Sabtu, 01 Maret 2014

Mericanisme, Sebuah ‘Pemahaman’ dari Filosofi Merica

 

Perbedaan bukanlah Suatu ‘hal’ untuk diperselisihkan


Perbedaan bukanlah suatu ‘sikap’ untuk diperdebatkan


Perbedaan tetaplah perbedaan


Perbedaan itu Hidup karna perbedaan itu ada


Perbedaan Adalah suatu Keniscayaan


Tampaknya perbedaan perlu sedikit taburan “Merica”


Dengan itu Perbedaan menjadi  senjata utama


 perbedaan – perbedaan berkumpul menjelma


 Perbedaan itu  melebur Menjadi satu kata


Bhineka Tunggal Ika...


Suara mulai terdengar


Lampu telah dipadamkan


tirai telah disingkapkan


matahari telah menebar perdanya


Bangun,ini lah saatnya .


 (Cirebon 1 Februari 2014)


 Selarik kata puisi yang seolah – olah  sosoan puitis itu, suka tidak suka, mau tidak mau tetap akan saya jadikan intro untuk curcol ( Curhat colongan ) saya kali ini. Curhat saya kali ini berawal dari permasalahan umum sampai memasuki alam  bawah sadar, semaik dalam, semakin dalam, setiap anda menarik napas maka semakin dalam anda memasuki alam bawah sadar. Secara umum perbedaan sering dipandang sebelah mata, selalu terasingkan, tersingkirkan ego dan unsur  SARA mempengaruhi nya. Secara spesifiknya  saya geram dengan kawan – kawan dikampus saya.

Geram atas sikap yang meng- ‘Eksklusifkan’ diri atau golongan dengan sikap oportunisnya, seperti apa yang ditulis Soe Hok Gie “Masih terlalu banyak mahasiswa yang bermental sok kuasa, merintih kalau ditekan, Tetapi menindas saat berkuasa. Mementingkan golongan, ormas, teman seidieologi dan lain – lain. setiap tahun datang adik – adik saya yang baru dari sekolah menengah, mereka akan menjadi korban baru untuk ditipu oleh tokoh – tokoh mahasiswa semacam tadi”.

Mungkin anda yang terpaksa mau membaca tulisan ini sedikit penasaran, walaupun secuil tapi bertanya – tanya apa maksud dari judul diatas? Ya, menurut hemat saya selaku penikmat,pengamat dan komentator, merica bisa dijadikan bumbu penyedap bagi kita yang saat ini sedang di  tengah – tengah arus yang deras menghantam jiwa dan raga, arus ombak yang didalamnya membawa segerombolan ‘hiu’ yang dengan mudah nya mencaplok ladang ‘kue’ milik bangsa yang seharusnya dikelola dan dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat . Perbedaan lah yang membuat kita sulit untuk bersatu melawan binatang mamalia itu, padahal apabila perbedaan itu berkumpul bisa menjadi bom atom yang siap menerjang bintang yang berkedok kemaslahatan itu.

Merica disini bukan lah sekedar merica, bisa digunakan baik itu sebagai langkah gerak,sikap maupun pemahaman tentang arti persatuan. Diambil dari sebuah tanaman yang pada zaman dulu menjadi komoditi utama perdagangan dunia, dikarnakan hasiat nya yang sydah teruji, sehingga para pencari bumbu dapur ini melanggengkan segala cara, sehingga menimbulkan kolonialisasi. Pada Zaman sekarang pun Merica bisa digunakan untuk melawan para penjajah yang alih – alih ingin mensejahterakan masyarakat dengan kedok sosialnya.

Merica walaupun bentuknya kecil tapi dia bisa membuat orang jelalatan, selain digunakan untuk bumbu penyedap, merica bisa digunakan untuk obat berbagai macam penyakit. Filosofi merica disni yaitu diharapkan mericanisme bisa menjadi obat untuk 'penyakit' yang menjalar bak jamur dimusim hujan, apa penyakitnya? Semua jenis penyakit yang membuat terhambatnya tumbuh kembang kemajuan bangsa.sebenarnya kata merica disini merupakan subuah akronim dari Merawat Indonesia dengan Cinta (Merica),

sedangkat kata merawat dari akronim merica merupakan akronim dari Merangkai Wajah tentang (Merawat) secara keseluruhan apabila diartikan berati “Merawat Wajah tentang Indonesia dengan Cinta (Merica”). Segala sesuatu yang didasari oleh cinta akan membuat seseorang menjadi lebih mengebu – gebu, seperti para pahlawan rela mengobarkan jiwa dan raga nya untuk kemerdekaan Indonesia dikarnakan rasa cintanya terhadap bangsa.Dalam mericanisme ada 5 pilar kebangkitan  yang menjadi pedoman dasar yaitu Kemanusiaan,Kesetaraan,Demokrasi, Solidaritas, dan Keadilan.

Selain itu, mericanisme memandang bahwa  perbedaan yang timbul adalah sebuah pilihan yang berdasarkan pengetahuan. Perbedaan yang berdeasarkan pengetahuan tersebut diharapkan mampu memunculkan toleransi, sikap saling menghormati dan menghargai sehingga perbedaan menjadi rahmatan lil- alamin(Anugrah Tuhan) . Mungkin pemahaman seperti ini  yang membuat Perbedaan pada zaman dulu tidak dijadikan permasalahan,  bahkan menjelma menjadi sebuah semboyan Bhineka Tunggal Ika, itu yang menjadi salah satu kunci Indonesia bisa merdeka.

Cinta disini tidak hanya untuk lawan jenis atau sesama jenis sekalipun, tetapi rasa cinta secara universal (Keseluruhan) termasuk cinta terhadap tanah air, yang kian hari kian tergerus perkembangan zaman. Maka ini saat nya untuk membangkitkan kembali suatu pemahaman yang dilandasi dengan cinta yaitu Mericanisme, sebuah pemahaman dari filosofi merica.  Mericanis adalah sebutan untuk orang Indonesia , mericanisme sendiri merupakan pemahaman seluruh orang Indonesia, semua isme – isme yang ada melebur menjadi satu.

Tulisan ini merupakan sebuah utopi dari diri saya sendiri, sehingga saya bercita- cita apabila mericanisme ini benar – benar di pahami sebagai suatu langkah awal atau landasan kita untuk bergeak, maka saya berkeyakinan apabila mericanisme menjadi suatu kenyataan, maka saya berkeyakinan akan muncul neo-mericanisme  dengan arti akronim yang berbeda yaitu  merdeka  Indonesia ku tercinta (Merica), merdeka dalam artian merdeka yang sebenar – benar nya merdeka. Seperti apa yang diamanatkan Pancasila dan UUD 1945.

Salam Mericanisme!!!

Efr Fahmi Aziz (FE)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar