Jumat, 26 Agustus 2016

Opini: PKKMB, Mendekati Esensi atau Tidak?

Opini, SetaraNews.com - Saya sempat bertanya kepada teman saya mengenai kepanjangan dari PKKMB dan dia menjawab dengan terbata-bata sambil mengingat-ingat dan berkata ‘Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru’. Ternyata, nama itu adalah nama baru  yang dulunya MABIM (Masa Awal Bimbingan Mahasiswa). Ya, apapun namanya yang terpenting adalah esensinya bukan?

PKKMB menurut keputusan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) No 25 Tahun 2014 bertujuan untuk memberikan  pembekalan kepada  mahasiswa  baru  agar  dapat  lebih  cepat beradaptasi  dengan  lingkungan  kampus,  khususnya  kegiatan  pembelajaran dan kemahasiswaan. Ya, (lagi) secara tujuan tidak ada masalah, tapi tatkala diaplikasikan di kegiatannya, menurut saya terkadang ada yang ‘aneh’. Pakaian, atribut, warna dan model harus sama sesuai keinginan panitia. Kalau dibaca lagi tujuan PKKMB adalah cepat beradaptasi bukan? Padahal saat proses belajar mengajar di perkuliahan, mahasiswa tidak dituntut untuk memakai seragam seperti itu.

Apabila memang tujuannya agar mahasiswa baru memakai seragam yang sama, kenapa harus ditentukan sampai ke warna atribut pakaian? Nihil esensinya. Cost yang harus dikeluarkan mahasiswa baru untuk acara PKKMB menurut saya lumayan menguras kantong. Sebagai contoh, mahasiswa baru punya jam tangan berwarna biru, tapi panitia mintanya harus hitam, terus gimana dong? Beli lagi? Minjem? Belum lagi biaya masuk Unswagati tahun ini naik sampai 9 juta lebih.

Peran perguruan tinggi sebagai pusat pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta mengembangkan berbagai keterampilan bagi pembangunan Masyarakat dan Bangsa adalah keharusan dan konten materi PKKMB sesuai keputusan Dirjen Dikti sudah menunjang universitas ke arah pembangunan masyarakat. Penyelenggara harusnya mendiskusikan lebih dalam konten materi yang akan disajikan dengan metode yang tepat kepada mahasiswa baru serta pemateri yang kompeten bahkan expert di bidang tersebut, itu yang penting, bukan atributnya.

Mahasiswa baru perlu dikenalkan bahwa mereka punya peran dan fungsi yang harus diemban ketika mereka telah menjadi mahasiswa, mahasiswa baru harus mengedepankan akalnya untuk berpikir secara ideal dan tidak mengkhayal, supaya nantinya ketika menghadapi masalah, mahasiswa tidak membuat ‘spanduk berdoa’ seperti yang saya lihat di Kampus Utama Unswagati. Mahasiswa harus bisa menghadapi masalah secara sistematis dengan analisis dahulu baru mencari metode yang solusional serta menggunakan akal sebagai pisau analisisnya.

PKKMB tahun ini tentu kita harap menuai hasil yang maksimal, penyelenggara harus mendahulukan esensi ketimbang eksistensi. Penyelenggara harus melawan ‘budaya ospek’ di Indonesia yang cenderung cari tenar, ajang ‘ngerjain’ mahasiswa baru dan perpeloncoan. Terakhir yang paling penting penyelenggara harus transparan.

Saat ini mahasiswa yang sadar akan peran dan fungsinya makin menipis terkikis oleh budaya kampusnya sendiri, dengan momentum PKKMB ini semoga bisa melahirkan generasi yang humanis, kritis terhadap permasalahan bangsa serta menjadi agen perlawanan budaya kampus yang telah menyimpang dari tujuan sebenarnya. Dan diharapkan Kampus menjadi laboratorium mahasiswa untuk bekal masa depan ketika mereka terjun di masyarakat sebagai agen perubahan.

Penulis: Reja Fauzi (Mahasiswa Fakultas Pertanian)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar