Kamis, 21 April 2016

Darah di Wajahku

Kau masih terjerat malam
Padahal hari sudah pagi
Lemparkan salah padaku
Yang tak kau sadari, dosa ini pun punyamu

Terhadap tubuh ini
Kau mendamba, memuja layaknya aku dewa
Namun sehabisnya kau terkam, membabat habis
Meninggalkan bekas manis berupa jahitan

Karena kau istriku, maka harus manut padaku
Katamu sambil membuka selangkanganku paksa
Padahal lihatlah darahku mengucur dari kepala
Oh ibu… tolong aku diperkosa

Tidakkah kau ingat, sayang
Tentang janji kita di altar pada waktu lampau
Kau memang pelupa
Atau aku yang terlalu hina?

Sekarang biarlah sayang, lupakan kejadian semalam
Di depan tubuhmu yang membiru dan kaku
Kusajikan dua gelas cairan merah pekat
Yang di antaranya ada pisau dengan bekas darah
Ah… sarapan pagi ini mewah

Penulis: Anisa Arwilah Mahasiswi Fakultas Ekonomi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar