Minggu, 23 November 2014

Jiwa Yang Merdeka

Jiwa harus menjadi pusat manusia yang tetap berdiri mempertahankan sifat otonomnya, otonom jiwa terletak dari nilai-nilai yang sebenarnya pasti ada didalam hati terdalam manusia, nilai tersebut adalah kebenaran akan kesadaran batin setiap manusia tentang nilai kemanusiaan, nilai keadilan, nilai kesetaraan, nilai solidaritas, dan nilai kebebasan. "jiwa yang merdeka" akan terus mempertahanan nilai-nilai yang telah dianugrahi oleh pencipta ke seluruh umat manusia dan tak bisa terelakan kebenarannya. saya akan coba menginterpretasikan nilai-nilai otonom dalam jiwa tersebut.


 Pertama "Nilai Kemanusiaantidak bisa terelakan kebenarannya didalam jiwa yang otonom karena setiap agama pasti meyakini bahwa manusia adalah mahluk paling mulia diantara mahluk lainnya, kemuliaan tersebut menurut saya adalah sebuah fitrah yang harus dipertanggungjawabkan dalam gerak ihsan (tekad/niat ,ucap,tingkah laku) dalam interaksi antar mahluk, karena manusia sebenarnya adalah pemimpin semua mahluk didunia yang berarti menjadi tauladan kehidupan baik bagi dirinya, keluarganya, lingkungannya dan bangsanya. Nilai kemanusiaan menjadi otonom dalam jiwa manusia karena manusia tidak dapat mengelak dari hati nuraninya ketika melihat manusia lain tertindas oleh manusia yang jiwanya dijajah oleh pemikiran dogmatis, dijajah oleh keinginannnya yang terus tidak puas akan harta dan tahta yang sebenarnya sudah membuat menderita jiwanya.

Kedua "Nilai Keadilan" tidak bisa terelakan kebenarannya didalam jiwa yang otonom karena sebenarnya manusia telah sadar akan baik buruk, akan proporsionalitas, akan ketimpangan, akan penyimpangan dan segala hal yang mencederai nilai tersebut , permasalahanya adalah  niat, ucap ,dan tingkah laku masih dikekang oleh rasa takut untuk memperjuangkan nilai tersebut secara rasional. atau nilai tersebut telah dijajah oleh keinginan yang egosentris sehingga salah dalam menempatkan sesuatu. Nilai keadilan yang melekat dalam jiwa yang otonom akan menjadikan manusia bijak dalam mengambil keputusan hidup, apakah keputusannya bermamfaat bagi dirinya, orang lain dan lingkungan atau keputusannya akan menindas jiwanya dengan merebut hak orang lain dan lingkungan.

Ketiga "Nilai Kesetaraan" tidak bisa terelakan kebenaranya didalam jiwa yang otonom,kesetaraan yang dimaksud adalah manusia tidak dapat mengelakan akan fitrahnya bahwa kita semua terlahir dari cairan sperma dan sel telur , bahwa kita terlahir dalam tangisan, bahwa kita terlahir dan hidup menjadi dewasa karena kasih sayang manusia lain, yaitu orang tua kita, ini menegaskan bahwa kita memiliki kedudukan yang sama didunia ini yaitu MANUSIA, manusia yang dianugrahi memiliki akal untuk berfikir dengan bebas sehingga tidak ada strata dalam pemikiran manusia, kesetaraan pemikiran merupakan nilai yang selalu otonom dalam jiwa, mengapa saya katakan demikian karena semua manusia mempunyai kesempatan proses dan waktu untuk berfikir. Strata hanya diciptakan dalam ranah keegosentrisan manusia yang merasa dia lebih pintar, lebih dewasa, lebih berpengalaman, lebih ningrat, tapi seyogyanya semua manusia mempunyai kesetaraan pemikiran dengan manusia lain. Yang lebih berpengalaman dapat dilalui dengan pengalaman, yang lebih dewasa dapat dilalui dengan proses kedewasaan yang cepat, yang lebih pintar dapat dilalui dengan proses 1000x lipat yang telah dilalui oleh sipintar, yang merasa lebih ningrat dapat dilalui oleh kebijaksanaan yang lebih berpengalaman. jadi hakekat nilai kesetaraan dalam jiwa yang otonom adalah bagaimana seorang manusia menyadari bahwa kita jauh dari kesempurnaan, dan selalu ingat akan diri kita yang ada karena interaksi dengan manusia lain. jika nilai kesetaraan pemikiran tersebut sudah ada dalam jiwa yang otonom maka kita akan terjauh dari kesombongan yang merupakan awal pengkelasan dan kefeodalan.

Keempat "Nilai Solidaritas" tidak bisa terelakan kebenarannya didalam jiwa yang otonom, solidaritas yang saya maksud adalah solidaritas kemanusiaan bukan solidaritas kelompok yang berlatar belakang SARA, solidaritas ini harus bersifat universal, solidaritas harus didudukan dalam kemanusiaan, apa yang membuktikan nilai tersebut adalah kebenaran ? yang membuktikan adalah ketidakmampuan manusia untuk hidup sendiri didunia, manusia sebagai mahluk sosial pasti membutuhkan orang lain, sesombongnya manusia merasa bisa hidup dengan individualistik sebenarnya dia telah mengkhianati kodratnya, mengapa demikian karena kebutuhan manusia tidak sepenuhnya di hasilkan oleh individu seorang tetapi merupakan hasil individu manusia lain, individu manusia kota tidak bisa mengelakan bahwa nasi yang dia makan untuk hidup merupakan hasil bertani individu manusia di desa, jadi tidak bisa dielakan bahwa manusia sebagai mahluk sosial harus mempunyai nilai solidaritas kemanusiaan dalam jiwanya yang otonom untuk saling menghormati, saling memperjuangkan dalam menuju kemaslahatan bersama.

Terakhir "Nilai Kebebasan" tidak bisa terelakan kebenaranya dalam jiwa yang otonom, kebebasan yang saya maksud adalah kebebasan yang berlandaskan nilai-nilai sebelumnya, kebebasan bukan berarti bebas sebebas bebasnya, karena kebebasan dibatasi oleh ruang dan waktu, dibatasi oleh interaksi antar manusia (hak dan kewajiban), kebebasan dibatasi oleh nilai-nilai sebelumnya dalam jiwa yang otonom. Jadi menurut saya nilai kebebasan ini dalam konteks bahwa manusia didalam pemikirannya selalu dinamis melihat gerak perubahan dalam proses kedewasaan tanpa meniadakan nilai kemanusiaan, keadilan, kesetaraan, dan solidaritas. kebebasan berada dalam ranah pemikiran kita yang rasional dengan akal tapi tetap otonom dalam mengambil keputusan baik secara politik maupun sosial berlandaskan nilai-nilai sebelumnya. kebebasan jiwa yang otonom ,pemikirannya tidak  terdogmatis oleh paham-paham yang menghilangkan nilai-nilai sebelumnya, tapi kebebasan jiwa yang otonom adalah kebebasan dalam tekad ucap dan tingkah laku hidup dalam keberanian memperjuangkan kebenaran dan melawan penindasan, kebebasan tersebut tidak akan terintervensi oleh siapaun, apapun, kapanpun dalam berdiri menjadi manusia otonom yang berlandaskan nilai kemanusiaan, nilai keadilan, nilai kesetaraan dan nilai solidaritas.

 

Manusia yang mempunyai JIWA YANG MERDEKA akan bisa memimpin dirinya, memimpin keluarganya,memimpin bangsanya, dan memimpin umat manusia kedalam kedewasaan hidup yang saling mengingatkan dalam kemajuan dan kebaikan bersama, saling menyayangi dalam menjaga perdamaian umat manusia, dan saling membimbing untuk kemaslahatan bersama. Kesempurnaan hanyalah milik kesombongan, dan yang patut sombong bukanlah manusia tapi yang menciptakan manusia. kebebasan pemikiran membutuhkan pemikiran manusia lain sebagai bentuk dialektika dinamis yang saling mengkritik untuk kemajuan bersama, saling menyayangi sesama manusia yang tidak sempurna, dan saling membimbing dalam kedewasaan berfikir.


Manusia merupakan mahluk baik, masyarakat yang membuat manusia jahat (mementingkan diri sendiri dan bersifat merusak). Negara berfungsi untuk memungkinkan manusia untuk mendapatkan kembali sifat kebaikannya yang asli. 


Jean Jacques Rousseau (1712 – 1778)


Oleh Rangga A Juang


Alumni LPMS SETARA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar