Jumat, 16 Mei 2014

Essai: Wajah Pendidikan di Indonesia

Wajah Pendidikan di Indonesia


oleh: Pipit Shita Resmi Joni


Pendidikan di Indonesia khususnya di daerah terpencil seperti di Papua dari dulu hingga saat ini masih belum mendapatkan perhatian dari pemerintah. Kurangnya perhatian tersebut memicu kurang berkembangnya bidang pendidikan di Papua dan daerah terpencil lainnya. Permasalahan yang ada di Papua menyangkut beberapa hal seperti fasilitas yang kurang memadai, kurangnya perhatian pemerintah, lingkungan sosial yang tidak mendukung, dan banyak aspek lainnya. Masalah-masalah tersebut dapat membelenggu serta mengancam potensi anak-anak yang ada di Papua untuk dapat tumbuh dan berkembang seperti anak-anak semestinya.

Masalah yang sering terjadi dalam bidang pendidikan salah satunya fasilitas yang kurang memadai bahkan tidak layak. Sering di temui di daerah tertinggal sekolah-sekolah dengan bangunan-bangunan sekolah yang hampir runtuh karena sudah tua, kekurangan ruang kelas sehingga untuk dapat belajar mereka harus bergantian kelas. Kurangnya alat-alat bantu untuk kegiatan belajar mengajar, kurangnya kursi, kurangnya papan tulis, kurangnya alat-alat untuk praktek, dan lainnya. Masih banyak dari mereka yang tidak berpakaian seragam sebagaimana mestinya, di dalam kelas pun masih banyak yang menggunakan sendal bahkan masih banyak pula yang tidak menggunakan alas kaki.

Kurangnya tenaga pengajar adalah masalah klasik yang sering terjadi di negara ini. Dari sekian ribu tenaga pendidik yang dihasilkan di universitas-universitas Indonesia sedikit yang tertarik untuk mengabdikan diri di daerah terpencil, alhasil daerah terpencil seperti Papua krisis tenaga pengajar. Bisa dibandingkan dengan tenaga pengajar yang ada di Pulau Jawa. Tenaga pengajar yang ada di pulau Jawa jauh lebih banyak dibanding dengan tenaga pengajar yang ada di Papua pedalaman, contohnya di pulau Bintang. Keadaan sekolah yang ada di pedesaan di Pulau Bintang hanya di ajar oleh satu orang guru, itu pun bukan sekolah yang dibangun oleh pemerintah. Masyarakat pedesaan yang tinggal di Pulau Bintang apabila mereka ingin bersekolah yang dibangun oleh pemerintah, mereka harus menempuh jarak yang jauh dan memerlukan waktu berhari-hari untuk sampai ke sana.

Lulusan yang tidak diakui oleh pemerintah. Kebanyakan sekolah-sekolah yang ada di Papua dibangun oleh para relawan bukan dari pemerintah sehingga tidak adanya bukti lulusan dari sekolah tersebut. Sedangkan di indonesia sebuah ijazah sangat dibutuhkan, selembar kertas ijazah berfungsi sebagai legitimasi untuk menempati jabatan publik. Ijazah jauh lebih bernilai dari pada seluruh proses belajar yang mereka laksanakan. Sehingga menyebabkan berbagai pihak melakukan praktik transaksi yang tidak sehat demi mendapatkan ijazah. Sedangkan siswa-siswi yang belajar di daerah pedalaman papua, tidak semua sekolah memberikan ijazah ke setiap muridnya, karena berasal dari sekolah yang bukan dibangun oleh pemerintah. Dengan demikian, masyarakat pedalaman Papua mengalami kesulitan untuk bersaing dengan orang-orang yang ada di luar daerahnya yang memiliki selembar ijazah.

Otonomi Daerah

Kurangnya perhatian pemerintah terkait masalah pendidikan di pulau Papua karena tidak adanya kerjasama dengan pemerintah daerah. Adanya otonomi daerah pun kurang membantu masalah kependidikan yang ada di Papua, justru dengan adanya otonomi daerah tersebut malah membuat sebuah tirani baru. Kekayaan alam yang ada di Papua adalah modal pemberian Tuhan yang istimewa dan seharusnya bisa membantu menyejahterakan masyarakatnya khususnya membantu masalah kependidikan yang ada di Papua. Otonomi yang diberikan ini justru kacau dan hanya menjadikan pemerintah daerah raja kecil yang memperkaya diri sendiri. Seharusnya mereka yang berperan sebagai wakil dari setiap daerah mereka harus lebih peduli lagi dan bisa menyejahterakan masyarakat yang ada di daerah tersebut, bukan malah memanfaatkan mereka (masyarakat pedalaman Papua) sebagai tambang emas bagi para pemerintah.

Pembagian anggaran pendidikan yang diberikan oleh pemerintah pusat tidak tersebar dengan merata. Mereka yang tinggal di pulau Papua hanya mendapatkan bagian kecil dari anggaran itu. Dana yang diberikan oleh pemerintah pusat kemudian di salurkan kepada pemerintah daerah. Tetapi pemerintah daerah pun bukannya memberikan kepada mereka yang berhak malah dana tersebut sebagian ada yang mereka kantongi demi kepentingannya sendiri. Dengan adanya hal yang demikian, membuat pendidikan yang ada di Papua mengalami keterbelakangan.

Lingkungan Sosial

Karena sumber daya manusia yang ada di Papua masih rendah, mereka masih menganggap pendidikan itu tidaklah penting  bagi mereka. Yang ada di pikiran mereka hanya bagaimana caranya agar mendapatkan sebuah pekerjaan atau sebuah penghasilan tanpa melalui pendidikan tersebut, alhasil pendidikan ditinggalkan.

Adapun masyarakat yang mulai melek tentang pentingnya pendidikan lebih memilih keluar daerahnya untuk mencari sekolah yang bonafit atau terkenal yang berada di luar daerahnya, seperti di Pulau Jawa. Biasanya mereka yang pernah belajar di luar daerah, enggan balik lagi ke daerah atau ke desa mereka. Mereka lebih memilih menetap di kota. Mereka enggan untuk menyumbangkan ilmu-ilmu mereka untuk pembangunan di desa mereka. Sehingga pembangunan yang ada di kota terus berkembang sedangkan di desa mereka sendiri terus mengalami kemunduran, khususnya di bidang pendidikan.

Dengan adanya permasalahan tersebut sebaiknya adanya suatu perbaikan di bidang kependidikan khususnya di negara Indonesia. Untuk menunjang hal tersebut sebaiknya adanya perbaikan dari sistem kepemerintahannya. Antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah harus saling bekerjasama, harus adanya suatu komunikasi yang baik di antara keduanya agar pelaksanaan undang-undang dapat berjalan dengan baik. Sebab kondisi di suatu daerah berbeda-beda. Contohnya dalam hal fasilitas, dalam hal otonomi dan kebijakan-kebijakan pemerintah, serta lingkungan sosial yang ada di masyarakat setempat.

Pemerintah diharapkan lebih peduli dan lebih adil lagi terhadap masyarakat-masyarakat yang ada di pedalaman Indonesia. Terutama di bidang kependidikan, karena apabila suatu sistem pendidikan di suatu daerah itu bagus, maka dapat menciptakan sumber daya manusia yang bagus pula. Mereka pun dapat membangun daerahnya masing-masing. Sehingga masyarakat yang ada di Indonesia baik di pedalaman atau pun di kota dapat berkembang dengan baik dan seimbang, dan dapat menciptakan suatu masyarakat yang sejahtera.
Penulis adalah peserta lomba Festival Sutan Setara IV, Mahasiswa Ilmu Komunikasi - FISIP Universitas Swadaya Gunung Jati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar