Senin, 03 Maret 2014

Inilah Dampak Lingkungan Jika Ada Geothermal

Bandung - SetaraNews.com, Isu mengenai Gunung Ciremai yang dijual oleh pemerintah ke pihak Chevron di media sosial dan membuat Dede Yusuf mantan pejabat wakil Gubernur Barat, Menteri Perhutanan Zulkifli Hasan, Manager Policy Government Public Affairs PT Jasa Daya Chevron, Ida Bagus Wibatsya, dan Guberbur Jawa Barat Aher pun angkat bicara pada hari ini (3/3).

Ada sebuah film dokumentar yang menggambarkan tentang dampak lingkungan, jika perusahaan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi itu akan dijalankan di sebuah gunung, yang masih mengandung magma aktif. Laskar Bangun Kertasari aktivis lingkungan dari daerah Kertasari, kabupaten Bandung mencoba menggambarkan kepada kita tentang dampak lingkungan yang mereka rasakan.


Pada hari ini, @Aheryawan Gubernur Jawa Barat berpendapat bahwa geothermal adalah sumber Energi Listrik yang paling ramah lingkungan, dan merupakan energi terbarukan.

"Geothermal menuntut kondisi hutan yang terpelihara dengan baik, karena sangat tergantung pada suplai air. Geothermal jauh dari kawasan penduduk, justru akan memberi manfaat besar bagi masyarakat." ujarnya (3/3).

Foto: Jaga Ciremai

Chevron & Kemenhut RI Buka Mulut Soal Ciremai

Jakarta - SetaraNews.com, Isu santernya Gunung Ceremai yang dijual Pemerintah kepada Chevron dengan nilai Rp60 triliun di jejaring sosial dan broadchast, membuat Dede Yusuf mantan pejabat Wakil Gubernur Jawa Barat angkat bicara melalui twitter pada kemarin malam.

Tidak hanya Dede Yusuf, kali ini Chevron dan Kementerian Kehutanan Repbulik Indonesia ikut angkat bicara. Menteri Perhutanan Zulkifli Hasan justru mempertanyakan kabar tersebut. Dia meragukan kebenaran Gunung Ciremai yang dijual ke Chevron dengan harga 60 triliun tersebut.

"Yang jual siapa? Memang gunung bisa dijual?" kata Zulkifli melalui pesan singkat, Senin (3/3) via Merdeka.

Ia mengaku heran atas kabar tersebut. Dia juga mempertanyakan pemerintah mana yang menjual Ceremai. "Pemerintah mana? Saya baru dengar," ungkapnya.

Sementara itu berbicara mengenai proses tender, Manager Policy Government Public Affairs PT Jasa Daya Chevron, Ida Bagus Wibatsya mengatakan, "Semua investor bisa mengikuti tender terbuka ini dan Chevron memenangkan prospek ini melalui proses tender yang dilaksanakan oleh panitia tender Pemda Jabar, dan penetapan pemenang oleh Pemda Jabar tahun 2012," ujarnya.

"Sampai saat ini Chevron belum memasuki wilayah Ceremai dan belum melaksanakan kegiatan fisik, maupun komunikasi di lapangan karena belum terbitnya IUP ini." tegasnya.

Foto: Hentikan Chevron

Kronologi Rencana Pembangunan Proyek Chevron ke Kuningan I

Kuningan - SetaraNews.com, Rencana pembangunan proyek Chevron yakni membangun sebuah PLTP (Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi) sudah direncanakan dari beberapa tahun yang lalu, menuai pro dan kontra dari masyarakat.

Berawal dari penetapan Taman Nasional Gunung Ciremai secara sepihak dari status Hutan Lindung menjadi kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) melalui SK Menhut RI No. 424/Menhut-II/2004 bertanggal 19 Oktober 2004 silam. Koordinator Gerakan Massa dan Pemuda Untuk Rakyat (Gempur) Kuningan, Okki Satrio Djati, mengomentari tentang hal ini.

“Periode 2008-2013, di saat Ahmad Heryawan menjadi Gubernur Jawa Barat adalah periode yang terbanyak meloloskan Chevron untuk mengeruk dan memonopoli sumber daya panas bumi di Jawa Barat. Sebut saja di wilayah Awi Bengkok, Gunung Salak Gunung Patuha, Darajad Garut. Dan yang terakhir adalah wilayah Gunung Ciremai,” kata Okki pada (8/2/2013) lalu [via lensa Indonesia].

Ia juga menyayangkan bahwa pemerintah lebih mementingkan pemodal asing dibandingkan dengan cita-cita bangsa Indonesia.

“Ketika Aher berkuasa, ia malah menyejahterakan kepentingan pemodal asing. Cita-cita bangsa Indonesia yang termuat dalam pembukaan UUD 45 (preambule), tidak dinomorsatukan. Aher malah lebih mendahulukan pemodal asing,” sambung Okki.

Sementara itu, Bupati Kuningan Aang Hamid Suganda,  mengaku daerahnya siap jika diminta menyertakan saham dalam proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP) Ciremai.

“Siap, memang daerah harus dilibatkan. Kalau tidak ada sharing untuk Kuningan, tentu sudah saya tolak proyek panas bumi ini,” katanya pada (16/4/2012) via Bisnis Jabar .

Menurut Aang, Kuningan butuh terobosan seperti kepemilikan saham dalam proyek-proyek besar. “Kuningan sangat membutuhkan. Karena daerahnya kecil, jadi sumber-sumber pendapatan asli daerahnya ditargetkan ke depan salah satunya dari panas bumi,” paparnya.

“Minimal kami memiliki sharing 10%, wong Kuningan yang punya lahan,” katanya saat ditanya besaran saham yang akan disertakan. Pihaknya kini menunggu pemenang PLTP segera diumumkan.

Menurutnya persoalan di lapangan seperti pembebasan lahan sudah selesai. “Kita harus mengikuti proses birokrasi yang kadang-kadang tidak tepat [waktu]. Di Kuningan sendiri sudah tidak ada masalah,” ujarnya.

Pemerintah Provinsi Jawa Barat akan mendorong kepemilikan saham daerah di proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Ciremai. Daerah diharapkan ikut berpartisipasi mengelola dengan membentuk badan usaha milik daerah (BUMD) khusus.

Berdasarkan prediksi hasil survey akhir melalui penyelidikan geofisika, analisis geokimia dan magneto teluric (MT) menunjukkan Gunung Ciremai memiliki potensi panas bumi sebesar 235 megawatt electric

Rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Ciremai tinggal menunggu rekomendasi dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

Adapun perusahaan pemenang tender untuk proyek pengelolaan PLTP Ciremai ini adalah PT Jasa Daya Chevron. PT Jasa Daya Chevron sendiri adalah anak perusahaan dari PT Chevron Pacific Indonesia.

Foto: #SaveCiremai

Minggu, 02 Maret 2014

Dede Yusuf: Soal Gunung Ciremai, Tanya Gubernur & Menhut

Bandung - SetaraNews.com, Minggu (2/3) Heboh pemberitaan soal isu jual beli Gunung Ciremai yang mencapai 60 triliun rupiah, ternyata membuat Dede Yusuf mantan pejabat Wakil Gubernur Provinsi Jawa Barat angkat bicara.

Melalui akun twitternya @DedeYusuf_1 ia mempertanyakan apakah bisa jika gunung itu dijual, "Memangnya gunung bisa dijual? Kalau boleh, nanti ada org/perusahaan beli Gunung Kelud, Gn Krakatau atau Gn Tangkubanperahu." ujarnya pada Minggu (2/3).

Lebih lanjut ia mengatakan, "Panas bumi di Gunung Papandayan, Garut, dikelola Pertamina-Chevron sbg PLTP. Apakah bisa dikatakan pemerintah #JualGunung Papandayan?" tulisnya.

"Geothermal di Gn Tangkubanperahu di KBB/Subang sedang ditawarkan ke investor dalam & luar negeri. Apakah pemerintah disebut #JualGunung? Panas bumi di Gunung Salak, Bogor, dikelola Pertamina-Chevron sbg PLTP. Apakah pemerintah disebut #JualGunung? hampir 70 % panas bumi/geothermal ada di gunung2 yg berlokasi di Jabar. Yg ditawarkan ke investor pasti panas buminya, bukan #JualGunung." tambah Dede Yusuf.

Akhirnya Dede Yusuf mengembalikan persoalan Gunung Ciremai tersebut ke Gubernur Jawa Barat dan Kementerian Kehutanan Republik Indonesia, agar lebih jelas mengenai persoalan Gunung Ciremai yang kabarnya bakal dibangun perusahaan Chevron asal Amerika Serikat tersebut.

"Di Taman Nasional Gunung Ceremai, Kuningan-Majalengka; apakah panas buminya ditawarkan ke asing? Tanya Gubernur & Menhut."

Foto : akun twitter @DedeYusuf_1

Di Wikipedia, Djakaria Machmud Masih Rektor

Unswagati - SetaraNews.com, Minggu (2/3) Universitas Swadaya Gunung Jati telah nyaris satu minggu ini memiliki rektor yang baru. Adalah Prof. Dr. H. Rochanda Wiradinata MP yang kini memimpin Universitas yang berumur 53 tahun itu.

Beliau akan menjabat selama empat tahun ke depan menggantikan Dr. H. Djakaria Machmud, S.E., S.H., M.Si. yang masa jabatanya telah kadaluarsa sejak Agustus 2013 lalu.

Meski begitu jika kita tulis kata kunci Unsawgati pada laman Wikipedia maka nama yang muncul dalam kolom rektor Unswagati adalah rektor yang menjabat sebelumnya. Nampaknya situs yang terkenal dengan ensiklopedianya itu belum memperbaharui artikel tentang Unswagati dan masih menuliskan  Djakaria Machmud sebagai Rektor Universitas yang memiliki tiga kampus tersebut.

Padahal situs yang memilki 17 Juta artikel ini adalah salah satu situs yang paling banyak dikunjungi di dunia dan terkenal cepat memperbarui berita. Akan tetapi artikel tentang Unswagati terakhir diperbaharui pada 30 Desember 2013 lalu.

Sementara itu di web resmi Unswagati. Nama Prof. Dr. H. Rochanda Wiradinata, MP telah disebut sebagai pemimpin baru kampus dan diberikan selamat oleh sivitas Akademika. Walau begitu, pada web resmi tim ‘Setara News’ mengalami kendala saat hendak mengakses susunan senat baru yang kini dipimpin oleh Prof. Djohan tersebut.

Gunung Ciremai Dihargai Rp60 Triliun?

Kuningan - SetaraNews.com, Minggu (2/3) Kabar mengenai rencana perusahaan Chevron yang akan menguras sumber daya alam gunung Ciremai yang berada di kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat ini mulai menjadi buah bibir di masyarakat.

Hal itu dibuktikan dengan maraknya tulisan mengenai rencana Chevron di beberapa media sosial seperti Facebook dan Twitter. Bahkan di aplikasi yang kini tengah menjadi trend di masyarakat Blackberry Messenger juga bertebaran pesan broadchast untuk menyelamatkan gunung tertinggi di Jawa Barat itu.

Dalam broadchast tersebut ditengarai gunung Ciremai telah di jual pada Chevron dengan harga fantastis 60 Triliun Rupiah. Belum diketahui siapa yang awalnya menyebarkan info tersebut. Pihak pemerintah setempat juga belum buka suara mengenai isu penjualan Ciremai.

Perusahaan asal Amerika tersebut memang tengah berencana menguasai minyak dan gas di provinsi Jawa Barat. Kini sudah lima gunung yang sudah dikuasai Chevron ke limanya yaitu; Gunung Patuha, Gunung Gede, Gunung Salak, Gunung Pangrango, dan Gunung Halimun. Kelima gunung tersebut ternyata diambil alih oleh Chevron dalam kurun waktu lima tahun sejak 2009 lalu. Kini target selanjutnya adalah Gunung Ciremai dan Gunung Papandayan.

Masyarakat setempat menduga Perpindahan pengelolaan hutan yang tadinya dikelola oleh pihak Perhutani, menjadi Taman Nasional Gunung Ciremai, disinyalir adalah bagian dari rencana masuknya proyek gheotermal oleh Chevron corporation di Palutungan.

Sabtu, 01 Maret 2014

Mericanisme, Sebuah ‘Pemahaman’ dari Filosofi Merica

 

Perbedaan bukanlah Suatu ‘hal’ untuk diperselisihkan


Perbedaan bukanlah suatu ‘sikap’ untuk diperdebatkan


Perbedaan tetaplah perbedaan


Perbedaan itu Hidup karna perbedaan itu ada


Perbedaan Adalah suatu Keniscayaan


Tampaknya perbedaan perlu sedikit taburan “Merica”


Dengan itu Perbedaan menjadi  senjata utama


 perbedaan – perbedaan berkumpul menjelma


 Perbedaan itu  melebur Menjadi satu kata


Bhineka Tunggal Ika...


Suara mulai terdengar


Lampu telah dipadamkan


tirai telah disingkapkan


matahari telah menebar perdanya


Bangun,ini lah saatnya .


 (Cirebon 1 Februari 2014)


 Selarik kata puisi yang seolah – olah  sosoan puitis itu, suka tidak suka, mau tidak mau tetap akan saya jadikan intro untuk curcol ( Curhat colongan ) saya kali ini. Curhat saya kali ini berawal dari permasalahan umum sampai memasuki alam  bawah sadar, semaik dalam, semakin dalam, setiap anda menarik napas maka semakin dalam anda memasuki alam bawah sadar. Secara umum perbedaan sering dipandang sebelah mata, selalu terasingkan, tersingkirkan ego dan unsur  SARA mempengaruhi nya. Secara spesifiknya  saya geram dengan kawan – kawan dikampus saya.

Geram atas sikap yang meng- ‘Eksklusifkan’ diri atau golongan dengan sikap oportunisnya, seperti apa yang ditulis Soe Hok Gie “Masih terlalu banyak mahasiswa yang bermental sok kuasa, merintih kalau ditekan, Tetapi menindas saat berkuasa. Mementingkan golongan, ormas, teman seidieologi dan lain – lain. setiap tahun datang adik – adik saya yang baru dari sekolah menengah, mereka akan menjadi korban baru untuk ditipu oleh tokoh – tokoh mahasiswa semacam tadi”.

Mungkin anda yang terpaksa mau membaca tulisan ini sedikit penasaran, walaupun secuil tapi bertanya – tanya apa maksud dari judul diatas? Ya, menurut hemat saya selaku penikmat,pengamat dan komentator, merica bisa dijadikan bumbu penyedap bagi kita yang saat ini sedang di  tengah – tengah arus yang deras menghantam jiwa dan raga, arus ombak yang didalamnya membawa segerombolan ‘hiu’ yang dengan mudah nya mencaplok ladang ‘kue’ milik bangsa yang seharusnya dikelola dan dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat . Perbedaan lah yang membuat kita sulit untuk bersatu melawan binatang mamalia itu, padahal apabila perbedaan itu berkumpul bisa menjadi bom atom yang siap menerjang bintang yang berkedok kemaslahatan itu.

Merica disini bukan lah sekedar merica, bisa digunakan baik itu sebagai langkah gerak,sikap maupun pemahaman tentang arti persatuan. Diambil dari sebuah tanaman yang pada zaman dulu menjadi komoditi utama perdagangan dunia, dikarnakan hasiat nya yang sydah teruji, sehingga para pencari bumbu dapur ini melanggengkan segala cara, sehingga menimbulkan kolonialisasi. Pada Zaman sekarang pun Merica bisa digunakan untuk melawan para penjajah yang alih – alih ingin mensejahterakan masyarakat dengan kedok sosialnya.

Merica walaupun bentuknya kecil tapi dia bisa membuat orang jelalatan, selain digunakan untuk bumbu penyedap, merica bisa digunakan untuk obat berbagai macam penyakit. Filosofi merica disni yaitu diharapkan mericanisme bisa menjadi obat untuk 'penyakit' yang menjalar bak jamur dimusim hujan, apa penyakitnya? Semua jenis penyakit yang membuat terhambatnya tumbuh kembang kemajuan bangsa.sebenarnya kata merica disini merupakan subuah akronim dari Merawat Indonesia dengan Cinta (Merica),

sedangkat kata merawat dari akronim merica merupakan akronim dari Merangkai Wajah tentang (Merawat) secara keseluruhan apabila diartikan berati “Merawat Wajah tentang Indonesia dengan Cinta (Merica”). Segala sesuatu yang didasari oleh cinta akan membuat seseorang menjadi lebih mengebu – gebu, seperti para pahlawan rela mengobarkan jiwa dan raga nya untuk kemerdekaan Indonesia dikarnakan rasa cintanya terhadap bangsa.Dalam mericanisme ada 5 pilar kebangkitan  yang menjadi pedoman dasar yaitu Kemanusiaan,Kesetaraan,Demokrasi, Solidaritas, dan Keadilan.

Selain itu, mericanisme memandang bahwa  perbedaan yang timbul adalah sebuah pilihan yang berdasarkan pengetahuan. Perbedaan yang berdeasarkan pengetahuan tersebut diharapkan mampu memunculkan toleransi, sikap saling menghormati dan menghargai sehingga perbedaan menjadi rahmatan lil- alamin(Anugrah Tuhan) . Mungkin pemahaman seperti ini  yang membuat Perbedaan pada zaman dulu tidak dijadikan permasalahan,  bahkan menjelma menjadi sebuah semboyan Bhineka Tunggal Ika, itu yang menjadi salah satu kunci Indonesia bisa merdeka.

Cinta disini tidak hanya untuk lawan jenis atau sesama jenis sekalipun, tetapi rasa cinta secara universal (Keseluruhan) termasuk cinta terhadap tanah air, yang kian hari kian tergerus perkembangan zaman. Maka ini saat nya untuk membangkitkan kembali suatu pemahaman yang dilandasi dengan cinta yaitu Mericanisme, sebuah pemahaman dari filosofi merica.  Mericanis adalah sebutan untuk orang Indonesia , mericanisme sendiri merupakan pemahaman seluruh orang Indonesia, semua isme – isme yang ada melebur menjadi satu.

Tulisan ini merupakan sebuah utopi dari diri saya sendiri, sehingga saya bercita- cita apabila mericanisme ini benar – benar di pahami sebagai suatu langkah awal atau landasan kita untuk bergeak, maka saya berkeyakinan apabila mericanisme menjadi suatu kenyataan, maka saya berkeyakinan akan muncul neo-mericanisme  dengan arti akronim yang berbeda yaitu  merdeka  Indonesia ku tercinta (Merica), merdeka dalam artian merdeka yang sebenar – benar nya merdeka. Seperti apa yang diamanatkan Pancasila dan UUD 1945.

Salam Mericanisme!!!

Efr Fahmi Aziz (FE)