Senin, 23 April 2018

Ampuh : Memaafkan Bukan Berarti Melupakan

Unswagati, setaranews.com - Aliansi Mahasiswa Peduli Unswagati Bersih (Ampuh) tidak akan melupakan segala bentuk tindakan penghinaan kepada manusia oleh manusia lainnya. Hal ini berkaitan dengan apa yang telah dilakukan oleh Ketua Yayasan Pendidikan Swadaya Gunung Djati (YPSGJ) pada saat menemui aksi solidaritas mahasiswa.

Juru bicara Ampuh, Epri Fahmi menyampaikan, persoalan bangsa Indonesia hari ini yaitu berkaitan dengan mentalitas. Sebagai lembaga pendidikan yang juga memiliki tanggung jawab terhadap konstitusi untuk ikut mencerdaskan kehidupan bangsa, Unswagati ataupun Yayasan seharusnya memberikan contoh pendidikan mentalitas yang baik kepada mahasiswanya juga masyarakat pada umumnya.

"Ini yang terjadi sebaliknya, penghinaan. Memaafkan bukan berarti melupakan. Ki Hajar Dewantara Bapak Pendidikan kita dengan tegas dan jelas menyebutkan bahwa tujuan pendidikan sejatinya yaitu untuk memanusiakan," pungkasnya kepada setaranews, Sabtu (21/04).

Lanjut Epri, apa yang sudah menimpa mahasiswa saat melakukan aksi solidaritas didepan halaman Kampus I Unswagati merupakan bentuk perlawanan atas sikap Yayasan atau Universitas yang sudah gegabah memanggil orang tua mahasiswa lantaran aksi yang menuntut soal transparansi. Ironisnya, mahasiswa yang menyampaikan aspirasi justru mendapatkan perlakuan yang tidak manusia, dan tindakan tersebut lebih parahnya dilakukan Ketua Yayasan Unswagati itu sendiri.

Lanjut Epri, Ketua Yayasan itu bisa dibilang orang nomor satu di lingkungan Yayasan dan Civitas Akademik, pucuk pimpinan yang seharusnya bisa memberikan contoh yang baik sebagaimana layaknya seorang akademisi atau intelektual.

"Ini seperti orang yang tidak mengenyam pendidikan saja. Gayanya seperti preman, so jagoan, jumawa, takabur. Miris kami sebagai keluarga Unswagati melihat kejadian tersbut," tukasnya.

Epri menambahkan, kejadian tersebut merupakan sejarah bagi Unswagati dan juga sejarah bagi dirinya sendiri yang menjadi salah satu mahasiswa yang mendapat perkataan kasar dari Ketua Yayasan.

Menurutnya, selama dia ada di Unswagati, demostrasi di kampus biru ini bukan lagi hal yang aneh, pasalnya memang mahasiswa Unswagati memiliki nalar berfikir yang sudah cakap, daya kritis mahasiswanya juga sudah tak diragukan lagi. Seharusnya Universitas atau Yayasan bangga memiliki mahasiswa yang peduli atas persoalan baik diinternal kampus maupun diluar kampus.

"Anak cucu kami harus tahu, ini sejarah, bahwa ayahnya pernah diperlakuan tidak manusiawi. Terutama, agar kejadian serupa tidak menimpa mahasiswa lain nantinya. Terutama membuat oknum yg tidak memiliki rasa hormat dan penghargaan kepada kemanusiaan itu jera. Supaya tidak sombong, bahwa mahasiswa tidak takut, dan menentang segala bentuk penghinaan dan penindasan" tukasnya. (Mumu Sobar Muklis/LPM Setara)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar