Kamis, 28 Agustus 2014

Kenapa Harus “Maha”Siswa Bukan “Mbah”Siswa?

Kenapa Harus “Maha”Siswa Bukan “Mbah”Siswa?


oleh: Dede Tri Kurniawan


Kata MAHASISWA memang Unik. Mungkin sempat tersentil semacam pertanyaan konyol. Kenapa harus diberi nama Mahasiswa? kenapa tidak mbahsiswa saja? Mengapa makna MAHA melekat pada kata siswa di negeri ini? Memang tidak semua warga Indonesia dapat merasakan atau pernah berstatus sebagai mahasiswa.

Sebuah status yang sangat sakral dan penuh arti bagi bangsa ini.  Kenapa langka? Karena memang tak banyak masyarakat dapat merasakan pendidikan hingga jenjang yang lebih tinggi. Jadi bersyukurlah kita sekarang menjadi semacam manusia “langka” di sekumpulan 250 juta warga negara indonesia.

Penuh arti? Banyak sejarah yang terukir di negeri ini oleh mahasiswa.  Jadi sadarkah kita sekarang berada di moment yang sangat langka? Dimana masyarakat mulai memandang kita “berbeda”?

Mahasiswa; "maha" dan siswa, seakan menyetarakan dengan penyebutan nama yang luar biasa, yaitu kata “MAHA”. Hal ini mencerminkan sebuah idealisme, harapan dan cita-cita yang tinggi. Di ketinggian itulah kita dapat melihat betapa indah dan luasnya bumi ini, tetapi di ketinggian itu pula terkadang kita terbuai dan bingung ke mana, di manakah berpijak nantinya. Terdapat Potensi yang dimiliki oleh mahasiswa karena mereka berada pada moment yang sangat langka yaitu pada massa yang dikatakan penuh semangat, penuh kreatifitas, sangat dinamais yaitu pada saat masa MUDA.

Potensi dan Tanggung Jawab Mahasiswa
Secara fitrah, masa muda merupakan jenjang kehidupan manusia yang paling optimal. Kematangan jasmani, perasaan dan akalnya, sangat wajar jika pemuda-mahasiswa memiliki potensi yang besar dibandingkan dengan kelompok masyarakat lainnya. Kepekaan yang tinggi terhadap lingkungan banyak dimiliki pemuda mahasiswa. Pemikiran kritis mereka sangat didambakan umat. Di mata umat dan masyarakat umumnya, mereka adalah agen perubahan (agent of change) jika masyarakat terkungkung oleh tirani kezaliman dan kebodohan. Mereka juga motor penggerak kemajuan ketika masyarakat melakukan proses pembangunan. Tongkat estafet peralihan suatu peradaban terletak di pundak mereka. Baik buruknya nasib umat kelak, bergantung pada kondisi pemuda dan mahasiswa sekarang ini.

Namun, potensi tinggallah potensi. Ibarat pedang yang sangat tajam; ketajamannya tidak menjadi penentu bermanfaat-tidaknya pedang tersebut. Orang yang menggenggam pedang itu-lah yang menentukannya. Pedang yang tajam terkadang digunakan untuk menumpas kebaikan dan mengibarkan kemaksiatan, jika dipegang oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Sebaliknya, jika berada di tangan orang yang bertanggung jawab, ketajaman pedang itu akan membawa manfaat.

Demikian juga dengan potensi mahasiswa. Potensi yang begitu hebat itu bisa dipergunakan untuk menjunjung tinggi kebaikan, bisa juga untuk memperkokoh kejahatan dan kedurjanaan. Itulah sebabnya, begitu banyak contoh pemuda-mahasiswa yang berjasa menjadi pilar penentu kemajuan suatu peradaban, tetapi tidak sedikit di antara mereka yang mengakibatkan runtuhnya sendi-sendi peradaban, dan menghancurkan kemuliaan suatu tatanan kehidupan.

Mahasiswa sebagai bagian utuh dari bangsa Indonesia memiliki peran dan fungsi yang penting, strategis dalam mengisi kemerdekaan bangsa dan indonesia melalui pengembangan ilmu pengetahuan, minat dan bakat, serta kesejahteraan yang bervariasi kerakyatan humanis menuju tercapainya masyarakat madani. Luar biasa, tanggung jawab yang cukup besar yang disandang oleh mahasiswa ini.

SAATNYA BERGERAK
Sesungguhnya mahasiswa memiliki peran, fungsi, dan posisi yang sangat strategis dalam tatanan kehidupan masyarakat. Sebagai insan akademis mahasiswa diharapkan memiliki dua peran. Pertama, peran untuk selalu mengembangkan diri sehingga menjadi generasi yang tanggap dan mampu menghadapi tantangan masa depan.

Kedua, peran yang akan muncul dengan sendirinya apabila mengikuti watak ilmu itu sendiri. Watak ilmu adalah selalu mencari dan membela kebenaran ilmiah. Selalu mengikuti watak ilmu ini maka insan akademis mengemban peran untuk selalu mengkritisi kondisi kehidupan masyarakatnya di masa kini dan selalu berupaya membentuk tatanan masyarakat masa depan yang benar dengan dasar kebenaran ilmiah.

Perguruan tinggi sebagai tempat mahasiswa beraktivitas mempunyai Tri Dharma Perguruan Tinggi yang menjadi landasan tugas mahasiswa. Melihat kondisi bangsa yang sedang terpuruk Tri dharma perguruan tinggi ini harus disinkronkan dengan 3 peran mahasiswa yaitu sebagai Guardian of value (penjaga nilai), Iron stock, dan Agent of Change (agen perubahan) agar dapat menjawab tantangan bangsa.

Perlu diperhatikan adalah saat mahasiswa mengetahui perannya, pemahaman akan peran tersebut adalah pemahaman yang menyeluruh bukan parsial. Karena saat peran mahasiswa dipandang parsial, yang akan terjadi adalah mahasiswa sebagai penjaga nilai akan merasa selalu benar, sehingga kurang bisa membedakan antara nilai-nilai kebenaran dan tidak.

Sebagai agent of change, mahasiswa hanya akan merasa dia adalah agen perubah yang harus mengubah kondisi bangsa ini, yang terkadang mengubah tanpa tahu esensi dan konsekwensinya seperti apa. Mahasiswa yang berfungsi sebagai insan akademis (Insan akademis yang dimaksud di sini adalah insan yang memiliki dua peran.

Pertama, peran untuk selalu mengembangkan diri sehingga menjadi generasi yang tanggap dan mampu menghadapi tantangan masa depan. Kedua, peran yang akan muncul dengan sendirinya apabila mengikuti watak ilmu itu sendiri. Watak ilmu adalah selalu mencari dan membela kebenaran ilmiah, konsepsi kemahasiswaan) harus bisa berpikir ilmiah untuk mencari kebenaran. Selanjutnya dalam posisi mahasiswa sebagai middle class, diharapkan mahasiswa bisa menjadi penghubung antara rakyat dan pemerintah.

Menyadari peran, fungsi dan posisi sebagai mahasiswa akan timbul sense of crisis peserta akan hal-hal yang seharusnya dilakukan, dihubungkan dengan kondisi bangsa. Kontribusi adalah buah, hasil yang nyata dari keseluruhan pemahaman dan kesadaran yang mereka miliki akan kemanusiaan dan kemahasiswaannya. Kesadaran akan kemanusiaannya sebagai manusia pembelajar, dan kesadaran akan peran, fungsi, dan posisinya sebagai mahasiswa.

“Saatnya berkarya, saatnya bergerak dan saatnya bertindak”
”Selamat Berkarya Anak Muda”


Riwayat Tentang Penulis

Dede Trie Kurniawan, S.Si, M.Pd  Lahir di Cirebon tahun 1987. Lulus pada tahun 2008 dari Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengethuan Alam (FMIPA) Universitas Padjadjaran Bandung dengan status mahasiswa beasiswa PPA (peningkatan prestasi akademik).

Pada Tahun 2010 Berhasil Lulus prorgram magisternya dengan jalur Beasiswa Pascasarjana Dirjen DIKTI di Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung Jurusan Pendidikan IPA Konsentrasi Pendidikan Fisika SL. Sekarang penulis menjadi staff Dosen tetap yayasan yang ditugaskan di Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon sejak maret 2009 untuk  mengajar matakuliah Fisika Dasar. Di tahun 2013 penulis berkesampatan melajutkan studi ke program Doktoral (S3) di Universitas Pendidikan Indonesia mengambil bidang pendidikan IPA konsentrasi Pendidikan Fisika Sekolah Lanjut.

Kontak yang dapat diakses adalah di www.dhetik.weebly.com atau email di dhe3kurniawan@gmail.com.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar