Minggu, 01 Januari 2017

Opini: Terjebak “in Bad Culture”

Opini, Setaranews.com - Saat ini persaingan ketat semakin terasa dengan adanya pasar bebas Asean memaksa pada setiap individu, khususnya di Indonesia untuk berbenah memperbaiki dan meningkatkan kompetensi diri. Banyak perusahaan yang mengeluh karena mendapatkan tim yang tidak berkarakter baik sehingga tidak sesuai harapan. Sering kali pada setiap perusahaan menginginkan perubahan pada sebuah environment baru namun sangat susah bisa diterima, hal tersebut dikarenakan environment tersebut terjebak “in bad culture”.

Menurut penulis ada beberapa hal yang menimbulkan bad character tersebut diantaranya adalah:

  1. Career stuck


Ini banyak terjadi pada perusahaan yang tidak menerapkan proses jenjang karir, tidak ada analysis position untuk jabatan-jabatan tertentu, berjalan apa adanya dan begitu-begitu saja, karyawan hanya menunaikan kewajiban absen masuk dan absen pulang, semua dianggap sama tidak ada kompetisi dan tidak ada prestasi, akibat hal tersebut karyawan jenuh dan akan mengalami stagnasi baik dari sisi motivasi maupun inovasi.

  1. Performa appraisal yang tidak benar


Saat penilaian kinerja tidak tepat maka yang akan terjadi biasanya adalah kesenjangan, membangun gosip dan viral, bahkan karyawan akan menganggap itu hanya sebuah basa-basi yang dilakukan HRD hanya untuk menghindari kewajiban memberikan hak-hak karyawan.

  1. Tidak open minded


Berpikir terbuka atas perubahan dan perbaikan begitulah seharusnya. Namun, tidak sedikit sebuah perusahaan baik karyawan maupun level pimpinan enggan menerima perubahan karena merasa benar, cukup dan menganggap bahwa itu adalah usaha paling optimal dari yang mereka miliki. Tidak bisa menerima orang-orang yang memiliki pemikiran kreatif dan menganggap momok justru menggiring individu atau organisasi terhadap kegagalan bersaing.

  1. Motif conflict of interest


Saat membawa kepentingan pribadi kedalam perusahaan, ini akan membangun konflik kepentingan yang pada akhirnya akan terjadi persaingan tidak sehat, membangun kebencian dan mematahkan semangat tim lainnya. Konflik kepentingan ini menjadi salah satu faktor yang membangun bad cultrure.

  1. Lazy


Malas! Ini adalah faktor yang bahaya, karena malas itu tidak ada obatnya, alasan malas bisa karena kepribadian atau karena akibat yang ditimbulkan. Saat sifat malas ini timbul dari pribadi maka bersiaplah perusahaan akan terus merugi, dan sebaiknya segera lakukan evaluasi.

  1. Distrust terhadap manajemen


Manajemen yang tidak menjalankan kaidah organisasi dengan benar ini rentan terhadap kepercayaan yang didapatkan dari karyawan. Kesulitan mengakomodir usulan dan kreativitas bawahan bahkan cenderung meremehkan sebetulnya sangat mengancam akan kehilangan kepercayaan dari karyawan. Komunikasi satu arah tanpa memperhatikan saran dan pendapat karyawan akan memicu mereka diam dan enggan untuk mengeluarkan ide-ide cemerlangnya.

Hal-hal tersebut diatas jika dibiarkan berlarut-larut akan membentuk bad character environment dan pada akhirnya akan hasil performance korporasi akan menurun sehingga sangat jauh untuk bisa bersaing secara global.

Sebuah tugas yang tidak mudah menyelesaikan ini dikarenakan berhubungan dengan masalah karakter individu. Pendidikan karakter itu dimulai dan didapatkan dari proses pendidikan mereka. Proses pendidikan ini menjadi kunci jika sebagai individu maupun organisasi berhasil dalam persaingan global. Pendidikan formal dan pendidikan informal sangat mempengaruhi sikap dan kemampuan serta keterampilan individu. Perusahaan yang cerdas akan terus membekali karyawannya dengan berbagai keterampilan baik hard skills maupun soft skills, sehingga dengan demikian tujuan perusahan bisa tercapai. Membekali diri dengan berbagai macam pengetahuan dan mengikuti sertifikasi kompetensi saat ini adalah salah satu jawaban yang tepat, sehingga mampu berkompetisi di kancah pasar bebas.

 

Penulis:

Yono Maulana S.Kom., MM., MPM.

Dosen Manajemen Unswagati dan Konsultan Manajemen

Tidak ada komentar:

Posting Komentar