Sabtu, 05 Mei 2018

Diskusi Jaga Jari #7 Politik, Kekuasaan, dan Industri Media

Cirebon, Setaranews.com - Komunitas Jaga Jari yang rutin menggelar diskusi di Taman Baca Saung Perjuangan (sekitar depan Kampus IAIN Cirebon) kali ini mengangkat bahasan tentang hubungan "Politik, Kekuasaan, dan Industri Media" pada Jumat, (04/05).

Diskusi tersebut di pantik oleh salah satu politisi Cirebon yaitu Bintang Irianto yang pernah aktif disalah satu partai politik. kemudian sebagai penanggapnya di hadirkan pula wartawan yang produktif menulis isu politik di Cirebon yaitu Fazri Nur, yang dimoderatori oleh Nurul Latifah dari origindo.com.

Politik praktis yang merugikan rakyat, media massa yang butuh hidup dan bertahan di tengah persaingan industri media era digital, dan kekuasaan yang cenderung menguasa media untuk mencapai atau mempertahankan eksistensinya adalah realita yang terjadi paska jatuhnya orde baru. Dimana dulu media tidak memiliki kebebasan untuk melakukan fungsi jurnalistiknya, namun pada kenyataannya sekarang malah dianggap diragukan dan lebih mementingkan suatu golongan dengan asas keuntungan.

Politik menurut Bintang merupakan sebuah tujuan yang ingin di capai, dan sering kali melakukan agitasi propaganda yang corongnya itu bisa lewat media massa.

"Poitik menggunakan apa yang disebut tentang agitasi dan propaganda, dimana agitasi memfokuskan diri pada isu aktual, berupaya mendorong satu tindakan terhadap isu tersebut," paparnya.

Pada pelaksanaannya parpol (partai politik) yang ada sekarang haruslah melakukan pendidikan politik guna melakukan penyadaran kepada rakyat, bukan hanya sekedar bertujuan ingin menguasa parlemen atau negara, tambahnya.

Dalam tujuan tersebut menurutnya, sering dan pasti melakukan penguasaan media massa untuk melancarkan politiknya.

Fazri selaku penanggap menyampaikan pula bagaimana peran media juga terpolarisasi dengan adanya pemberitakan dalam mengkeritisi rezim atau pemerintahan.

"Saat salah satu media memberitakan dengan framming yang padahal tulisannya objektif tapi malah di anggap pro oposisi, begitupun sebaliknya, saat media menerbitkan pemberitaan tentang keberhasilan pemerintah di anggap bagian dari rezim yang sedang berkuasa." tegasnya.

Seiring berjalannya diskusi peserta yang hadirpun terus bertambah, ada delegasi beberapa parpol yang duduk berdampingan, komunitas, organisasi, persma (pers mahasiswa), dan salah satu DPRD Kota Cirebon pun ikut meramaikan jalannya diskusi.

Aray salah satu peserta forum menanyakan bagaimana peran media seharusnya dalam melakukan fungsisnya, disamping sebagai penyampai informasi juga mempengaruhi kebijakan pemerintahan.

"Ambilah contoh kejadian Cirebon Timur terkena bencana banjir, saat media melakukan pemberitaan sampai overload informasi dan berdatangan bantuan, itu sudah menjadi hak media massa, namun bagaimana media itu bisa mendorong pemerintahan melalui kebijakan regulasinya untuk kepentingan rakyat?" tanyanya kepada pemateri di depan.

Fazri menanggapi, bahwasanya media harus terus melakukan pemberitaan yang sifatnya membangun dan mendorong pemerintahan agar berdampak kepada kemajuan masyarakat. "Mengenai banjir Cirebon Timur itu kan akhirnya sampai melakukan rakor antara Majalengka, Cirebon, dan Kuningan. karena persoalan banjir tidak bisa di parsialkan hanya Cirebon saja, namun penyelesaiannya dari hulu ke hilir. Nah, dalam hal inilah media ikut mendorong dan memberikan ide dan gagsan sehingga mempengaruhi kebijakan" pungkasnya.

Di sesi akhir pemateri menyampaikan statemennya. Menurut Bintang, media masa dan pemimpin harus memiliki komunikasi yang baik, agar dalam pemberitaan tidak memancing atau mengakibatkan kesalahfahaman, seperti mengandung unsur sara, harus berkeadilan dan tidak mengandung unsur kepentingan golongan.

Diskusi tersebut di mulai dari pukul 20.00 sampai 21.00 dan di lanjutkan dengan perbincangan ringan antar peserta yang hadir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar