Jumat, 28 Oktober 2016

Opini: Pelajaran Dari Hari Kemarin, Kongres Sumpah Pemuda Ketiga Kapan?

Opini, SetaraNews.com - Hari itu, pada tempo dulu para pemuda melebur egonya menjadi satu, mengorbankan kepentingannya demi tujuan yang satu, dari berbagai golongan dan latar belakang organasasi kala itu, dalam rangka persatuan pemuda Indonesia. Berkumpul dan menindak persoalan yang di anggap kepentingan rakyat Indonesia. Dimana sekarang kita menyebutnya Hari Sumpah Pemuda, tepatnya pada 28 Oktober 1928, hari dimana oleh para pemuda, mahasiswa, golongan, dan kalangan pelajar selalu dilakukan ritual peringatan dengan berbagai cara.  Di kondisi yang serba minim, tapi tidak menyurutkan usaha-usaha pemuda kala itu untuk melakukan sesuatu untuk bangkit dari keterpurukan. Keren bukan?

Lalu, bagaimana dengan sikap pemuda saat ini? Jika diam bukan berarti tentram, jika teriak bukan berarti benar, jika bersatu bukan berarti nyatu, namun lebih dari itu. Seringkali banyak perdebatan antara pihak dan golongan pemuda dalam menyikapi persoalan di masyarakat, ahh, itu biasa, tapi apa yang di perdebatkan kadang tidak subtansial dan terkesan kurang bijak. Padahal persoalan yang dihadapi tidak lain dan tidak beda adalah masalah yang sama.

Pemuda dalam golongannya membangun karakternya dengan caranya masing-masing, kadang menjadi inspirasi, kadang banyak juga yang membuat miris, dimana banyak persoalan di depan mata namun tidak disikapi dengan cermat dan cerdas. Katanya pemuda adalah tulang punggung bangsa, katanya pemuda adalah jiwa penerus bangsa, katanya pemuda bisa mengguncang dunia.

Sekarang perlu di renungkan kembali, apakah kita besar karena sejarah? Dimana kaum muda tempo dulu melakukan pergerakan-pergerakan yang revolusioner, sehingga citaranya terhembuskan kepada generasi sekarang secara turun temurun. Atau, lain cerita ada pemuda yang memang meneruskan perjuangan tempo dulu untuk mencapai perbaikan-perbaikan dijamannya. Menorehkan jejak rekam yang menjadi sejarah yang layak di kenang.

Pelajaran dari hari kemarin, jika sumpah pemuda adalah hasil dari kesepakatan dalam kongres pemuda kedua itu, dan berlatar belakang bersatunya pemuda dari berbagai organisasi dan golongan untuk menyelesaikan persoalan saat itu. Apa bedanya dengan kondisi sekarang? Kenapa masih saja meributkan bendera mana, dan dari mana, kenapa selalu ego sektoral yang menjadi orientasi untuk bergerak, bukankah eksistensi gagasan lebih penting dari itu.

Melihat kondisi saat ini, coba tengok dan introspeksi sendri, pertanyaannya kapan kongres pemuda ketiga? Untuk kembali menjadi putra putri yang satu, bangsa yang satu dan bahasa yang satu!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar