Senin, 26 Agustus 2013

Kisruh Mabim Universitas

Unswagati - SetaraNews.com, (26/8) Pungutan dadakan yang dilakukan oleh Panitia Masa Bimbingan Universitas (Mabim Universitas) sebesar Rp 60.000,-  menuai banyak komentar dari berbagai pihak.


Rinciannya yaitu Rp 40.000,- (Rp 38.000,- yang akan dipakai dan sisa Rp 2000,- akan dikembalikan oleh Kopma) untuk perlengkapan calon mahasiswa (cama) yang difasilitasi oleh Koperasi Mahasiswa selama dua hari dan Rp 20.000,- untuk Konsumsi/catering yang difasilitasi panitia Mabim Universitas selama dua hari.


Dari alokasi dana untuk perlengkapan cama yang difasilitasi Kopma didalamnya terdapat rincian yang salah satunya adalah ‘BOP’, para cama tidak mengerti dan mengetahui apa itu ‘BOP’. “BOP itu biaya operasional, seperti plastik yang digunakan untuk membungkus, makan, ya biaya lelah kita.” Ujar Tendi salah satu anggota Kopma.


Wakil Rektor III Terkesan Tak Peka Situasi


Kebijakan yang dilakukan panitia untuk pungutan dadakan sebesar Rp 60.000,-  kemarin ternyata atas sepengetahuan Wakil Rektor III, namun sayangnya hanya sebatas mengarahkan bahkan terkesan membiarkan. Tanpa tahu situasi yang terjadi sebenarnya dilapangan dan menimpa mahasiswa baru.


Saat dikonfirmasi SetaraNews pada hari Senin (26/8) di kantornya. Ia menjawab “Saya hanya mengarahkan panitia, sedangkan yang Rp 60.000 itu saya baru tahu saat SetaraNews menelepon saya.”


Sebelumnya pada hari Minggu (25/6), SetaraNews menelepon Wakil Rektor III untuk mengkonfirmasi perihal uang pungutan dadakan tersebut, dan  pihak dari Warek III mengaku tidak mengetahuinya. “Wah saya juga baru tahu, baru dengar.” ujarnya.


Anggota Kopma, Tendi menuturkan kepada SetaraNews minggu (25/6) bahwa, ”Kami tidak sembarangan melakukan perjanjian ini, ada MOU dan ditandatangani oleh Warek III pada hari Jumat (23/6).” tandasnya.


Kopma Hanya Menerima 40 ribu Dari Panitia, Bukan 60 ribu


Saat dikonfirmasi soal pungutan Rp. 60 ribu, tendi menyatakan bahwa dirinya tidak tahu menahu soal pungutan itu karena perjanjian sebenarnya bukanlah Rp. 60 ribu seperti yang dilakukan oleh panitia ke peserta, melainkan Rp. 40 ribu, jadi ada selisih Rp.20 ribu.


“Pada perjanjian awal hanya sebesar Rp 40.000. Kami juga kaget ada tambahan Rp20.000 buat catering, karna tahun-tahun sebelumnya tidak ada.” Ujar tendi menjelaskan ia sendiri tidak mengetahui nominal sebanyak Rp. 20.000 –nya akan digunakan untuk apa oleh panitia.


Kejam! Peserta Mabim Tahun Ini Diberikan Nasi yang Sudah Berulat


Tidak cuma soal selisih uang, namun ternyata persoalan yang lebih melanggar hak kemanusiaan pun muncul ke acara Mabim Universitas ini. Pada hari pertama pelaksanaan Mabim Universitas yang bertempat di Hotel Jamrud, ada cama yang mengeluh atas konsumsi yang diberikan panitia. “Masa saya dapat nasi bungkus, sedangkan banyak yang mendapatkan nasi kotak.” Ujar Ajie cama dari Fakultas Pertanian.


Bahkan, yang paling miris  ada mahasiswa yang tidak mau makan lantaran mendapati ulat di dalam nasi bungkus yang diberikan oleh panitia.


Tidak hanya dari cama yang mengeluh, dari panitia pendamping gugus pun mengeluh.”Makanan datangnya telat, anak-anak baru pada makan, terus kordinasi dari atas itu kurang” ujar Bagus salah satu panitia pendamping gugus Mabim Universitas.


”Ada belatung di nasi bungkus, jadi enggak di makan” ujar Abdurahman salah satu cama, akibatnya ia terpaksa tak makan hingga Mabim hari itu usai lantaran tak mau memakan nasi pemberian panitia yang berulat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar