan mahasiswa lainnya tadi malam. "Tadi malam ada diskusi dengan mahasiswa lain, dan aksi solidaritas ini adalah hasilnya."

Singgih sendiri menyayangkan sikap aparat apalagi yang mereka lakukan ada dasar hukumnya tapi dibubarkan dengan cara yang tidak berperikemanusiaan. "Disitu kami tidak terimanya, mengapa kami berdemonstrasi tapi dipukul mundur dengan cara yang tidak berperikemanusiaan. Bahkan ada yang dipukul, dan sudah dilakukan visum di RS. Gunung Jati, tapi hasilnya tidak bisa diambil oleh kami, mereka ingin pihak Kapolresta yang mengambil." paparnya.

Terakhir, akan ada aksi lanjutan dari Aliansi Pergerakan Mahasiswa di Kapolresta Cirebon. Sesi wawancara pun usai dengan saling berjabat tangan dan mengucapkan terimakasih. Lekas-lekas Singgih pun berjalan ke kerumunan aksi kembali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar