Rabu, 02 Mei 2018

Klarifikasi Rektor Tentang Media Kampus agar Tidak Provokatif di Sambutan Acara Himakom

Unswagati, Setaranews.com – Dalam acara workshop Citizen Journalism “Everyone Can Be a Journalist” yang diadakan oleh HIMAKOM (Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi) Unswagati pada Senin (30/4). Rektor Unswagati yakni Mukarto Siswoyo yang dalam sambutannya mendadak menghimbau agar media kampus (pers mahasiswa) tidak membuat berita yang provokatif.

Awalnya, ia meminta perwakilan Lembaga Pers Mahasiswa Semua Tentang Rakyat (LPM Setara) yang kebetulan hadir dan menjadi media partner untuk acara tersebut agar mengangkat tangan. Setelahnya, ia menghimbau agar media kampus tidak membuat berita yang provokatif.

“Setiap kampus kan ada yang dinamakan dengan media kampus. Saya berharap media kampus ini tidak membuat berita yang provokatif apalagi hoax. Meskipun ada hak jawab, tidak bisa semena-mena, kita harus pakai kode etik jurnalistik. Harus check, re-check dan cross-check. Jangan sampai membuat berita yang menghambat pembangunan kampus lah,” ujarnya di sela-sela sambutan.

Lantas Rektor yang baru bisa ditemui sore harinya oleh Setaranews.com pun memberikan klarifikasinya. “Saya selaku pimpinan Universitas media kampus itu setuju kalau independen, setidaknya media kampus itu juga harus mempunyai semangat dan pengabdian bagaimana kampusnya menjadi lebih maju, menjadi lebih baik, menjadi lebih terdepan dalam berbagai hal. Cara itu tentu dilakukan dengan memberitakan hal-hal yang baik-baik,” paparnya di Ruangan Rektor, Senin (30/4).

Lebih lanjut, Rektor tidak melarang media kampus untuk mempublikasikan berita tidak baik di ruang lingkup kampus selama benar adanya dan tidak mengandung unsur bahasa yang provokatif.

“Ini masalah bahasa, kan beda kalau berita berdasarkan fakta dan berita berdasarkan persepsi penulis berita, tapi jangan berdasarkan persepsi penulis berita, tapi berdasarkan fakta. Ya kan? Saya baca kok berita kalian (red: LPM Setara), kalian ada hal-hal yang seharusnya ditulis, tapi tidak ditulis,” lanjutnya.

Dengan agak bergurau tatkala Setaranews memintanya menunjukkan bagian pemberitaan mana yang dirasa tidak sesuai menurutnya, Rektor merasa tidak perlu menunjukkannya karena akan terjadi diskusi panjang.

Adapun ketika ditanya terkait sisi lain pemberitaan yang kurang baik sebagai kritik untuk Universitas, Rektor menjawab. “Saya ambil contoh kemarin, baik Setara maupun mahasiswa yang demonstrasi kan sudah diberitahu bahwa ini tidak ada penjualan aset kampus. Saya sudah bilang tidak alergi demonstrasi, tapi demonstrasi itukan jalan terakhir ketika persoalan tidak menemukan jawaban. Saya mengumpulkan mahasiswa yang berdemonstrasi dan orangtua tersebut untuk memberitahu jawaban tuntutan mereka. Tapi malah ditafsirkan yang lain-lain oleh mahasiswa; pertama kami sudah dewasa kenapa orangtua harus diundang, kedua saya mengundang 16 mahasiswa yang demonstrasi di audiensi, tapi yang datang 180 an lebih mahasiswa. Yang saya harapkan agar Setara berimbang,” jelasnya.

Terakhir, Rektor selaku orangtua mahasiswa di ruang lingkup kampus merasa perlu menyampaikan hal-hal tersebut di forum. “Jangan sampai kalian (red: LPM Setara) terbawa pada sesuatu yang membuat tidak independen. Independen itu bukan hanya saat berhadapan pada kami saja. Agar juga tidak terpengaruh pada arus-arus yang membuat Unswagati tidak kondusif,” tekannya.

1 komentar:

  1. Setelah saya amati, beliau tau kode etik jurnlstik. Tapi, knpa ketika muncul berita yg dirasa tidak sesuai cenderung diam malah mendiskreditkan media terkait hal provokatif. Lucunya lagi, kaitan ortu dgn permslhn trsbut apa ?
    Satu hal lagi, ketika saya baca berita terkait diskriminatif terhadap kelompok aksi mahasiswa yg menghardik dgn ucapan kurng "mendidik" dr pihak Y.Uswa, itu-pun menimbulkan provokatif. sungguh Dagelan!
    No Action Talk Only.

    BalasHapus