Sabtu, 23 Juli 2016

Lelaki

Sastra, Setaranews.com-Terakhir kali dia memimpikan sosok lelaki, dua hari setelah terakhir kali dia masih memimpikan sosok yang sama seperti tiga kali berturut-turut dalam mimpinya. Rupanya seseorang tengah berupaya menguasai alam bawah sadarnya. Latar tempat di satu gubuk, terbayang bukan? Ya, seperti di film, ftv, sinetron. Latar waktu malam Jumat kliwon. Latar suasana horor, ada gonggongan anjing, bersahutan, suara burung hantu, dan riak daun yang dimainkan angin.

"Jadi, gimana mbah?", tanya Udin

"Sudah. Mbah sudah kirimkan jin paling hebat. Raja dari jin-jin yang mbah punya."

"Sesuai kesepakatan, ini untuk uang beli kopi" (amplop tebal, Udin selipkan ke tangan si mbah, uang hasil dari bujuk sang majikan agar memberikan kasbon di awal)

 

Udin sedang tergila-gila pada wanita yang bernama Ira. Teman satu kantor. Ira yang cantik, sexy, kulit putih mulus, bulu mata ala jembatan suramadu, bibir bak selena gomez, rambut sepinggang dengan cat ombre, anting pompom, heels 17cm, pakaian ketat, pantas ia dipilih jadi personalia di sebuah universitas ternama. Biasa bukan? Janda dua anak ini sering jadi buruan usilan Udin cs. ketika waktu istirahat.

"Kalo ente bisa ngajak jalan Ira dalam waktu seminggu, nanti ane kasih ente tiket buat check in," ujar Wisnu, dosen senior yang juga pebisnis hotel berbintang paling terkenal di kota Jokoarta

"Kalau Anda bisa nikahin Ira, nanti saya kasih istri muda saya untuk jalan dengan Anda di hari berikutnya", ujar Bambang, staff administrasi yang juga memiliki 7 istri, 7 anak, dan 7 cucu.

Udin nampak terdiam dengan dua tawaran ini, menggiurkan kata alam bawah sadarnya.

 

"Halo, Ira. Bisa ketemu?"

"Maaf saya sedang sibuk!"

 

"Ira, apa kabar cantik. Lagi di mana? Keluar yuk cari makan"

"Maaf Udin, saya sudah makan"

 

"Ira, sayang. Selamat ulang tahun ya"

"Terima kasih Udin"

"Aku boleh main?"

"Silahkan"

 

(akhirnya, mantra si mbah sudah bekerja, pikir Udin)

 

45 menit lamanya Udin menuju rumah Ira. Melewati komplek perumahan, belok ke arah perkampungan, melewati jalanan setapak, dan tiba di alamat yang Ira berikan, sebuah rumah sederhana, tak terlalu bagus, jauh menggambarkan penampilan Ira sehari-hari di kantor. Ada plang di depan rumah bertuliskan,

"Panti Asuh Bunda Ira"

 

Oleh Lia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar