Minggu, 25 Januari 2015

Unswagati Negeri atau Tidak, Tantangan MEA Harus Dihadapi

UNSWAGATI, SETARANEWS.COM -  Masih dalam suasana Orasi Ilmiah yang diadakan Unswagati Cirebon pada (24/01) Prof. Dr. Ir. Djoko Santoso selaku Ketua Dewan Pertimbangan Badan Asosiasi Penyelenggara Perguruan Tinggi Swasta, juga sebagai pembicara menjelaskan tentang apa keterkaitan MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) dengan prospek penegerian Unswagati.

“Temanya menarik tentang kesiapan menghadapi MEA, tapi kok ujungnya penegerian Unswagati, saya sendiri juga bingung ini gimana nyambungnya”. Ujar Djoko Santoso pun tertawa saat memulai orasi ilmiahnya.

Direncanakan awal oktober 2014 lalu Unswagati sudah menjadi negeri namun nyatanya tidak. Kerjasama global ekonomi ASEAN bermula pada tahun 2010, dan tahun 2015 inilah MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) dimulai. Standar nasional perguruan tinggi dalam MEA harus memenuhi SOP (Standar Operasional Prosedur) yakni profesional dan tenaga terampil tanpa mempedulikan PTN atau PTS. Peta jalan perguruan tinggi bermula pada harmonisasi pada tahun 2008/2009 sampai perluasan penyiapan dan pelaksanaan bidang profesi sampai 2014. Bidang profesi yang berdasarkan MRA seperti insinyur, arsitek, akuntan, survei pertahanan, dokter, dokter gigi, ners dan pariwisata. MEA dalam penerapannya semua yang terkait dalam keprofesian harus berstandar.

Standar nasional Dikti dimasing-masing negara sebagai acuan dalam membuat standar Perguruan Tinggi yang digunakan. Serta berlandaskan pada UU No. 12/2012 oleh Dikti yaitu otonomi, perluasan dan jaminan akses, juga perkembangan Tridharma perguruan tinggi secara menyeluruh. Selain berkompetisi di Indonesia Unswagati juga harus bekerjasama dengan perguruan tinggi dinegara lain.

“Bagaimana bila nanti ada dari Myanmar datang ke Indonesia untuk melamar kerja, dan sudah memenuhi standar mau apa kita? Nah ini adalah tantangan kita. Tidak melihat lagi PTN atau PTS. Kita harus meningkatkan mutu”. Tambah Djoko Santoso.

Indonesia sudah terlebih dahulu memiliki kualifikasi nasional dibanding negara Malaysia, untuk penjaminan mutu internal dan eksternal. Perguruan tinggi dituntut membentuk mahasiwa mempunyai pemikiran baru, inovasi baru, budaya baru, ilmu pengetahuan baru sehingga terciptalah pakar bidang tertentu.

”Bila ada yang kuliah di Unswagati tidak ingin menjadi pakar tertentu, Pak Rektor keluarkan saja. Cuma dapat selembar kertas, mending Bapak kasihnya sekarang saja tapi bukan pakai tandatangan tapi pakai cap jempol”. Cetus Djoko Santoso dalam orasinya.

Kesimpulan pada acara tersebut menyebutkan bahwa ikhtiar Unswagati Cirebon dalam memenuhi syarat PTN sudah maksimal, namun PTN atau PTS yang penting kita bisa berkarya. Orasi ilmiah pun selesai pada pukul 13.00 WIB di Hotel Apita Tower Lantai 6.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar