Selasa, 13 September 2016

Indonesia Hanya Punya 10 Dokter Ortopedi Anak

Kesehatan, SetaraNews.com - Setiap anak pasti memiliki cita-cita yang berbeda, ada yang ingin menjadi guru, polisi atau dokter. Tapi, setelah beranjak dewasa cita-cita tersebut menjadi banyak macamnya seperti Guru Bahasa Indonesia, Guru Matematika, Dokter THT, Dokter Mata, atau yang jarang terdengar Dokter Bedah Ortopedi dan Traumatologi Anak. Langkanya profesi tersebut membuat Indonesia hanya memiliki 10 Dokter Bedah Ortopedi.

"Saya itu dibilang langka, bahkan perlu masuk museum kata teman saya. Karena hanya ada 10 dokter bedah tulang anak di Indonesia," canda DR.dr.Aryadi Kurniawan, Sp.OT (K), Dokter Bedah Ortopedi dan Traumatologi Anak dari Rumah Sakit Premier Jatinegara, dikutip dari viva.co id. (10/09)

"Zaman dahulu ortopedi itu dokter patah tulang, jadi dahulu belum ada kebutuhan. Begitu masyarakat itu tumbuh, kita kan developingworld ya, sebagian 10 persen dari kita itu developing world, 10 persen masyarakat Indonesia itu tidak kalah dengan Singapura, Australia. Tapi 10 persen dari 255 juta itu banyak lho. Sehingga dirasa perlu orang untuk belajar ortopedi anak. Maka dikirimlah orang-orang sekolah di luar, di sini belum ada sekolahnya." sambungnya

Ternyata sedikitnya jumlah Dokter Bedah Ortopedi dan Traumatologi Anak bukan hanya di Indonesia

"Jadi memang selalu negara-negara itu merasa butuh ortopedi anak setelah dia lepas makan, kebutuhan primer sudah lepas, baru dia berpikir 'apa ya biar kualitas hidupnya meningkat.' Jumlah ortopedi anak memang tidak banyak."

Menurut dokter yang praktik di Rumah Sakit Premier Jatinegara ini, kesempatan berkarier dibidang ini sangat besar, karena jumlah kasus CTEV cukup besar. CTEV atau Congenitaltalipesequino-varus atau clubfoot adalah kelainan bawaan kaki pada anak yang paling sering ditemui.

"Kita punya 4,8 juta bayi sehat setahun, dengan angka itu kasus CTEV yang kaki bengkok ada 4000 kasus, kasus DDH (Development Dysplasia of the Hip, kelainan bawaan yang biasanya akibat dibedong yang bisa menyebabkan tulang geser dan tak tumbuh)."

Ia juga menjelaskan ada 4.000 sampai 8.000 kasus, CP (Cerebral Palsy atau lumpuh otak) dari 8.000 sampai 12 ribu kasus, banyak sekali sebenarnya, yang tidak terdeteksi. Dokter Aryadi pun mengatakan, profesi yang dijalani dengan bidang yang digelutinya kemungkinan ini kurang diminati, karena sekolahnya sendiri belum ada di Indonesia. (Hikmah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar