Kamis, 07 Januari 2016

Alam Tak Pernah Kehabisan Kata Untuk Di Ajak Bicara

Biar aku selalu melihat tumpahan air di pelupukmu

Saat itu adalah puncak pendakianku menuju segara kesabaran yang telah lama dirindu

Aku ingat

Ketika menelaah disetiap tapakmu, langkahmu dan gerikmu

Kau tak akan pernah sadar

Bahwa langkahku sangat jauh berbeda dengan langkahmu

Bahwa kau tak pernah menorehkan pandangan di balik punggungmu

Bahwa kau tak pernah ingin tahu seberapa isi dibalik tas carrier punggungku

Bukan mengenai beratnya

Bukan

Sama sekali bukan

 

Inilah perjalanan bagaimana aku menelusuri isi di balik kepalamu

Kau sibuk melihat sesuatu yang ada di hadapanmu

Sedang aku menahan gunungan emosi yang bersemayam kokoh dilembah dada

Dan yang kurasa sepanjang perjalanan adalah

Bahwa kakiku terasa menari telanjang di atas panggung raya

Sambil di dekam perih oleh kerikil-kerikil tajam yang menganga

Dengan butiran nafas nan berair selalu menyapa

Puing-puing kelelahan hanyalah teman biasa

Lalu dihadapkan pula pada gradasi waktu yang tak henti untuk memangsa

Tapi biarlah, semesta selalu tak pernah kehabisan kata untuk diajak bicara

Biar sajak terlahir atas pedih dengan hamparan makna

Esok dan nanti ku kan tetap ke sini jua

 

 

Catatan Ciremai,17 Agustus 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar