Selasa, 06 Desember 2016

Resensi Buku: Senja di Alexandria

Judul               :  Senja di Alexandria

Penulis            : Zhaenal Fanani

Cetakan           : II, November 2011 (Cetakan I, September 2011)

Penerbit          : DIVA Press, Jogjakarta

Tebal               : 392 halaman

Resentator      : Wasniah

Novel Senja di Alexandria ini merupakan novel fiksi yang sangat menarikdan. Alur cerita yang disajikan dengan bahasa yang bernilai asteti tinggi. Novel yang bergaya lembut, sendu dan penuh haru biru ini menceritakan seorang gadis bernama Khalida yang sejak kecil sudah ditinggal ayahnya yang bernama Danarto dan sehingga ibunya pergi ke tanah Alexandria untuk menjadi TKW di sana. Setelah Khalida dewasa Ia menyusul Ibunya bersama adiknya yang bernama Dhenira untuk sekolah di sana. Lalu Khalida bertemu dengan seorang pemuda bernama Zhaedy putra seorang duta besar terhormat di Indonesia untuk Mesir. Mereka dipertemukan di Mesir dengan perasan tiba-tiba saling jatuh cinta. Kemudian Khalida mengalami kecelakan tragis yang merenggut nyawanya saat ada kekacauan politik yang melanda Mesir. Zhaedy merasa kehilangan Khalida menjadi kehilangan serta merasa seolah-olah mempunyai dunia lain yaitu dunia yang menganggap bahwa Khalida masih hidup disisinya. Zhaedy yang mempunyai rasa salah menganggap kematian Khalida adalah kesalahany yang  tidak sempat menjemput Khalida. Di sisi lain Dhenira adik dari Khalida yang mempuyai wajah mirip dengan kakaknya jatuh cinta kepada Zhaedy dan berusaha membantu Zhaedy keluar dari dunia imajinasinya, akan tetapi usahanya gagal karena Zhaedy tetap mencintai Khalida hingga Ia menyusul Khalida menghadap Sang Ilahi.

Novel ini terdapat beberapa tokoh yaitu Zhaedy, Khalida, Dhenira,  Hartini,  Danarto, Nyai Juariyah, Nawal, lanjarwati, Pradopo, Marni dan tokoh-tokoh lainnya yang mendukung di alur novel ini.

Novel ini bergaya halus lembut, sendu dan penuh haru yang mengukap rasa tentang kehidupan, cinta, rasa kehilangan serta perpisahan.

Kelebihan Novel Senja di Alexandria, Penulis Zhaenal Fanani, pembaca seolah-olah akan mengetahui keadaan dan sejarah kota Alexandria dengan yang ada di dalam terdapat peristiwa-peristiwa saat ada kekacauan politik di Mesir. Dari segi penulisan, Zhaenal Fanani mampu menghadirkan keindahan tersendiri dari segi cerita dan bahasanya karea kebanyakan menggunakan bahasa sastra yang sangat tinggi. Bagi yang suka sastra novel ini merupakan rokemendasi yang baik untuk dibaca.

Contoh kutipan dari novel Senja di Alexandria:

“Di mana pun kau berada di saat ini, pulanglah ... ! pasir ini, pantai ini, angin ini, senja ini , dan aku selalu menati kehadiranmuh ....  “

“.... Di sinilah, cinta menemukan getaranya, di senja merah Alexandria. Mereka mengikrarkan sebuah cinta yang sederhana, namun agung. Cinta yang tidak meminta, cinta yang tidak dimaknai dengan bahasa, dan cinta tidak belengu warna.”

Kata-kata tersebut sungguh mendalam bila dimaknai dengan rasa penghayatan yang lebih.

Kekuranganya terkadang membuat pembaca  merasa dipusingkan dan bosan karena bahasanya sulit dupahami membuat pembaca harus benar-benar fokus dan membutuhkan konsentrasi tinggi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar