Minggu, 05 Mei 2013

Pertunjukan Legenda Padusi Percintaan, Kesetiaan Dan Harga Diri Perempuan Di Tanah Minang

Jakarta, Senin (06/05/2013) – Minimnya pertunjukkan seni sastra panggung di Indonesia, seakan mendapat angin segar dari rencana pementasan yang akan dilakukan oleh Daya Lima bersama Yayasan Bunda didukung oleh Djarum Apresiasi Budaya yang akan menggelar sebuah pertunjukan drama tari karya Tom Ibnur, maestro tari dan juga guru besar dari ISI Padang Panjang, yang berjudul “Padusi” pada tanggal 11-12 Mei 2013 mendatang di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki Jakarta.

“Sudah banyak seni pertunjukan yang telah kami dukung, namun sebagian besar mengangkat tema yang berakar dari kebudayaan di Pulau Jawa. Kali ini melalui pertunjukan “Padusi”, sebuah legenda dari ranah Minang. Sebuah kisah yang mengandung ajaran luhur yang dapat menjadi inspirasi hidup masyarakat luas. Karya ini membuktikan bahwa spirit tradisi tetap aktual dan dapat diangkat secara kekinian,” ujar Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation seperti dikutip dari web indonesiakaya.com.

Melibatkan 50 penari dan musisi, Tom Ibnur akan menampilkan tiga legenda perempuan dari Ranah Minang yang menginspirasi perempuan nasional. Percintaan, kesetiaan dan juga harga diri adalah topik dan tema cerita yang akan ditampilkan secara seni drama dan tari.

“Perempuan mempunyai banyak arti dan cerita di Indonesia dan juga dunia. Padusi yang berartikan perempuan di ranah Minang juga mempunyai satu sejarah dan makna tersendiri terlebih lagi bagi masyarakat Minang sendiri. Karena ini pertunjukan yang istimewa, saya harus membawa para penari asli dari Bukit Tinggi ke Jakarta khusus untuk Padusi ini,” ujar Tom Ibnur.

Untuk pertunjukannya nanti, Tom Ibnur menyebutnya dengan istilah “Legendra” yang merupakan kependekan dari Legenda Drama Tari. “Disebut ‘legendra’ karena ini merupakan drama tari yang mengangkat cerita legenda ranah Minang,” tambahnya.

Dalam pertunjukan Padusi tersebut, Tom Ibnur menggandeng dua nama yang dikenal selalu menghasilkan karya yang berkualitas, yakni Rama Soeprapto sebagai sutradara dan Nia Dinata sebagai penulis naskah. Ini merupakan kolaborasi pertama mereka berdua dalam membuat satu pagelaran teater seni drama dan tari.

Nia Dinata yang memang banyak mengangkat cerita tentang perempuan, menyatakan bahwa ia memiliki “keterikatan” tersendiri dengan Padusi. Selain karena memang berdarah Minang, Nia merasa memiliki gairah khusus untuk mengeksplorasi drama tari ini.

Sedangkan Rama Soeprapto sebagai sutradara akan menyuguhan sentuhan artistik yang minimalis dengan teknik visual prima dalam penggabungan seni drama dan tari menjadi satu presentasi yang unik. Ditanya apa kesulitan menyutradarai pertunjukan Padusi tersebut, ia menjawab, “Ini merupakan tantangan tersendiri bagaimana mengarahkan maestro, penari dan para pemain teater senior dalam 3 cerita dalam satu panggung sekaligus.”

Tidak hanya itu, pertunjukan yang akan dipentaskan selama dua hari ini akan didukung oleh serangkaian nama-nama besar di dunia seni peran Indonesia, diantaranya Sha Ine Febriyanti, Jajang C. Noer, Niniek L. Karim, Arswendy Nasution, Marissa Anita dan dua pemain teater dari ISI Padang Panjang.

“Sejak pertama kali saya ditawari untuk bermain dalam Padusi ini, saya langsung tertarik. Berhubung saya tidak ada turunan Minang sama sekali, saya jadi banyak cari referensi mengenai salah satu legenda yang memang dikenal oleh masyarakat Minang ini. Berperan untuk tiga cerita sekaligus dalam satu pertunjukan merupakan tantangan tersendiri bagi saya. Hasilnya lihat saja nanti,” ujar Ine Febriyanti sambil tersenyum.

Pertunjukan Padusi akan dipentaskan pada tanggal 11-12 Mei 2013 pukul 14.00 dan 19.30 WIB di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki. Tiket dapat dibeli melalui website http://padusi.acara-event.com/ dengan pembagian kelas kategori penonton yang mulai harga 250 ribu sampai satu juta rupiah. Bagaimana, anda tertarik ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar