Sabtu, 21 April 2018

Opini: Esensi hari kartini dalam Tradisi

Opini, Setaranews.com - Hari kartini yang jatuh pada tanggal 21 april  selalu identik diperingati sebagai hari pahlawan nasional ’’ habis gelap terbitlah terang’’ kartini berjuang agar mendapatkan berbagai hak dalam ranah kehidupan, pendidikan dan perjuangan kodrat kewanitaannya.

Peringatan Hari Kartini yang sudah turun-temurun seperti sekarang, tentu boleh-boleh saja, dan tidak ada yang melarang. Sayangnya, peringatan Hari Kartini yang ada sekarang hanya mempertegas sifat-sifat kewanitaan semata. Pakaian adat, lomba masak, lomba busana, tanpa ada Hari Kartini juga sudah menjadi ciri khas seorang wanita.

Esensi kartini

Membaca sejarah hidup kartini dan pemikiran-pemikiran kartini, lantas penulis berfikir dan berusaha merefleksikan pada peranan perempuan di masa kini, mungkin penulis melihat dalam sisi dunia pendidikan khususnya yaitu dalam skala perguruan tinggi. Karena zaman kita berbeda dengan zaman kartini pada saat itu, penulis melihat tidak ada kungkungan dalam kehidupan sekarang. Tetapi ini yang membuat saya tertarik melihat kondisi yang diperjuangkan kartini hanya sekedar tradisi untuk diperingati saja.

Kecintaan kartini pada ilmu pengetahuan sangatlah jelas bahwa dia (Kartini) menginginkan atau mendapatkan pendidikan secara formal atau nonformal baik buku buku bacaan  dan literature yang dia baca dirumah. Kartinipun berfikir kritis menyampaikan pemikiran dan pertanyaan baik secara lisan ataupun tulisan kepada keluarga, teman-temannya menunjukan pada guru bahwasannya dia berfikir kritis.

Kartini juga mempunyai kemampuan mengemukakan pemikirannya secara sitematis, bukan hanya berfikir kritis dalam surat suratnya yang ditulis dan didukung oleh media yang ada pada masa itu sehingga muncul beberapa pemkiran yang iya sampaikan ke dunia luar. Salah satu kelebihan kartini adalah teman-temannya yang berasal dari kalanggan ningrat dan terpelajar, serta memiliki relasi yang cukup luas.

Kalau penulis perhatikan, kondisi mahasiswa khususnya mahasiswa perempuan dikalangannya hanya sebagian kecil yang menjadikan ilmu sebagai bentuk perubahan, melainkan hanya sekedar formalitas untuk mendapatkan pendidikan saja, apalagi untuk berfikir kritis baik terhadap lembaga pedidikan maupun terhadap pemerintah.

Esensi peringatan haru kartini menurut penulis lebih terhadap peringatan sebuah tradisi yang terjadi dikalangan pendidikan saat inisaat ini, bukan bagaimana esensi kartini yang semestinya dimliki oleh kalangan kaum hawa di Indonesia khususnya mahasiswi dikalangan pendidikan dengan esensi kartini yang berfikir kritis berani mengemukakan fikirannya dalam kondisi dan situasi apapun secara sisitematis bersandang niat yang baik, tak hanya soal kesetaraaan, melainkan juga dalam tuajuan mualia lainnya.

 

Penulis: Sutarno (Mahasiswa Fakultas Hukum Unswagati Cirebon)

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar