Ini tentang aku yang mengutip gurat di wajahmu
Di pelataran kampus jalan pemuda
Sebagai mahasiswa yang menggebu
Kau bersama jiwa-jiwa yang menderu
Hidup merebah jadi satu
Orasi dan demonstrasi jadi sahabat karibmu
Terlihat membekas oleh lengkung otot disekitar pipimu
Juga kerut dahi yang tersusun rapih itu
Bekas menyuarakan suara-suara dengan lantang
Suara dari yang hatinya gamang
Gamang yang harusnya dituntaskan tanpa harus menghunus pedang
Menang tak menang memang
Ketika satu dua tiga menyoalkan suatu bentuk tak berwarna
Maka landaslah kencang ke delapan penjuru mata angin tegak menganga
Bebas lepas landas
Kau yang tak harus sampai memelas
Bilaslah dan bila perlu gilas!
Perduli setan antara egois dan idealis
Sebab jelas aku lihat punggungmu yang berkarat
Dan disetiap malammu yang menghinggap hampir selalu jadi sekarat
Yang tak semesta pun tahu bahwa itu berat
Nyeri aku melihatmu lamat-lamat
Perjuangan keras yang terkadang asanya mendekati tamat
Tapi tenanglah sayang,hidupmu tak harus merasa termarginalkan
Karena sesungguhnya merekalah yang tak mampu berlari mengejar
Mengejar jejak kaki kuat dan betapa tajamnya isi dibalik cita cinta
Tegaklah kelangit memandang awan
Bila perlu cengkram akar bumi erat-erat
Dan alam pun akan selalu setia dalam do’a dengan sedemikian menawan
Atau mungkin untuk sewaktu-waktu kau perlu berbicara tanpa suara
Kau tak sendiri ,masih banyak noktah di puncak-puncak kaldera siap menerima
Lalu bersandarlah pada pundak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar