Kamis, 15 Agustus 2013

Proklamasi di Cirebon Timbul Karena Kebimbangan Sukarno

“Sebenarnya kalau tidak dipaksa oleh kelompok pemuda kita, ya enggak akan ada proklamasi. Sukarno masih menunggu janji Jepang memberikan kemerdekaan buat kita. Nah, kita (kelompok pemuda) di daerah enggak mau itu. Kita mau merdeka sendiri, bukan dikasih sama Jepang.” tutur (alm) Soeganda bersemangat sambil agak tersengal nafasnya.

Cirebon, SetaraNews.com - Proklamasi di Cirebon lebih cepat dua hari sebelum proklamasi yang dikumandangkan oleh sukarno dan Hatta. Menurut Soeganda, kala itu Sukarno baru datang dari Saigon

“Seingat saya, sebenarnya yang diminta membacakan proklamasi di Jakarta itu adalah Bung Sjahrir, tapi dia menolak dan menganjurkan Sukarno yang membacakan. Tapi, ternyata Sukarno berbeda pendapat dengan kelompok muda. Nah, kelompok pemuda di Cirebon akhirnya memutuskan untuk lebih dulu merdeka dan membacakan teks proklamasi.”

Menurut (alm) Des Alwi, anak angkat Sjahrir seperti yang kami kutip dari Majalah Tempo, teks proklamasi yang dibacakan Soedarsono adalah hasil karya Sjahrir dan aktivis gerakan bawah tanah lainnya.

Penyusunan teks proklamasi ini, antara lain, melibatkan Soekarni, Chaerul Saleh, Eri Sudewo, Johan Nur, dan Abu Bakar Lubis. Penyusunan teks dikerjakan di Asrama Prapatan Nomor 10, Jakarta, pada 13 Agustus. Asrama Prapatan kala itu sering dijadikan tempat nongkrong para anggota gerakan bawah tanah.

Des hanya mengingat sebaris teks proklamasi versi kelompok gerakan bawah tanah: ”Kami bangsa Indonesia dengan ini memproklamirkan kemerdekaan Indonesia karena kami tak mau dijajah dengan siapa pun juga.”

Selain mempersiapkan proklamasi, Sjahrir dengan semangat tinggi mengerahkan massa menyebarkan ”virus” proklamasi. Stasiun Gambir dijadikan arena untuk berdemonstrasi. Stasiun radio dan kantor polisi militer pun sempat akan diduduki. Kala itu, Des dan sekelompok mahasiswa bergerak hendak membajak stasiun radio Hoosoo Kyoku di Gambir agar teks proklamasi tersebar. Usaha tersebut gagal karena Kenpeitai menjaga rapat stasiun radio tersebut.

Tapi simpul-simpul gerakan bawah tanah terus bergerak cepat, menderu-deru dari satu kota ke kota lain, menyampaikan pesan Sjahrir. Dan keinginan Sjahrir agar proklamasi Indonesia segera didengungkan itu pun sampai di Cirebon.

Berbeda dengan (alm) Des Alwi, menurut Soeganda ada permintaan dari Bung Sjahrir agar proklamasi Cirebon ditunda dulu sambil membujuk Sukarno agar mau membacakan proklamasi. Ketika itu, Sukarno tengah diculik oleh kelompok pemuda ke daerah Rengasdengklok, Karawang.

“Tapi sayang, kurir yang menyampaikan pesan tersebut telat datang karena jaman dahulu belum ada telepon seperti sekarang, apalagi radio. Bisa-bisa ditembak Jepang.” ujarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar