Senin, 22 Agustus 2016

Puisi: Kabarku Yang Usang

Diwaktu yang ringkih menuju terang
Lama sudah rasanya menelan kenang
Tatapan kemarin berlalu berhias lugu
Sembari kecut senyum palsu jadi benalu

Pagi memang terang tapi masih petang
Kelopak indra merayap mencari tenang
Sapaku tak menawan hiasan gejolak alam
Muka pasih lusuh berdoa dalam geram

Aduh sayang masihkah engkau sabar terdiam
Menunggu lelahku hilang sampai fajar tenggelam
Maafku tak serenyah makanan siang atau malam
Kecewamu bentuk kewajaran karena menunggu salam

Santai, aku masih berdoa untuk indahnya pertemuan
Bukan sekarang, lusa atau hari lain yang tertelan
Sudahlah, aku manusia begitu juga sebaliknya
Jika ragu perangaimu, urungkan saja untuk bertemu

Aku yakin kau wanita dengan segala hormat senyumnya
Sedangkan aku lelaki dengan segala acuh lusuh gairahnya

Penulis: Kalangkabut (Mahasiswa Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar