Kamis, 12 April 2018

Rektorat Janji Penuhi Tuntutan Mahasiswa Terkait Isu Penjualan Aset Kampus GT

Setaranews.com, Unswagati – Aliansi Mahasiswa Peduli Unswagati Bersih (AMPUH) mengadakan aksi tadi pagi sekitar pukul 09.00 WIB di Kampus I Unswagati pada Kamis (12/4). Aksi tersebut dilakukan dalam rangka meminta penegasan terkait isu penjualan Kampus GT ( Gedung Tambahan) kepada pihak rektorat. 3 tuntutan dalam aksi tersebut antara lain 1). Transparansikan pengelolaan kampus terkait penjualan aset Unswagati (Kampus GT) yang tidak hanya secara lisan, tapi secara tertulis (laporan aset) 2). Transparansi laporan keuangan Universitas dan Yayasan secara keseluruhan 3). Dipenuhinya sarana dan prasarana kegiatan akademik maupun non-akademis.


Yang menjadi polemik pasalnya Kampus GT sering sekali digunakan untuk banyak kegiatan mahasiswa dan membantu menampung lonjakan mahasiswa yang overload. Dalam aksi tersebut Wakil Rektor III, Ipik Permana,S.Ip., M.Si.  didampingi Wakil Rektor II, Acep Komara.Drs., SE., Msi menjawab mahasiswa yang aksi terkait isu penjualan aset Kampus GT. “Sampai saat ini belum ada jual beli tentang GT dan sebagainya. Saya bisa jamin disana kegiatan bisa berjalan semestinya.” Ujar Ipik.


Ketika disinggung terkait transparansi rektorat pada mahasiswa, ia bilang tidak ada transparansi yang mati. Tetapi berkelit ketika salah satu mahasiswa meminta kejelasan tertulis. Ipik menjawab dan menjamin bahwa Kampus GT aman-aman saja jadi menurutnya mahasiswa tidak usah meminta bukti tertulis. "Tertulis lagi, catat nama saya Warek III Bidang Kemahasiswaan, enggak usah ditulis-tulis. Jadi penjualan Kampus GT adalah hal-hal yang belum terjadi. Prinsipnya kami menjamin hal-hal yang berkaitan dengan GT akan lebih baik dari sekarang. Kampus GT belum dijual, dan kalau rencana akan dijual saya belum dengar.”


Hal ini pun menuai ketidak puasan, sehingga Saeful yang merupakan mahasiswa Fakultas Pertanian memperkuat statement agar diberikannya penegasan terkait isu penjualan aset. "Dengan berbagai isu yang beredar di kampus, kami disini justru menjadi jembatan bagi Universitas untuk melakukan transparansi pada mahasiswa. Jadi iya atau tidak, jawabannya cuma itu, Pak. Kalau memang belum katakan belum, kalau memang rencana katakan rencana. Kalau memang terjadi penjualan aset, dimana ini adalah hal yang vital, itu bisa ditransparasikan secara jelas pada mahasiswa. Kalau begini jadi gak transparan, jadi isu yang hoax, jadi abu-abu. Dan kita disini tidak bisa dibungkam untuk hal-hal semacam ini. Kita mengclearkan. Kalo pun kedepannya terjadi penjualan aset, kami minta kedepannya pihak rektorat, yayasan dan lembaga mau melakukan transparansi pada mahasiswa dengan melakukan kesepakatan tertulis."


Kemudian hal ini pun ditanggapi lagi oleh Ipik. "Ya kita tidak melarang mahasiswa berdemokrasi, tidak membungkam mahasiswa. Terkait GT ini adalah hal-hal yang belum terjadi. Kalau kedepannya terjadi penjualan aset, saya kira akan dilakukan transparansi sebenderang-derangnya. Tapi jenjang kordinasinya dengan yayasan, dengan dewan pembina. Maka dari itu kita sebagai civitas akademika akan terbuka, bagaimana itu diperlukan."


Kemudian Epri selaku mahasiswa Fakultas Ekonomi juga berpendapat tentang akses transparan seharusnya hal yang wajib diberikan universitas kepada mahasiswa. "Transparansi adalah hal yang dijamin undang-undang. Kalau perkara cuma ngomong, lisan akan melakukan transparansi, semua juga bisa. Kita harus konkrit dalam hal ini tanpa diminta pun universitas berkewajiban memberikan transparansi pada mahasiswa." tandasnya.


Warek III, Ipik dan Warek II, Acep pun di akhir sesi dialog aksi sepakat untuk memenuhi tuntutan mahasiswa guna menegakkan transparansi dengan memberikan bukti tertulis mentandatangani spanduk. "Kami mendukung kita harus transparansi, baik itu mahasiswa atau lembaga." Tutup Ipik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar