Minggu, 01 Juni 2014

Merawat Pancasila dengan 3M

(Oleh Efri Fahmi Aziz)

Cahaya Matahari,

Dimana cahaya matahari

Gelap, semuanya gelap

Tanpa bintang - bintang yang bekerlap

Garuda ku tidak bisa terbang dalam kegelapan yang membelenggu

Kegelapan ini, bisa merubah wujud garuda ku,

Berubah menjadi sosok yang sangat berbahaya,

Mencabik - cabik manusia yang membawa secercah cahaya

Garuda ku, apakah memang engkau sekejam itu?

Garudaku, apakah engkau tidak mau kembali menjadi sosokmu yang dahulu?

Garudaku kemana hilangnya Pancasila yang kau cengkram?

Apakah sudah lelah mencengkramnya?

Tidakah ada keinginan untuk mencengkramnya kembali?

Kegagahanmu kini hilang terbawa angin.

Angin yang terus menggempur dari berbagai penjuru dunia,

Dari eropa, asia, hingga Amerika..

Garudaku terjanglah angin itu

Kepakan sayapmu, cengkramlah dengat erat pancasila yang kau emban?

 

(Garuda Lelah Pancasila Entah  – catatan ketika menunggu senyuman datang)

 

Prolog

Selarik kalimat diatas penulis bingung mau menyebutnya dengan apa. Apakah puisi, sair , atau apalah. Yang jelas selarik kalimat diatas merupakan  - bisa dikatakan – keluh kesah atau unek – unek penulis tentang Garuda dan Pancasila yang konon merupakan Lambang Negara dan Falsafah bangsa Indonesia. Apabila sedikit menilik kebelakang (sejarah) lahirnya dualisme tersebut (Garuda dan Pancasila) penuh dengan argumentasi, ide dan gagasan yang dikeluarkan oleh Faunding Father kita yang tidak “asal comot”.

Penulis tidak akan panjang lebar membahas sejarah lahirnya kedua dokumen negara yang begitu dikramatkan (hanya ornamen yang dipajang di dingding). Bukannya penulis enggan untuk menceritakanya. Penulis yakin publik sudah mengetahui, kenapa tidak ? Karna dari Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi sudah diajarkan . Buang – buang “karakter tulisan” apabila penulis membahas history yang pada dasarnya, minimal, sudah diketahui oleh warga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang mengenyam bangku pendidikan.

Berhubung sekarang ini merupakan Hari Pancasila, penulis ingin membahas makna mengenai Garuda (umum) dan Pancasila (Khusus) di masyarakat  cirebon. Penulis memang bukan ahli dalam hal ini, penulis hanyalah seorang mahasiswa tingkat 3 yang menunggu “senyuman”.

Dalam penulisan kali ini juga penulis tidak begitu banyak melampirkan referensi. Karna penulis yakin dalam pembahasan kali ini tidak cukup hanya dengan referensi yang bejibun. Tetapi, hati nurani yang memicu tumbuhnya kepekaan terhadap kondisi masyarakat yang paling utama.

 

Sedikit tentang Pemuda Cirebon

Baiklah, cirebon konon merupakan kota yang pertama kali memproklamasikan kemeredekaan sebelum Soekarno membacakan text proklamasi. Itu ditandai dengan adanya tugu proklamasi di depan mesjid Agung Cirebon (At – Taqwa). Dari bacaan yang pernah penulis baca (penulis lupa judul artikelnya) ketika Nagasaki dan Hirosima di Bom Atom oleh Sekutu.  Sutan Syahrir mengetahui informasi tersebut dan segera menginformasikan melalui radio “bawah tanah” kepada kader (para pemuda) Partai Sosialis Indonesia (PSI)  .

Dalam hal ini, berati Cirebon pada waktu itu (tidak memandang kelompok tertentu) memiliki pemuda – pemuda yang mempunyai tekad yang kuat, berani dan kritis. Padahal waktu itu Pancasila masih dalam tahapan – tahapan, belum menjadi satu falsafah yang utuh. Sekarang sudah berapa puluh tahun kita merdeka? Ditambah dengan pengetahaun yang “tidak ada batas” serta Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang diajarkan di sekolah – sekolah.  Apakah  berpengaruh terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara?

Mungkin jawaban pembaca tidak jauh berbeda dengan apa yang penulis pikirkan. Menurut pendapat pribadi penulis hal ini diakibatkan oleh degradasi (pergeseran) mental, moral yang melanda masyarakat Indonesia dan makna terhadap Pancasila itu sendiri. Penulis yakin  masyarakat cirebon (Umumnya Indonesia) ketika  ditanya: “Apakah Bapak  - bapak, ibu – ibu, ade – ade, teman – teman sekalian tahu Pancasila?” pasti jawabannya “ ia Tahu”.

Ya, semua pasti mengetahui. Tetapi, hanya sekeder mengetahui tanpa ada kemauan dan upaya ingin tahu lebih mengenai makna Pancasila. Pncasila konon di katakan sebagai Idiologi atau Falsafah Negara. Berbagai perdebat terkait masalah itu, bukan hal yang harus didebatkan.

Yang jelas Pancasila merupakan pandangan hidup masyarakat Indoensia – terlepas  dari hal yang berbau teologis (ke-Agamaan) merupakan  Pandangan Hidup berbangsa dan bernegara. Tentunya dalam ha menjalankan kehidupan terhadap sesama, memanusiakan manusia, dan menganduung cita – cita kesejahteraan Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Yang bagai mimpi disiang bolong. Untuk kali ini.

 

Memahami,Memiliki dan Mencintai (3M) Pancasila

Sebelum mencapai titik cita – cita yang sedari dulu terus diidam – idamkan, perlu tahapan untuk mencapai hal itu. Yaitu pasal 1 – 4 dalam Pancasila. Tentunya yang menjadi eksekutor adalah kita sebagai warga negara Indosnesia sekaligus masyarakat Cirebon, yang penulis analogikan dalam catatan diatas sebagai Garuda. Pergeseran makna ini perlu dilawan.

Garuda – garuda muda Indonesia perlu Melawan dengan perasaan dan perbuatan “Memhami, Mencintai, dan Memiliki Pancasila”. itu merupakan modal dasar, apabila sifat itu dimiliki oleh seluruh masyarakat cirebon (dari atas sampai bawah) setidaknya predikat “Kota Terkorup” (dalam hal pelayanan publik) yang pernah diemban, sedikit demi sedikit akan hilang dengan sendirinya.

Itu harapan untuk kota tempat penulis dibesarkan.  Untuk Indonesia, penulis sering menuliskan kata “konon” karna yang penulis dengar dan baca tentang Gagahnya Garuda dan begitu sakralnya Pancasila tidak terjadi (belum masif) dimasa sekarang. Akan tetapi,  sampai kapanpun , harapan penulis tidak akan pernah luntur walau secuil.

Karna penulis yakin cita – cita yang kita semua idamkan akan menjadi suatau kenyataan. Bukankah waktu dulu, ketika zaman penjajahan (kolonialisme) harapan akan kemerdekaan Indonesia hanya mimpi, tetapi dengan kemauaan, tekad, seemangat  yang kuat kita bisa mewujudkan hal yang dulunya hanya menjadi mimpi? Sekarang, kenapa tidak?

 

Daftar Referensi

http://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila

Suwarno, P.J. Pancasila Budaya Bangsa Indonesia..

Ketetapan MPR no XVIII/MPR/1998 dan termasuk dalam kelompok Ketetapan MPR yang sudah bersifat final atau selesai dilaksanakan menurut Ketetapan MPR no. I/MPR/2003

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar