Jumat, 21 Februari 2014

Inilah Tuntutan Mahasiswa Kepada Calon Rektor Unswagati

Unswagati - SetaraNews.com, Audiensi organisasi kemahasiswaan dengan calon rektor baru Universitas Swadaya Gunung Jati yang dilangsungkan di 'English Area' Kampus III pada hari ini (21/1) cukup panas.

Pada pembukaan sesi tanya jawab bersama calon rektor baru Unswagati, mahasiswa sangat antusias dalam forum. Salah satunya adalah dari Khaerudin yang merupakan alumni dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik menuntut agar rektor baru dapat menyelenggarakan wisuda ulang untuk bertanggung jawab secara moral dan intelektual atas kesalahan senat Unswagati yang dinilai telah lalai untuk melaksanakan pemilu rektor pada waktu yang lalu, yang akhirnya berbuah teguran dari Dikti.

Berbeda dengan alumni FISIP; Khaerudin yang menuntut agar diselenggarakan wisuda ulang untuk lulusan pada bulan Januari lalu, Kris Herwandi yang juga dari mahasiswa FISIP menuntut tiga point utama untuk:

  1. Transparansi anggaran, aset, dan birokrasi yang modern.

  2. Memperbaiki dan membangun infrastruktur seperti membangun tempat ibadah yang bukan hanya masjid, namun juga harus ada geraja, vihara, dan tempat ibadah lainnya. Pembangunan ruang publik, untuk civitas akademika. Ia menuntut agar rektor baru untuk berani mengeluarkan semua unit mobil-mobil dinas yang membuat sesak halaman kampus Unswagati. Ia juga menyayangkan keberadaan perpustakaan yang masih jauh dari kata layak, "Perpustakaan kita hanya seperti sebagai gudang skripsi semata." ujarnya.

  3. Membangun suprastruktur, agar rektor baru berani untuk mengeluarkan dosen-dosen yang tidak kompeten dalam mengajar.


Lanjut dengan Anton yang juga mahasiswa dari FISIP, ia berharap agar rektor baru tidak menjadi rektor boneka saat menjabat nanti.

Acara audiensi yang semula tenang tiba-tiba mendadak panas nyaris ricuh, saat ada beberapa mahasiswa yang mencoba melakukan interupsi dengan mengajukan surat pernyataan kepada calon rektor baru. Isi surat pernyataan tersebut yang di dalamnya menyangkut tuntutan untuk menyelenggarakan pemilu ulang Presiden Mahasiswa dan Pemilu Dewan Perwakilan Mahasiswa.

Ada beberapa pihak mahasiswa yang keberatan dengan beberapa poin tersebut. Hingga akhirnya calon rektor Unswagati Djohan tidak menandatangani surat pernyataan (red: surat kontrak politik yang diajukan mahasiswa) tersebut.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar